Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Anna merapikan diri hendak pulang, seperti biasa, dia mengetuk pintu ruangan Abel dan menanyakan apa yang bisa dia bantu lagi sebelum pulang.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan khasnya.
"Masuk! " seru Abel dari dalam.
"Saya sudah mau pulang Pak, ada yang anda perlukan lagi sebelum saya pulang? " tanya Anna.
'benar-benar formal, dia bahkan mengatakannya datar tanpa ekspresi, apa benar dia akan mengundurkan diri? ' tanya hati Abel.
Abel menelan salivanya, dia berdiri dari kursinya dan mengambil ponselnya.
"Tidak ada, aku akan mengantar mu pulang" ucap Abel seraya berjalan mendekat.
Anna memperhatikan langkahnya.
"Tidak perlu Pak, saya punya acara setelah ini..." Anna membukakan pintu untuknya.
Abel malah terdiam.
"Ini sudah malam... " Abel berbalik menatapnya.
'hmmm, rasa cemas seorang kakak' ucap hati Anna sedikit mengejek apa yang dikatakan Zidan yang tadi dia dengar.
"Hanya bertemu teman, minum dan kembali ke rumah" jawab Anna santai.
"Tapi.... " Abel hendak melarang dan bersikap seperti biasanya.
"Tapi.... saya rasa semua itu bukan urusan anda Pak! " ucap Anna dengan mata membulat mendongak ke arah Abel yang tepat di hadapannya.
Raut wajah Abel berubah.
'bukan urusan ku? ' tanya hatinya merasa itu tidak benar.
"Ya, anda bos saya, tidak sepantasnya anda terlalu ikut campur dengan urusan pribadi saya sebagai..... "
Belum selesai Anna bicara, Abel sudah menarik lehernya dan mencium bibirnya.
Anna terkejut, namun hanya bisa melotot menatap mata Abel yang terpejam sedang mencumbunya. Semakin lama semakin merasa sesak karena menahan nafas. Dan akhirnya tangan Anna memukul dada Abel.
Abel membuka mata dan melepaskan ciumannya.
Anna terengah-engah, menunduk tak percaya dengan apa yang terjadi.
Abel sendiri hanya diam menatapnya, seolah tak menyesal melakukannya.
"Apa maksud anda.... "
Anna hendak bertanya namun terbata.
"Kau milik ku, sejak hari itu kau milik ku, semua kehidupan pribadi mu adalah urusan ku, kau tidak bisa lepas dari ku, mengundurkan diri? tidak.... kau bahkan tidak akan ku biarkan lepas dari pandangan ku lagi kali ini" ucap Abel.
Tring....
Suara nada pesan ponsel Anna membangunkan lamunan Abel. Dia menatap Anna yang sedang membaca pesannya.
"Maaf Pak, saya tidak bisa menemani anda ke parkiran, teman-teman saya sudah menunggu" ucap Anna kemudian pergi begitu saja.
Abel hanya terdiam, menghela kemudian merasa lemas.
"Apa aku bahkan benar-benar tidak bisa melakukan hal itu? " tanya nya sendiri pada dirinya.
**
Abel terdiam terpaku di depan jendela kamarnya, menatap ke arah luar, mengingat terakhir kali Anna masih bersikap normal padanya.
"Apa ini? Kenapa dia begini? Aku harus bagaimana? " tanya Abel pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Anna baru kembali dari bersenang-senang dengan temannya. Sekaligus membicarakan bisnis baru yang akan dia lakukan setelah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai asisten pribadi sekaligus sekretaris Abel.
"Hufft.... melelahkan! " ucap Anna.
Dia hendak melemparkan tubuhnya sendiri ke ranjang, namun urung.
"Tidak, mulai sekarang kau tidak boleh memanjakan diri mu Anna, kau akan memulai bisnis baru nanti, kau harus lebih kuat" ucap Anna menyemangati dirinya sendiri.
Dia mengambil nafas dalam dan menghela. Dia pergi mandi dan bersiap untuk tidur.
Namun, saat hendak tidur, suara telpon membuatnya menatap lama ke arah ponsel yang dia letakan di meja.
"Andri? " gumamnya setelah melihat siapa yang menelpon.
"Hall...."
"Anna tolong, Pak Abel hilang! " seru Andri sebelum Anna bicara.
Reflek Anna langsung mengambil jaketnya dan tas juga. Dia pergi dari rumahnya dan mencari taksi.
"Aku di taman dekat apartemen, dia tidak ada... tadi aku lihat dia berjalan ke sini sempoyongan, ku rasa dia mabuk... sandalnya berceceran di jalan" jelas Andri.
"Ok aku ke sana! " ucap Anna seraya melihat ada taksi yang mendekat.
Dia melambaikan tangannya dan taksi berhenti. Saat hendak membuka pintu, dia berhenti.
"Tidak Anna, biarkan saja, kau akan berhenti bukan, belajarlah untuk tidak peduli lagi" gumamnya.
"Nona, jadi naik tidak? " tanya supir taksi.
Anna menatapnya, kemudian mengingat Abel yang sangat sensitif dengan kotor, dia kan sakit flu jika tidur dalam keadaan kotor.
"Ahhh, sialan, nantinya aku juga yang repot" gumamnya lagi kemudian masuk ke dalam mobil.
**
Taman dekat apartemen Abel. Taman yang dekat dengan jembatan tinggi menjulan, dengan hiasan lampu yang indah.
Sudah larut malam, tidak ada orang di sana. Hanya Anna dan Andri yang berkeliaran dengan senyap mencari Abel.
"Kau ke arah sana aku ke sini, telpon jika sudah ketemu, jangan sampai jadi viral, nanti dia ngomel-ngomel lagi" ucap Anna.
Andri menurut, mereka pergi ke arah berbeda.
Anna pergi ke jembatan, berlari kali ini dengan cemas nya, karena mendengar cerita Andri tentang Abel yang meracau akan mencarinya.
"Kenapa dengan dia? kenapa mencari ku ke sini? " tanya nya.
"Pak....! " seru Anna, kali ini merasa tak perlu mengendap-endap.
"Anna! " jawab Abel.
Anna berbalik, merasa suaranya sangat dekat.
"Pak Abel dimana? " seru Anna.
"Anna! " Abel hanya menyebut namanya.
"Pak! " Anna mendekati arah suara Abel.
"Aku menemukan mu! " ucap Abel yang berjongkok di semak-semak.
Anna memperhatikannya.
"Kau ini, jangan pergi jauh dariku hmmm, kau milik ku, sejak hari itu kau milik ku, semua tentang mu adalah milik ku, kau tidak boleh pergi dari ku tanpa izin ku, kau mengerti? " racau Abel.
Anna mengelilinginya, dan melihat dia sedang bicara dengan seekor kucing yang dia tangkap.
Raut wajah cemas Anna menghilang dan berubah menjadi kesal.
"Sejak kapan dia tidak takut binatang? " gumam Anna kesal lalu mendekatinya.
Dia berdiri cukup lama memperhatikan Abel yang terud bicara pada kucing itu, seraya menciuminya.
"Anna, jangan pergi ya! Aku bisa mati jika kau pergi, aku minta maaf karena selalu marah padamu, tapi kan aku memang benar, kau yang salah, kali ini aku yang meminta maaf, aku baik kan? Kau yang salah, aku yang meminta maaf" racaunya lagi.
Anna menghela.
"Sudah cukup Pak! Nanti anda sakit karena terus mencium kucing itu! " ucap Anna ketus.
Abel mendongak, kemudian tersenyum.
Anna terkejut karena wajah Abel bengkak, dia langsung melepaskan kucing itu dari pelukan Abel.
Abel dilarikan ke rumah sakit.
Tangan Anna terus menggenggam tanganya sepanjang jalan, dia sangat ketakutan melihat keadaan Abel.
"Apa aku harus beritahu nyonya Sanjaya? " gumam Anna.
Dia merasa takut untuk mengabarkan keadaan Abel, ingat dengan semua kata-katanya saat menitipkan Abel padanya.
"Apa nanti dia nggak akan kecewa dan ikut mengomel nantinya? " gumam Anna lagi, takut.
Anna menatap Abel yang mulai ditangani suster.
Kemudian dokter Abel datang menepuk pundaknya.
"Aku sudah kabari Bu Santi, kau istirahatlah! " ucap Stevan melihat keadaan Anna dengan piyama yang kotor.
"Tidak, aku akan tunggu di sini" ucap Anna kemudian keluar dari ruang pemeriksaan.
\=\=\=\=\=\=\=>>>