NovelToon NovelToon
INDIGO

INDIGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'

mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.


suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi

Aku menggerutu sebal dengan langkah tergesa gesa, kelasku baru saja selesai. Sesekali ku lihat jam yang melingkar di tanganku, pukul 10.22 malam.

Dosen menggeser jam kuliah pada malam hari, alasannya karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda.

Parkiran kampus sudah sepi motor, sayup sayup aku mendengar seperti suara dosen sedang mengajar.

Tapi aku yakin, di fakultas ku tidak ada jam malam lagi. Aku berjalan perlahan untuk mengintip ke jendela ruangan

Awalnya tampak semua normal, ada dosen dan mahasiswa yang sedang berdiskusi satu sama lain.

Aku berfikir sejenak, apa ada kelas lain juga di malam hari. Tapi dosen itu tampak sangat asing di mataku, bisa di bilang aku tidak pernah melihatnya. Atau dia dosen baru? Pikirku.

Sibuk dengan pikiranku yang berkecamuk. Suara yang ku dengar hilang, seketika menjadi hening. Keningku berkerut, semua nya hilang.

Ruangan itu tampak kosong tak berpenghuni. Hanya ada aku yang berdiri di depan jendela.

Sreekkk..srekkk

Ku edarkan pandanganku ke lorong kampus yang gelap di ujung gedung. Jantungku berdetak kencang, pelan namun pasti sosok yang ku lihat di dalam ruangan tadi sudah berjalan terseok-seok di lorong kampus. Di ikuti dengan para mahasiswa dengan ke adaan compang camping.

Bahkan bau gosong pun tercium pekat.

Penampilan mereka seperti habis terbakar sesuatu, kulit menghitam, wajah hancur tak berbentuk serta darah bercucuran bersama kulit mereka yang mengelupas.

Sosok dosen itu menatapku dengan pandangan kosong.

Kaki ku melangkah mundur dengan keringat dingin membasahi wajah. Kenapa di saat seperti ini aku tidak bisa mengontrol tubuhku, berat sekali rasanya untuk melangkah pergi.

Mataku masih terpaku pada sosok sosok mengenaskan itu.

Hingga rombongan itu berjalan semakin dekat. Aku spontan jatuh di lantai dan menutup wajahku dengan kedua tangan, darah dari sosok itu sudah mengenai sepatuku.

Nafasku tertahan

Namun sedetik kemudian, rombongan itu melewati ku begitu saja. Seperti mereka tidak melihatku ada. Aku terdiam kaku. Apa yang terjadi? Pikirku. Kenapa mereka seolah tidak melihatku ada disini

"Hey"

"ALLAHUAKBAR" aku terkejut. Seorang laki laki berjongkok di depanku. Ku tatap lamat wajahnya lalu kakinya untuk memastikan dia manusia. Aku bernafas lega

"What's wrong?" Tanyanya.

Aku menggeleng , ini cowo yang ku temui di bioskop tempo lalu

"Gak papa kak" ku raih tas yang tergeletak di lantai lalu berdiri

" Jhonatan Van Hendric, panggil joan aja. fakultas kedokteran, salam kenal" ia menyodorkan tangannya padaku. Kami pun bersalaman

"Nadia ayu Oktaviani, panggil aja Nadia kak" ucapku. Ia mengangguk

"Ngapain malem malem kesini kak" aku mecoba untuk basa basi

"Oh, mau nganterin berkas, kalau gak keberatan bisa tunjukin ruangan dosennya dimana" pinta nya dengan nada bicara khas bule, yang masih bisa ku pahami.

Aku mengangguk lalu kami berjalan ke ruangan dosen.

Kak joan masuk ke dalam sedangkan aku menunggu di koridor. Hanya 15 menit, lalu dia keluar dan menghampiri ku

"Makasih ya, abis ini kamu mau ke mana?"

"eum.. ya pulang lah kak udah malem"

"Oh sama, aku juga mau pulang, bareng aja aku anterin"

Aku berfikir sejenak, bisa heboh nih si mamah kalau aku pulang bareng bule gini. Hihihi /ketawa jahat/

Aku mengangguk iya kan, setidaknya ada teman ngobrol, tidak sendirian pulang ke rumah. Aku tidak ingin melihat hal hal aneh lagi, sudah cukup, aku lelah.

\=\=\=\=\=

Mataku masih enggan terpejam, hanya berguling guling di atas kasur. Kejadian tadi membuat banyak pertanyaan di kepalaku. Mengapa sosok sosok itu seolah tidak melihatku, apa yang terjadi pada mereka, siapa mereka. Kepalaku pusing.

Ku memutuskan pergi ke dapur membuat kopi untuk menenangkan pikiran.

"Ngapain sih kak" aku menoleh ke sumber suara. Ah, rupa nya mamah bangun ingin ambil wudhu untuk sholat malam.

"Buat kopi mah, biasa gak bisa tidur" ucapku masih mengaduk aduk cangkir

Mamah mendekat lalu menaik turunkan alis nya, menggodaku.

"Pacar kamu ya kak?"

"Pacar apa sih mah" jawabku cuek

"Ishhh, yang itu loh tadi kan kamu di anterin sama cowo, bule lagi, rambutnya pirang gitu. Ganteng kak" mamah menyolek lenganku

"Kakak tingkat mah, kebetulan aja itu mah" jawabku

"Pacaran juga gak papa. Mamah restuin" aku tak menggubris ucapan mamah

"Jangan keseringan loh kak, lambung kamu itu loh udah parah" mamah menunjuk kopiku, aku mengangguk saja sembari mengambil beberapa cemilan di lemari dapur.

Akhirnya aku memutuskan menonton drama sepanjang malam hingga tak terasa aku ketiduran.

Aku bermimpi berada di padang rumput hijau dengan beberapa tanaman yang tingginya hampir selutut orang dewasa.

Bau harum semerbak menusuk indra penciuman ku. Tapi tunggu ! Aku familiar dengan bau ini, bau yang sama seperti waktu aku mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu.

"Nduk" sebuah suara memanggilku dari arah belakang, aku membalikan tubuhku. Seorang kakek menatapku dengan senyuman di wajahnya, sedangkan aku menyerit heran karena aku tidak tau siapa kakek ini.

Beliau datang bersama seekor macan putih, tatapan nya yang tajam membuatku agak merinding sebenarnya.

Harimau yang sama seperti waktu itu

Kaki ku melangkah mundur sedikit demi sedikit memberi jarak antara kami, hingga ku rasakan punggungku menabrak sesuatu.

Aku menoleh dan melihat almarhum kakek ku. Kakek tersenyum melihat ku, wajahnya begitu terasa teduh. Tak terasa air mataku luruh begitu saja karena belakangan ini aku merasa rindu pada beliau.

"Cucu kakek jangan nangis" ucap nya, ku peluk beliau dan semakin menangis

"Kangen kek" adu ku. Usapan lembut ku rasakan di kepalaku

"Itu leluhur kita, nduk" kakek melepas pelukan ku, lalu melihat sosok yang berdiri bersama macan putih itu.

"Dia bakal jagain kamu, coba elus kepalanya. Energi dia gak asingkan" tangan kakek menunjuk ke arah hewan itu, di angguki oleh sosok kakek lain yang menatapku.

Dengan ragu aku menyentuh kepalanya, bulu bulu lembut terasa di jemari tanganku malah membuatku tambah merinding.

"Jangan takut"

Aku tersentak mundur, sosok itu bisa bicara. Ku tatap kakek buyutku, beliau mengangguk dan tersenyum menghampiri ku sebelum tangannya mengusap wajahku dan yang ku rasakan semua nya menjadi gelap.

1
Afiq Danial Mohamad Azmir
Wahhh!!
Alexander
Nggak kebayang ada kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!