NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pasar

"Tunggu...Ma..."teriak ku pada Mama yang sudah siap bersama adik ku, tapi Mama sibuk sekali mengurus Vino yang cerewet mengurus uangnya jadi tidak punya kesempatan sekedar mendengar suara ku.

Aku mengunyah dengan cepat tiga suap berikutnya maka selesai, begitu terburu-buru sampai tenggorokan ku terasa mengganjal. Aku pun buru-buru mengambil air minum dan menegak nya sampai rasa tenggorokan ku lebih nyaman. Lalu membereskan bekas makan ku, mencucinya dengan tergesa sampai masih berasa busa sabun. Tapi terserah saja, jika aku mengulang untuk mencelupkan sekali lagi kedalam air aku bisa tertinggal oleh Mama yang tidak terdengar lagi suaranya yang kemudian aku letakkan dirak.

"Mama..tunggu aku"aku berlari mengejar Mama setelah memasang sendal jepitku yang menipis, aku mau beli yang baru hari ini.

"Kenapa lari-lari? kaya anak kecil saja"omel Mama dari jauh sana, padahal sikap nya sekarang juga seakan menunjukkan bahwa aku masih kecil.

Aku pun berhenti berlari mengganti nya dengan langkah besar versi kaki ku.

"Kamu kenapa teriak-teriak gitu manggil Mama, kalau sampai kedengaran adikmu mau kamu yang gendong"aku hanya diam mendengar omelan Mama yang berikutnya tapi aku merasa kesal pada satu orang yang ditengah, tertawa-tawa menjengkelkan. Jadi aku mencubit tangan nya sampai dia mengaduh dan mengadu pada Mama.

"Diam Vino, makanya jangan dekat dia. Pindah sebelah sini" Vino diam tapi sesekali masih menjulurkan lidahnya padaku, dan aku hanya memutar mata melihat kelakuannya itu.

Bila aku dekati, dia akan menjerit. Gayanya saja sok berani.

Kami terus berjalan melewati tiap rumah penduduk untuk pergi ke pasar,sehingga beberapa orang juga menyapa-begitu pun sebaliknya Mama yang ada saja sesuatu yang mampu membuatnya bersuara tiba-tiba.

Pasar letaknya ada ditengah jalan, seperti pusat tempat bertemu orang-orang dari tiap jalan dan rt yang berbeda. Sering disebutnya adalah jalan kotak hilir mudik. Jika dari jalan Lais, arah rumah ku itu cukup jauh namun aku tidak tahu jika dihitung pakai nilai angka tapi jika rumah atau gedung apa yang perlu aku lewati untuk sampai maka aku hanya akan menyebutkan, aku perlu melalui rumah Lani lalu gedung SMP-Negeri 1 Baru Merdeka.

Setiba disana aku mengajak Mama mencari sendal tapi Mama malah mengajak ku berkeliling membeli kebutuhan pokok primer sambil menenteng barang bawaan. Lalu setelahnya baru Mama menawarkan membeli sendal.

"Yang ini aja Ma, bagus" pilihan ku jatuh pada sendal sepatu berwarna hitam.

"Ini berapa harganya" Mama menunjukkan nya Lalu penjual memberi tahu harganya dan..tidak jadi, Mama tidak setuju dengan harganya.

"Cari yang lain, orang nya nggak mau kurang. Mama tinggal dulu cari titipan Verrel dan Vano, ayo Vino" aku ingin mengikuti Mama saja tapi, penjual nya masih menawarkan barang dagangannya yang lain padaku dan alasan lain, aku harus sudah punya sendal baru hari ini karena besok kondangan.

"Coba ini"untuk kesekian kalinya Penjual memberi ku arahan dan aku lagi-lagi mencobanya, telapak kaki ku akan masuk saat tiba-tiba seseorang berjongkok disampingku.

Aroma Mint dan suara yang ku hapal betul itu entah bagaimana membuat jari kaki ku salah masuk.

"Yang ini berapa, Abang?" Seketika itu juga jantungku berdebar tidak nyaman, lalu dengan perlahan aku meliriknya. Berawal dari jari tangan sampai ke telapak lalu naik ke lengannya dan berakhir di profil wajahnya.

"Itu 40, barang bagus itu. Asli, ukurannya Mas?"

"43,Bang"aku bergeser sedikit menyadari jarak kami terlalu dekat, tepat saat itu dia menoleh kearah ku. Dia sudah menyadari keberadaan ku.

Jadi, aku segera berpaling setelah mata kami bertemu seperkian detik. Lalu aku berjongkok mengambil sendal baru itu tanpa sempat mencobanya dengan benar.

"Yang ini aja, bungkus satu"aku menyerahkan nya pada Penjual yang langsung terkekeh entah sebab apa?

"Semangat sekali ngomongnya Mba sampai kaget saya, satu aja. Nggak sepasang Mba?"

Penjualnya malah menggoda ku,ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda. Begitu saja tidak mengerti, aku harus buru-buru cabut dari sisi Haneul.

Penjual nya tertawa lagi, tapi tangannya kali ini bergerak membungkus. "Berapa?"aku menerima bungkusan itu seraya bergerak semakin menjauh saat disampingku yang lain mulai legang.

"35, pelan-pelan aja ngomong nya Mba. Iyakan Mas, jangan galak nanti lelaki takut" kali ini penjual itu menoleh pada Haneul seraya memainkan alisnya.

Aku jadi menyesal bertahan disini karena sopan santun, seharusnya langsung pergi saja tadi menyusul Mama. Pantas saja Mama langsung pergi kalau begini.

Aku menoleh sekilas pada Haneul yang juga menatapku masih dengan posisi setengah jungkok. Lalu aku mengeluarkan selembar uang 50 yang dikasih Ayah, khusus untuk ku.

"Maaf yahh Mba, saya bercanda kok. Kalau cantik meski galak juga bakal banyak yang suka, iyakan Mas?" Penjual itu bertanya lagi pada Haneul seraya mengembalikan kembalian ku dan aku cukup terkejut untuk satu ini, ketika menoleh pada Haneul dia tersenyum dengan kepala tertunduk sedikit mengangguk seakan membenarkan pernyataan penjual itu.

Jantungku semakin menjadi saja karena Haneul, setelah menerima kembalian aku segera beranjak menjauh dan saat itulah aku mendengar suara kekehan Haneul. Tapi aku tidak ingin berpaling, meski ingin. Aku hanya terus mempercepat langkahku menuju entah kemana. Namun masih samar terdengar oleh ku saat Haneul mengatakan sesuatu yang membuat kedua bahu ku merosot.

"Cuma satu ruangan Bang, nggak dekat"itu kenyataan nya, memangnya apa yang aku harapkan?. Menyebut ku sebagai kenalan atau teman, bukankah masih mending Haneul mengatakan itu daripada dia bilang tidak kenal.

"Daniza..."lalu siapa ini yang memanggil, aku menoleh dan aku dapati Ali tersenyum padaku.

Apa ini? kami tidak dekat juga tidak satu ruangan lalu mengapa Ali menyapa. Apa karena dia tetangga? terlambat sekali untuk bertegur sapa, sudah hampir 17 tahun rumah kami berdekatan kenapa baru sekarang dia ingin bertegur sapa?.

Dengan kebingungan aku mengangguk seraya memberi senyum kecil yang bahkan tidak sampai mata.

"Udah Dan.."Mama bertanya seraya melihat pada tentengan kresek ku, seraya mendekat pada Mama yang masih menunggu sate aku mengangkat kantong kresek yang Mama maksud.

"Udah dicoba?"

"U-dah.."dengan ragu aku menjawab dan hati kecil ku tiba-tiba mengatakan bahwa aku perlu membukanya sekali lagi.

"Coba Mama lihat" aku membuka nya setelah menaruh beberapa barang yang lain ditanah. Itu adalah sendal jepit dengan sedikit hak.

"Ini Kebesaran Daniza, tukar sana lagi" aku tersentak oleh suara Mama, ketika aku baru mencoba sendal itu lagi.

Ini memang sedikit kebesaran karena aku tidak sempat mencobanya tapi jika menukarnya kembali? Aku malu dan takut Haneul masih berada disana. Lalu karena suara Mama yang cukup keras dan omelan nya menjadi panjang, beberapa orang disekitar jadi ingin tahu dan mereka juga ikut mendorongku untuk pergi memperbaiki kesalahan ku.

Jadi mau tak mau aku pun beranjak dengan langkah ragu, berharap Haneul sudah pergi dari lapak Tukang sendal sepatu. Namun ternyata dia masih disana dengan sekantong kresek-dia mengobrol. Lalu entah bagaimana tatapan kami bertemu dan dia berpaling. Beberapa langkah lagi kaki ku akan sampai ditujuan tapi Haneul beranjak dari sana.

1
Kesini
itu pesona dimas
rina Happy
jadi pnasaran, kenapa daniza berubah stelah ambil mantel dirumah han,, apa ada hubungannya dengan rina?
sial namaku juga rina/Facepalm/
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!