NovelToon NovelToon
Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Selingkuh
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jee Ulya

Hati Nadia pecah berkeping-keping mendengar Asri, sang ibu mertua menyuruh Arkan untuk menikah lagi didepan matanya.

"Kamu kan, juga butuh penerus untuk usahamu. Kalau Bilqis kan, beda. tetap saja bukan darah dagingmu, keponakanmu ya selamanya begitu."

Percakapan di meja makan tiga minggu lalu itu masih jelas terpatri di benak Nadia.

Meski sang suami selalu membela dengan berkata bahwa pernikahan itu bukan tentang ada dan tidaknya keturunan didalamnya, melainkan tentang komitmen dua orang untuk selalu bersama dalam suka dan duka.

Hingga suatu malam Nadia menemukan sesuatu di dalam telepon genggam Arkan. Sesuatu yang membuat dunia Nadia runtuh seketika.

Apa yang Nadia temukan? Lalu bagaimana Nadia menyikapinya?

Lalu bagaimana dengan Dio, yang muncul tiba-tiba dengan segudang rahasia gelap dari masa lalu nya? Mungkinkah mereka saling menabur racun diatas hama? Atau justru saling jatuh cinta?


Ikuti kisah mereka, dalam Kau Berikan Madu, Maka Ku Berikan Racun. 🔥🔥🔥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jee Ulya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Mudah

"Ayu!" Teriak Asri dari luar kamar.

Sedangkan yang di dalam masih sibuk berkelana dalam mimpi, sebab baru bisa terlelap saat matahari hampir terbit. Ayu muntah-muntah hampir semalaman, sedangkan Arkan lembur dan mungkin tertidur di ruang kerja.

"Ayu, orang hamil nggak baik bangun siang-siang," Asri masih setia mengetuk kamar menantunya itu.

Ayu menggeliat, menggerutu dengan apa yang ibu mertuanya itu lakukan. Pasalnya semenjak Nadia pulang ke kabupaten, Asri seperti tidak ada kegiatan, selain mengontrolnya dengan berbagai mitos-mitos kehamilan.

"Apa, sih, Ma? Masih pagi, juga?" Ayu membuka pintu, malas.

"Orang hamil kok bangunnya siang, nanti anaknya kusam." Lagi, Asri mengatakan mitos tidak masuk akal itu.

"Zaman udah maju, Ma. Besok anak ku, aku kasih skincare," jawabnya malas, lalu menutup pintu.

"Eh, eh. Minum ini dulu, biar perutmu nggak, ini..." Asri menarik tangan Ayu, memberikan segelas jahe hangat sebagai pereda mual.

Sebenarnya niat Asri baik, namun, bagi Ayu itu terlalu berisik.

Ayu menatap cairan kekuningan dalam gelas pendek itu, asapnya sudah tidak sebanyak ketika masih panas. Benar, perutnya lumayan enakan setelah menyesapnya pelan.

"Mas Arkan udah berangkat?"

"Dari subuh, katanya banyak kerjaan," jawab Asri sambil menata piring di meja.

Ayu mengangguk kecil. Menatap pada bingkai foto di sebelah pintu kamar. Sangat kontras dengannya, dalam gambar itu sepasang pengantin baru yang sedang berpelukan mesra, Arkan dan Nadia.

Berbeda dengannya, semenjak resmi menikah, Arkan sudah jarang menyentuhnya. Justru, Ayu sering melihat Arkan diam-diam berdiri di ambang pintu kamar Nadia.

"Jadi, seperti ini kehidupan yang diimpikan oleh orang-orang itu?" lirih Ayu pada diri sendiri.

Ayu menatap remeh pada bayangan dirinya sendiri pada pantulan meja. Mengusap lemah pada perutnya, "Ingat, Ayu. Apa tujuanmu menikah dengan Arkan! Jangan gunakan hatimu." Gumamnya pelan.

Benar Ayu memang diberi fasilitas yang tidak sedikit, kartu kredit Arkan yang hampir tidak ada batasnya, juga beberapa cek kosong yang sudah bertanda tangan.

Tetapi bagi Ayu, itu saja tidak cukup. Ia butuh kehangatan, ia sudah salah melangkah sejak awal, karena hatinya terlanjur ia tautkan.

"Jangan melamun! Orang hamil harus banyak gerak!" seru Asri yang sejak tadi masih berada di hadapannya.

"Ah, iya, Ma." Ayu gelagapan, "Ma gimana kalau kita shopping aja, di mall?"

"Shopping, shopping! Kamu kok nggak kayak Nadia, ya."

"Nadia, lagi... Nadia lagi." Desis Ayu sarat muatan.

"Obat Mama udah kamu, siapkan?"

"Udah!" Balas Ayu asal, kemudian berlalu meninggalkan mertuanya yang masih berdiri di ruang tengah, itu.

Kemudian, Ia memutuskan mandi, bersiap-siap untuk pergi berbelanja ke mall, sesuai rencananya. Tetapi entah karena hormon kehamilan atau memang karena Ayu yang haus belaian. Ia merasakan ada yang bergejolak meminta sentuhan, saat ia menatap pantulan tubuh indahnya di cermin kamar mandi.

"Oh, shit!" Ayu mengerang tidak suka.

"Aku harus ke kantor Arkan!"

Sesampainya di sana. Ruangan besar itu kosong, hanya menyisikan desis pendingin udara yang hampir tidak terdengar.

Ayu memasuki walk in closet yang tersembunyi di dalam toilet, mempersiapkan diri dengan memoles bibirnya merah pekat, parfumnya ia sengaja semprotkan banyak-banyak ke tubuhnya, meninggalkan aroma menyengat yang norak, juga mengenakan lingerie oranye yang tersimpan di laci.

Begitu sang pemilik ruangan telah kembali, Ayu segera keluar dari sana. Pusaran dalam tubuhnya sudah tak bisa ia bendung lagi. Jantungnya berdegup kencang, napasnya tersengal, seolah seluruh ruang kantor itu menjadi panggungnya sendiri.

Ayu langsung meraup bibir lelaki rakus. Beruntungnya Arkan sudah mengaktifkan kaca otomatisnya menjadi buram.

Arkan membalasnya dingin. Keinginannya sudah tidak seperti dulu lagi.

'Cup, cup'

Arkan memberikan kecupan singkatnya sebelum mengakhiri permulaan itu.

"Maaf, Yu. Aku ada meeting," tolaknya lembut saat ayu memberi bungkusan plastik kecil di tangan Arkan. Sebuah 'alat pelindung'.

Ayu merasakan dirinya dicampakkan, dulu rapatnya yang ditinggal demi mementingkan dirinya, kini, dia yang ditinggal demi rapat yang mungkin tidak terlalu penting itu.

"Pak," Ayu kecewa lirih.

"Jangan lupa, pakai kembali pakaianmu. Ini kantor, takut nanti ada yang masuk," ucap Arkan sebelum berlalu. Seakan dulu tempat itu belum pernah menjadi saksi bisu adegan tidak pantas mereka.

Ayu hampir tak tahan menahan gejolak hatinya, namun ia menepis rasa kecewa dan marah. Ia terduduk di sofa, menarik napasnya dalam, mencoba menenangkan diri, tangannya gemetar dan pandangannya kosong kearah dinding

Tanpa aba-aba, sebuah pop up pesan dari handphonenya muncul.

'Kamu tahu harus apa jika suamimu tidak bisa memuaskan mu.'

Tubuhnya tegang, jemarinya gemetar, ia mengamati setiap sudut ruangan, mencari-cari dari mana orang itu mengawasi pergerakannya sekarang.

Detak jantungnya semakin cepat, napasnya pendek. Suasana kantor yang sepi tampak mencekam, bayangan di sudut ruangan terasa menakutkan meski sebenarnya kosong.

Tidak ada yang aneh, semuanya tampak normal. Ayu segera memakai pakaiannya kembali. Wajahnya masih tampak penuh kewaspadaan.

'Kamu semakin cantik, saat kamu ketakutan.'

Sekali lagi pesan dari nomor tak dikenal itu muncul. Membuat bulu kuduk Ayu berdiri.

...****************...

Di tempat lain,

Udara siang itu tidak terlalu panas, mendung tapi tidak hujan. Suasana khas dari kabupaten di pinggiran gunung.

Beberapa pot dari tanah liat menggantung di tembok yang dibuat seperti replika bebatuan air terjun. Anggrek yang mekar di antaranya mengeluarkan wangi lembut.

Teras itu tampak asri, beberapa tanaman pandan dan serai rimbun di bawah pohon jambu air.

Tawa riang anak-anak mengisi udara, bercampur dengan aroma uap rumput dan wangi bunga. Kedamaian yang terasa sejuk membuat siapapun yang berada di sana merasa aman dan hangat.

Nadia sedang berpelukan dengan ibunya, Umi Zahra. Mereka menatap pada beberapa anak remaja juga anak-anak kecil yang duduk melingkar, Bilqis juga ada di antaranya.

Anak-anak itu saling bercengkrama, duduk di atas rerumputan manila pada halaman yang luas, menikmati makanan siang di piring masing-masing.

Mata Nadia berkaca-kaca melihat mereka, tapi senyum kecil tak bisa ia sembunyikan. Ada ketenangan yang berbeda dibanding hiruk-pikuk kota. Ia merasakan kehangatan yang jarang ia dapatkan, seperti kembali ke rumah setelah lama tersesat.

Hari ini hari hari sabtu, mereka pulang sekolah lebih awal. Mereka para anak panti yang diasuh Umi Zahra dibawah naungan yayasan Cinta Ibu, kebanyakan dari mereka adalah anak yatim atau anak-anak yang sengaja ditinggalkan para orang tuanya.

"Mereka kelihatannya bahagia banget ya, Mi. Ketawa-ketawa gitu, diceritain apa sih, sama Abi?" Nadia menatap mereka hangat.

Sejak kedatangannya kerumah itu, Umi Zahra tidak memaksa putrinya itu untuk bercerita. Ia biarkan biarkan Nadia sejenak bernapas, memeluknya erat-erat.

Hening sejenak. Hanya suara angin dan tawa anak-anak yang terdengar. Nadia merasakan kehangatan ibu yang tulus, jauh dari intrik dan kepalsuan kota.

Ia tentu sudah tahu, berita di luar sana sempat heboh. Anak asuh yang ia tolong, justru merusak kedamaian rumah tangga menantunya.

Nadia akhirnya menangis di pelukan umi Zahra, melepas semua kepedihan dan rasa bersalah yang menumpuk. Ia hanyalah seorang anak kecil di mata ibunya.

"Maafkan Umi, ya nak. Umi tidak menyangka Ayu akan berbuat setega itu, setelah semua ini," Umi Zahra mengelus kepala putrinya lembut.

"Gapapa, Umi. Ini ujian bagi Nadia." Hanya itu yang bisa Nadia ucapkan di sela sesenggukan nya.

Isak Nadia semakin kuat, begitu menyayat hati. Tapi di balik tangisannya, ada rasa lega, ia merasa diterima, dipahami, dan dicintai tanpa syarat.

Drrrt... Drrrt.

Entah panggilan ke sepuluh mungkin, sejak tadi pagi Arkan menelepon nya, tapi tak satupun ia angkat.

"Nadia mau di sini dulu, ya Umi." Isaknya parau, tapi ada keteguhan di matanya.

"Nadia nggak mau pulang ke kota dulu."

Umi Zahra mengangguk kecil, "pulanglah Nak, rumah ini selalu terbuka untukmu."

Hening, di antara mereka hanya ada suara riuh anak-anak yang mulai berbaris menuju pria berbadan tegap di depan gerbang.

Tiba-tiba suara yang amat familiar memotong,

"Nadia..."

1
Ma Em
Asro sdh tua bkn sadar dan insyaf benar kata Nadia hrs banyak ibadah agar bisa mengurangi dosanya masih saja serakah dgn harta .
Jee Ulya: Iya kaan, Nadia aja gedek bangett
total 1 replies
Jee Ulya
Wajib bacaaa
Winer Win
dasar tua Bangka si alaaaaan.serakah kali kau.belum kena karma ny nh org..awas strook buuuk
Jee Ulya: ide baguus 😣😭😭😭
total 5 replies
Winer Win
sakno kowe
Winer Win: hahhaa..mendadak jadi Avatar doooonnggg..
total 6 replies
Winer Win
xixi..nggak jadi takziah deh...
Winer Win: iyaaaaaa
total 2 replies
Erchapram
Bagus ceritanya, semangat ya Thor.
Jee Ulya: waah terimakasih banyaaak yaa 😭😭😍
total 1 replies
Winer Win
waaahh..meninggoy...kok enak kali matinya..
jangnlah dulu di matiin itu si ayunya Thor..Lom terkuak Lo itu kebusukan dia ..biar tmbh kejang2 itu si asri sama Arkan kalo tau belang ayu..
Winer Win: gassss
total 8 replies
Aksara_Dee
jin Dasim sedang bekerja
Jee Ulya: Iih jadi takuut 😣
total 1 replies
iqbal nasution
meninggal ya💪💪💪💪
ginevra
lah.... yang nengok siapa? Juan dong mestinya
Jee Ulya: Hihi, iyakan?
total 1 replies
ginevra
aku dukung kamu nad...
Jee Ulya: me too 😍
total 1 replies
ginevra
giliran gini aja baik2kin ...
ginevra
hiah... bisa aja lu nad... sekali kali merasa menang ye kan
Jee Ulya: Mulai hari ini, aku pemenangnyaaa. Kata Nadia sih, gitu 😁
total 1 replies
ginevra
disini aku jadi kasian sama ayu... dia gak di kasih tau apa gimana sih? seharusnya ditatar dulu
Jee Ulya: Wkwk resiko jadi mantu bu Asri. Apa-apa ya salah 🤣
total 1 replies
Winer Win
waooow..ternyata benar kan.kenpa dulu pas periksa katanya sehat semua.ap terjadi kesalahan medis..ketuker datanya..
dengan itu sudah membuktikan..kalo ternyata ayu bukan hamil anak arkah..hahahahahahahaha..sakno Kowe..
Winer Win: masama otor
total 8 replies
ginevra
stalker
ginevra
itu yang namanya apa saudara saudara? iya...kualat
Jee Ulya: Benarkah? Tabir ini belum sepenuhnya terungkap looh 😭
total 1 replies
ginevra
tak kuasa apa emang mau...
ginevra
Dementor kali ah
Jee Ulya: Juan fans beratnya mungkiin
total 1 replies
ginevra
hayoo lho... bayi nya siapa tu
Jee Ulya: Mari kita lihat sampai akhir, benih siapa yang tumbuh ituu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!