Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Jejak Yang Mengusik Hati
Suasana markas sore itu terasa lebih hening dari biasanya. Kapten Prayoda menutup map laporan harian dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Sejak siang tadi, pikirannya terus terpecah. Serelia, kekasihnya yang dulu pernah ia cintai begitu dalam, kini berada hanya beberapa ruangan darinya. Mereka bahkan kembali berada dalam satu kesatuan, sesuatu yang dulu ia pikir akan membuatnya bahagia.
Namun anehnya, yang memenuhi ruang hatinya bukan Serelia, melainkan bayangan gadis muda itu. Amira.
Yoda memejamkan mata, teringat tawa renyah Amira saat bercanda dengannya, tatapan jenaka penuh keberanian, bahkan kebiasaan kecilnya yang makan dengan cepat dan banyak. Semua hal sederhana itu justru membuatnya hangat, seolah membangunkan sisi dirinya yang lama terkubur.
“Apa aku ini gila?” gumam Yoda sambil mengusap wajahnya.
Di saat yang sama, ketukan terdengar di pintu ruangannya. “Masuk.”
Pintu terbuka. Dokter Serelia melangkah masuk dengan jas dokter putihnya, wajah cantiknya dihiasi senyum tipis yang tampak dipaksakan.
“Kak Yoda, masih sibuk?” tanyanya lembut, berusaha mencairkan suasana.
Yoda menegakkan duduknya, memasang wajah formal. “Iya, masih ada laporan yang harus dibereskan.”
Serelia menarik kursi, duduk di depannya. “Aku merasa kita … agak jauh akhir-akhir ini. Ada apa?” Dokter Serelia bertanya, seolah pembicaraan beberapa hari lalu sudah ia lupakan.
Pertanyaan itu mengundang senyum kecut di bibir Yoda. Sementara Dokter Serelia, menunggu Yoda bicara, sesekali ia menatap heran ke arah Yoda.
"Maaf, Dokter. Ini di dalam lingkungan kantor. Bisa tidak kita tetap formal saja? Saya tidak mau orang lain bahkan atasan saya melihat kalau kita sudah saling mengenal." Yoda melipat tangannya, kemudian ia jadikan tumpuan di dagunya.
"Kenapa begitu? Jahat banget kamu, Kak? Aku ini masih kekasihmu. Kalau di dalam ruangan seperti ini, apa salahnya kita nggak sekaku ini?" sergah Dokter Serelia tidak suka.
"Mohon maaf, saya tidak bisa. Tolong hargai profesionalitas kita. Kalau Dokter Serel sudah tidak ada kepentingan lagi, silakan keluar," ucap Yoda setengah mengusir.
"Kak Yoda, please, Kak. Kenapa tidak seperti biasa saja? Ada apa sih sebetulnya dengan kamu? Apa karena keputusan aku yang menunda lagi rencana pertunangan kita sampai tahun depan?"
"Tidak ada hubungannya dengan itu. Sudah saya bilang, saya hanya ingin profesional. Sudah paham?" tegas Yoda sembari berdiri, meraih map di atas meja, lalu bermaksud keluar dari kursinya.
"Aku yang akan keluar, permisi." Dokter Serelia mendahului langkah Yoda. Dia merasa diusir oleh sikap dingin Yoda. Wajahnya muram.
Yoda tersenyum lalu menatap kepergian dokter Serelia. "Kenapa tidak dari tadi?"
Yoda kembali ke kursinya, lalu meraih Hp. "Dik, bisa ketemuan hari ini? Saya mau ajak ngopi di kafe." Pesan Yoda terkirim, entah kepada siapa.
Tidak lama dari itu, Yoda berdiri mempersiapkan diri untuk pulang. Dia buru-buru keluar dari ruangannya, lalu menuju mobil di parkiran.
Dokter Serelia tiba-tiba sudag berada di belakang Yoda. "Kak Yoda. Bagaimana kalau besok, kita berangkat ke kantor ini bersama? Jemput aku ...."
Yoda menoleh dengan kening mengkerut dalam. Dengan cepat dia memotong ucapan dokter Serelia. "Menjemput kamu sepagi itu? Aku jam setengah tujuh harus sudah berangkat karena apel pagi. Kamu di kantor sepagi itu untuk apa? Tidak ada kewajiban kamu untuk apel pagi."
Dokter Serelia terdiam, dia tidak bisa menjawab. Memang benar apa yang dikatakan Yoda, dia mau apa sepagi itu. Bukankah sebagai dokter di batalyon itu, statusnya hanya sebagai dokter tambahan atau cadangan. Bahkan kalau tidak ada hal darurat, maka tidak ada kewajibannya untuk datang ke batalyon.
"Apa aku melakukan kesalahan? Atau … ada orang lain? Kamu beda banget sih, Kak?" Dokter Serelia bicara sedikit bergetar. Dia menatap Yoda heran.
Yoda menarik napas panjang. Dia merasa heran dengan dokter Serelia. Seperti tidak menyadari apa yang pernah diucapkannya beberapa hari yang lalu. “Serel, kamu sendiri yang memilih menunda. Empat tahun aku menunggu, dan lagi-lagi kamu minta waktu. Aku mulai bertanya-tanya, apa kita benar-benar punya arah yang sama?" Entah yang ke berapa kalinya, Yoda mengulang kalimat yang sama.
"Sepertinya, aku menyudahi untuk menunggu. Aku tidak mau berharap lagi denganmu. Aku mohon pamit," lanjut Yoda sembari berlalu menghampiri mobilnya.
Dokter Serelia terdiam, wajahnya memucat. “Aku hanya ingin memastikan semuanya siap, Kak. Aku tidak main-main dengan perasaanmu," pekik Dokter Serelia, membuat Yoda menahan langkahnya.
“Bukan itu masalahnya.” Yoda menatapnya datar. “Masalahnya, aku sudah tidak tahu apakah aku masih bisa menunggu.” Kalimat Yoda menekan.
Dokter Serelia tertegun, sementara Yoda justru segera berlalu dan memasuki mobilnya.
Dokter Serelia menatap kepergian Yoda dengan sedih, puing-puing cinta yang selama ini dia bangun, kini mulai hancur. "Ini semua gara-gara aku terlalu terobsesi," sesalnya.
***
Sementara itu, sore mulai merambat. Amira berdiri di halte bus, memeluk tas gendongnya di dada. Jilbab segi empatnya sedikit berantakan terkena angin, wajahnya letih setelah seharian kuliah. Motor kesayangannya berada di bengkel, jadi satu-satunya pilihan adalah menunggu bus.
"Duh, lama banget. Bisa-bisa kemaleman nih,” gumamnya sambil menendang-nendang ujung trotoar.
Tiba-tiba suara deru mesin berhenti di depannya. Sebuah mobil krem Pajero berhenti tepat di samping Amira. Dari balik pintu, seorang pria muda dengan seragam polisi rapi keluar.
"Amira?” Suara itu terdengar akrab.
Amira menoleh, matanya melebar. "Kak Iqbal?"
Iqbal tersenyum lebar, membetulkan topi polisinya sebelum mendekat. “Kebetulan banget. Kamu nunggu bus ya? Ayo, aku antar pulang. Jangan sendirian gini, berbahaya," ucapnya perhatian.
Amira sempat ragu. “Ah, nggak usah repot. Aku biasa kok naik bus.”
“Tapi kan motormu lagi di bengkel.” Iqbal mengangkat alis, seolah tahu segalanya. “Aku kebetulan lewat sini. Kamu ikut aku saja, Dek. Rumah kita juga searah," desak Iqbal.
Amira mendesah, lalu akhirnya tersenyum kecil. “Ya sudah deh. Tapi, ingat lho, hanya sampai depan gapura," ucap Amira.
"Siap, Adek. Tapi, ngomong-ngomong, kenapa tidak sampai depan rumah saja? Kan enak, turun bisa langsung masuk rumah."
"Nggak deh, lain kali saja," ucap Amira kekeuh. Iqbal tersenyum tipis. Dia sedikit kecewa, karena Amira tidak mau diantar sampai depan rumah.
Mereka memasuki mobil. Namun, jarak beberapa meter dari halte itu, mobil Yoda tiba. Yoda melihat dengan jelas kalau Amira baru saja memasuki sebuah mobil.
Dari kaca mobil, ia melihat sekilas sosok Amira yang duduk di samping seorang pria polisi muda. Jantungnya langsung berdegup kencang, darahnya mendidih.
“Lagi-lagi Polisi itu. Apa dia pacarnya?” gumamnya lirih, jemarinya memukul kemudi. Selang beberapa menit, mobil itupun pergi.
Yoda mengikuti mobil itu dari kejauhan, hatinya bergolak hebat. Ada sesuatu yang menusuk, rasa yang tak pernah ia bayangkan. Tapi, kini dia merasakan. Yoda cemburu.
"Pantes kamu tidak balas pesanku, Dik."
Gimana, bab 4 nih? Maaf, baru up date. Soalnya Author rada bingung, alias sedang kehilangan ide. 😆😆😆
Semoga dengan melihat ketulusan Yoda, hatimu luluh Amira
pilih yoda aja
biar dia punya masa lalu tapi dia kebih prioritas kan km
lebih baik d cintai amira
inget ya mir ☺️😁
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.