NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kena Kutukan

Suatu pagi di taman sekolah,  Tina sedang duduk sambil menggambar-gambar coretan nggak jelas di bukunya. Dinar duduk di sebelahnya, nyengir sambil melahap roti isi coklat. Dinar tau kalau sebenarnya Tina lagi memperhatikan seseorang.

"Eh, Tin. Gue kasih tau ya, jangan sampe suka sama temen sekelas. Bahaya!" kata Dinar yang menyampaikan gosip ini dari beberapa temannya di kelas lain.

Tina menoleh dengan alis terangkat. "Lah, kenapa emang? Emangnya kalo suka sama temen sekelas kenapa?"

"Percaya deh, kalo lo suka sama temen sekelas, hidup lo bakal kayak sinetron. Tiap hari ketemu dia, tiap hari deg-degan, terus tiap dia senyum lo auto lemes. Belum lagi kalo dia deket sama cewek lain, wah… rasanya kayak ujian Matematika, bikin pusing!" Jelas Dinar sambil mendengus karena Tina sepertinya kurang percaya.

Tina tertawa kecil. "Ih, lo lebay banget, Din. Gue mah nggak bakal suka sama temen sekelas. Aman kok!"

"Inget kata-kata gue, Tin. Sekali lo naksir, susah move on. Apalagi kalo dia temen sebangku, wah tamat hidup lo." ucap Dinar yang mulai serius sekarang, Tina mungkin mulai khawatir tapi tetap terlihat seperti tak percaya.

"Tenang aja, Din. Gue mah imun sama yang namanya cinta-cintaan di kelas."

Beberapa hari kemudian…

Di jam istirahat, Tina yang lagi asik ngobrol sama Dinar mendadak terdiam waktu Romeo lewat di depan mejanya sambil ngebenerin lengan seragamnya. Entah kenapa, waktu itu Romeo keliatan lebih ganteng dari biasanya.

"Eh, Tin. Lo kenapa diem? Mata lo kok nge-zoom ke Romeo gitu?" Tanya Dinar penasaran dan iseng dengan Tina.

"Eh? Kagak… nggak liat apa-apa kok!" Elak Tina yang sekarang salah tingkah.

"Iya iya, mata lo kagak liat, tapi hati lo yang liat, ya?!"

"Beneran, Din! Gue mah kebal sama pesona anak kelas sendiri!"

Tapi, nasib berkata lain. Setelah kejadian itu, entah kenapa setiap Romeo lewat, Tina jadi sering auto loading lima detik. Tiap kali mata mereka bertemu, jantungnya berasa kayak lagi ikut lomba lari 100 meter.

Sampai suatu hari, Dinar memergoki Tina lagi curi-curi pandang ke arah Romeo yang lagi main basket di lapangan sekolah.

"HAH! GUE TAU! LO SUKA SAMA ROMEO KAN?!"

Tina langsung panik. "Eh, eh, siapa yang suka? Kagak, sumpah kagak!"

"YA UDAH, SEKARANG KITA COBA. ROMEO! SINI DEH!" Suara Dinar yang keras membuat Romeo menoleh dari tempat duduknya  di pinggir lapangan karena ia menunggu giliran bermain basket.

"DINAR JANGAN!"

Tapi terlambat. Romeo menoleh, bingung, lalu berjalan mendekat.

"Ada apa, Din?"

Tina langsung pura-pura sibuk coret-coret buku. Dinar cengengesan sambil nyenggol bahu Tina.

"Nggak, gue cuma mau ngetes sesuatu aja. Udah, makasih ya, Rom!" ucap Dinar yang terlihat iseng Romeo sedikit bingung dengan sikap Dinar dan juga Tina di bangku taman itu.

Romeo ngangguk bingung, terus balik ke lapangan. Setelah dia pergi, Tina langsung melotot ke Dinar.

"GILA YA LO! NGAPAIN MANGGIL DIA?!" Tina panik dengan berbisik dan kepanikannya itu ketika Romeo meliriknya heran.

"Gue cuma mau buktiin teori gue. Dan ternyata…" bisik Dinar yang iseng pada Tina sambil tertawa.

"Apaan?" Suara Tina yang mulai kesal dengan Dinar yang mang hobinya ngerjain Tina apalagi jika tentang Romeo.

"Lo kena kutukan suka sama temen sekelas. Selamat datang di dunia penuh deg-degan dan drama ngeliatin gebetan dari jarak dua meter!"

Dan sejak hari itu, hidup Tina beneran jadi kayak sinetron remaja, penuh momen canggung dan tatap-tatapan nggak sengaja sama Romeo.

Di sudut lapangan sekolah yang ramai dengan suara bola basket memantul dan tawa para siswa, Romeo duduk diam di bangku panjang. Tangannya memegang botol minum, namun matanya hanya terpaku ke arah lapangan tanpa fokus. Biasanya, ia adalah salah satu yang paling bersemangat saat di lapangan. Namun, kali ini, pikirannya terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dadanya.

Dika dan Hanan, yang duduk di sampingnya, mulai merasa heran melihat sikap temannya yang tidak seperti biasanya.

“Eh, Rom. Lo kenapa sih? Dari tadi diem aja kayak patung di taman kota,” tanya Dika sambil menyikut lengan Romeo.

“Iya, biasanya lo paling rame kalo udah di lapangan. Lagi mikirin apa? Duit jatuh? Nilai jeblok? Atau…” Hanan mempersempit matanya sambil mendekatkan wajahnya ke Romeo. “...lagi mikirin cewek, ya?” godanya dengan senyum penuh arti.

Romeo hanya melirik sekilas tanpa menjawab. Alih-alih, dia pura-pura meminum air dari botolnya, seolah mencoba menghindari tatapan mereka. Namun, tingkahnya justru semakin mencurigakan.

“Wah, beneran ini mah!” seru Dika dengan nada menggoda. “Ngaku deh, siapa ceweknya?”

“Apaan sih? Kagak ada,” jawab Romeo cepat, berusaha terdengar santai. Namun, nada suaranya terdengar terlalu defensif untuk disebut santai.

“Udahlah, Rom. Kita temen lo. Kalo lo lagi galau, cerita aja. Biar kita kasih solusi—walaupun, ya, biasanya solusi kita malah bikin tambah ribet sih,” ujar Hanan sambil terkekeh.

Dika, yang duduk di sebelah Romeo, tiba-tiba menyikutnya lagi, kali ini lebih pelan. Dengan nada setengah bercanda, dia berkata, “Jangan-jangan… Tina, ya?”

Romeo langsung tersedak air minumnya. Dia buru-buru menahan batuk dan memalingkan wajah ke samping, seolah ingin menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

“Heh! Ngapain bawa-bawa nama dia? Kagak ada urusan!” kilahnya, namun suara dan ekspresinya justru semakin memperkuat dugaan mereka.

Dika dan Hanan saling pandang sejenak sebelum akhirnya tertawa lepas.

“Wah, beneran ini mah! Reaksi lo terlalu heboh buat orang yang katanya ‘kagak ada urusan!’” seru Hanan sambil memegang perutnya yang terasa sakit karena tertawa.

“Udah, Rom. Kalo lo naksir, bilang aja. Daripada lo cuma diem-diem doang, terus ntar malah disalip Jovan. Tuh bocah kan suka tiba-tiba muncul kayak hantu sambil bawa-bawa coklat,” kata Dika dengan nada lebih serius, meskipun sudut bibirnya masih menahan tawa.

Mendengar nama Jovan disebut, raut wajah Romeo berubah seketika. Tatapannya menunduk, dan tangannya memutar-mutar botol minumnya tanpa sadar. Dalam hatinya, ia tahu Dika ada benarnya. Sejak melihat Jovan memberikan buket coklat kepada Tina tadi siang, ada rasa aneh yang muncul di dadanya. Rasa yang tidak terlalu menyakitkan, namun cukup membuat hatinya terasa nyeri dan gelisah.

Romeo menghela napas pelan sebelum berucap lirih, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Gue cuma… nggak tau aja gimana caranya ngomong ke dia. Lagian, gue ini siapa sih? Bukan siapa-siapa di hidupnya, cuma temen sekelas doang.”

“Eh, jangan gitu, Rom,” kata Hanan, kali ini dengan nada yang lebih lembut. “Lo itu bukan cuma ‘temen sekelas.’ Lo itu Romeo, yang tiap hari bikin Tina nyari-nyari alasan buat ngobrol sama lo. Percaya deh, kalo dia nggak ada rasa, dia nggak bakal sering nyari perhatian lo.”

“Iya! Masa lo nggak sadar sih?” timpal Dika sambil tersenyum lebar. “Tina tuh kalo ngobrol sama lo suka senyum-senyum sendiri. Kalo itu bukan tanda-tanda suka, gue bakalan makan sepatu gue sendiri!”

Romeo menoleh ke arah mereka berdua, sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk senyum tipis. Namun, bukannya menanggapi perkataan mereka, Romeo malah berdiri sambil merenggangkan tangannya ke atas.

“Udahlah, daripada ngebahas ginian, mending kita main basket. Siapa yang kalah, traktir es teh di kantin,” ujarnya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dika dan Hanan, yang memang selalu semangat jika ada tantangan, langsung bersorak, “GAS!” sambil berlari ke lapangan.

Namun, meskipun Romeo tampak ceria di depan teman-temannya, di dalam hatinya, kata-kata mereka masih terngiang. Tatapan mata Tina, senyumnya, dan suara tawa kecilnya saat mereka mengobrol—semuanya berputar di kepala Romeo, seolah menjadi pengingat bahwa mungkin, hanya mungkin, harapan itu tidak sebesar yang ia kira.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!