Erlin, gadis mandiri yang hobi bekerja di bengkel mobil, tiba-tiba harus menikah dengan Ustadz Abimanyu pengusaha muda pemilik pesantren yang sudah beristri.
Pernikahan itu membuatnya terjebak dalam konflik batin, kecemburuan, dan tuntutan peran yang jauh dari dunia yang ia cintai. Di tengah tekanan rumah tangga dan lingkungan yang tak selalu ramah, Erlin berjuang menemukan jati diri, hingga rasa frustasi mulai menguji keteguhannya: tetap bertahan demi cinta dan tanggung jawab, atau melepaskan demi kebebasan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Abimanyu kembali ke rumah dengan wajah yang kusam.
Ia langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Erlin, kenapa kamu keras kepala seperti ini?" gumam Abimanyu.
Abimanyu melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Agil yang merupakan asisten pribadinya.
"Gil, hari ini aku libur. Tolong tunda semua pekerjaan hari ini."
"Baik Pak, akan saya tunda pekerjaan anda."
Abimanyu mematikan ponselnya dan kembali menaruhnya di sampingnya.
"Abi, boleh aku masuk?" tanya Riana sambil mengetuk pintu.
"Masuklah, Ri. Tidak aku kunci." jawab Abimanyu yang kemudian membetulkan posisi duduknya.
Riana masuk sambil membawa nampan berisi kopi.
"Silahkan diminum dulu, Bi." pinta Riana.
Abimanyu menyeruput kopinya sambil tersenyum tipis.
"Abi, sepertinya Erlin tidak bisa jadi menantu di rumah ini. Umi tidak suka dengan Erlin." ucap Riana.
"Lalu, apakah aku harus menceraikan dia? Mencari pengganti Erlin dan aku menikah lagi dengan wanita lain."
Riana menundukkan wajahnya saat mendengar perkataan dari suaminya.
"Kita usahakan lagi, Abi. Mungkin sebentar lagi aku bisa hamil."
Abimanyu langsung menoleh ke arah Riana yang sedikit egois.
"Riana, kamu juga keberatan aku menikah dengan Erlin? Bukankan kamu yang meminta ku untuk menikah lagi?"
"Iya Abi, aku memang meminta Mas untuk menikah lagi. Tapi bukan dengan Erlin yang berani sama Umi."
"Erlin berani sama Umi, karena Umi yang memancing nya terlebih dahulu. Aku yakin jika Erlin wanita yang baik."
Riana sedikit kecewa dengan suaminya yang malah membela Erlin.
"Baiklah, aku setuju jika Abi mau mempertahankan Erlin. Tapi jika dia punya anak, Abi harus menceraikan dia dan anak harus menjadi milik kita."
"RIANA! Jangan pernah ucapkan lagi apa yang kamu katakan barusan!"
Abimanyu meminta Riana untuk diam dan pergi dari kamarnya.
"Astaghfirullah, Ya ALAH. Ampuni aku." gumam Abimanyu.
Riana masuk ke kamarnya dan menangis sesenggukan.
"Selama kita menikah, baru kali ini kamu membentak ku Abi." ucap Riana sambil meneteskan air matanya.
Riana mengepalkan tangannya di sprei tempat tidurnya.
Ia kembali terngiang jelas dimana ibu mertuanya meminta agar menyingkirkan Erlin.
"Abimanyu hanya milikku, Erlin." gumam Riana.
Sementara itu di bengkel dimana Erlin masih dibawah kolong mobil.
"Er, ayo keluar dulu. Jangan kamu forsir tubuh kamu." pinta Billy.
Erlin menghapus air matanya dan keluar dari kolong mobil.
Pemilik bengkel menghampiri Erlin yang sepertinya sedang tidak fit.
"Erlin, lebih baik kamu pulang dulu. Dan jangan membantah." ucap pemilik bengkel yang bernama Ferdy.
Billy mengambil jaket, helm dan kunci motor milik Erlin.
"Pulanglah dulu, ya." ucap Billy.
Erlin menganggukkan kepalanya dan ia memakai jaketnya.
Ia segera melajukan motornya menuju ke rumahnya.
Tak berselang lama ia menghentikan motornya dan masuk ke rumahnya.
Abi Husein dan Ibu Mina sangat terkejut ketika melihat putrinya yang malah kerumah mereka.
"Lin, mana suami kamu? Apa suami kamu tidak ikut?"
"Mana aku tahu, Bi. Abimanyu kan sudah besar, ngapain tanya ke aku?"
Erlin masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Abi Husein mengambil ponselnya dan menghubungi Abimanyu.
Abimanyu yang baru saja selesai mandi langsung mengangkat ponselnya.
"Assalamualaikum Abimanyu,"
"Waalaikumsalam Abi."
Abi merasakan jantungnya yang berdetak kencang saat mendengar suara Abi Husein.
"Abi, apakah kamu bertengkar dengan Erlin? Dia sekarang ada dikamar nya." ucap Abi Husein.
"Nanti saya akan menceritakannya, Bu. Saya titip Erlin dulu."
Abimanyu menutup ponselnya dan segera memakai pakaiannya.
Ia keluar dari kamar dan melihat Riana bersama dengan Umi Farida yang duduk di ruang tamu.
“Abi, kamu mau kemana?” tanya Riana hati-hati, matanya masih sembab karena menangis.
Abimanyu menatap istrinya sekilas lalu mengalihkan pandangan ke arah Umi Farida.
“Saya mau ke rumah Abi Husein, Umi. Erlin di sana sekarang.”
Umi Farida mengernyit, wajahnya langsung berubah masam.
“Kenapa kamu harus ke sana? Kalau Erlin memilih pulang ke orang tuanya, biarkan saja. Itu tandanya dia tidak sanggup jadi istri yang baik.”
“Umi, Erlin tetap istri saya dan tanggung jawab saya. Kalau ada masalah, saya yang harus menyelesaikannya, bukan lari.”
Riana mendekat ke arah suaminya dan memintanya untuk duduk.
"Maaf Riana, aku harus menjemput istriku." ucap Abimanyu.
Umi Farida bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Abimanyu.
"Kamu itu terlalu lembek sama dia, Abi. Perempuan seperti Erlin tidak pantas tinggal di rumah ini. Umi tidak akan pernah merestui pernikahan kamu." ucap umi Farida yang memang tidak suka dengan Erlin saat pertama kali bertemu di rumah Abi Husein.
Abimanyu menghela napas panjang, lalu mendekat.
“Umi, restu Umi memang penting. Tapi Umi juga harus tahu, kalau aku yang menjalani rumah tangga ini. Aku tidak akan menceraikan Erlin hanya karena Umi tidak suka.”
Riana spontan menoleh, wajahnya kaget mendengar ucapan itu.
Umi Farida pun membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari putranya.
“Abi! Kamu berani melawan Umi hanya karena perempuan itu?”
"Aku tidak melawan Umi. Aku hanya melindungi istriku. Maaf, aku harus segera menyusul istriku." ucap Abimanyu.
Abimanyu masuk ke dalam mobil dan segera melajukannya menuju ke rumah Abi Husein.
Tak berselang lama mobil Abimanyu berhenti di depan rumah Abi Husein.
Abimanyu turun dari mobil dan mencium tangan Abi Husein.
"Dia di kamarnya dan tidak mau keluar dari kamar. Abi khawatir kalau dia melakukan hal nekat seperti dulu lagi," ucap Abi Husein.
Abi Husein mengatakan kalau Erlin pernah melakukan percobaan bunuh diri saat Umi Azizah yang merupakan Ibu kandung Erlin meninggal dunia.
Abimanyu baru mengetahui jika Ibu Mina bukan Ibu kandung Erlin.
"Dia selalu menolak kehadiran Ibu disini, padahal Ibu sangat sayang dengan Erlin." ucap Ibu Mina.
Abimanyu tidak menyangka jika istri yang baru ia nikahi teryata selama ini menyimpan semuanya sendiri.
"Apakah saya boleh menemui Erlin, Abi?" tanya Abimanyu.
"Silahkan, tapi kamu haru sabar menghadapi keras kepalanya Erlin." jawab Abi Husein.
Abimanyu mengangguk pelan lalu melangkah menuju kamar Erlin.
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya sebelum akhirnya mengetuk pelan.
“Lin ini aku, Abimanyu. Boleh aku masuk?” tanya Abimanyu.
"Buat apa lagi? Bukankah kamu tidak percaya sama aku? Pulanglah saja, Bi."
"Lin, aku suamimu dan aku tidak akan pulang." ucap Abimanyu.
Erlin menghela nafas panjang dan bangkit dari tempat tidurnya.
Ceklek!
Suara pintu yang dibuka oleh Erlin dan mereka sekarang saling berhadapan.
Abimanyu melihat wajah istrinya yang sangat pucat sekali.
"Lin, boleh aku masuk? Aku ingin bicara denganmu."
Erlin membalikkan badannya dan meminta suaminya untuk masuk.
