Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 16
Empat penguasa kota—Patriark Hun, Patriark Meng, Patriark Lung, dan Patriark Li—bergerak mendekati Acheng. Mereka berjalan perlahan, aura mereka menekan, dan ekspresi mereka menunjukkan ketidaksenangan.
Patriark Hun, seorang pria tegap dengan janggut lebat dan mata tajam, berbicara pertama kali, “Siapa kau sebenarnya?” suaranya tegas namun penuh rasa ingin tahu. “Apa yang kau lakukan hingga tujuh tetua Sekte Bintang Darah mengejarmu seperti anjing liar yang marah?”
Acheng mengangkat kepalanya perlahan. Matanya yang dingin memandang tajam ke arah empat orang itu. Ia tahu bahwa saat ini dirinya berada di posisi yang tidak menguntungkan. Menyadari situasi, ia menghela napas panjang sebelum menjawab dengan tenang, “Ini hanyalah kesalahpahaman kecil. Aku tidak memiliki sesuatu yang membuat mereka mengejarku dengan cara seperti ini.”
Mendengar jawaban itu, Patriark Meng, seorang pria dengan rambut abu-abu dan wajah yang tegas, melangkah maju. “Kesalahpahaman kecil?” Ia mengerutkan kening. “Kau pikir kami akan percaya begitu saja? Tujuh tetua sekte itu bukan orang yang bertindak sembarangan. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?”
Acheng hanya menatap mereka dengan ekspresi datar. Ia tahu bahwa mengungkapkan kebenaran tentang Hati Naga Iblis hanya akan memperkeruh keadaan. “Percaya atau tidak, itu urusan kalian. Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan lebih jauh.”
Patriark Hun mendesah kesal, tetapi sebelum ia bisa melanjutkan, Patriark Lung, seorang wanita dengan wajah cantik dan dingin, berbicara dengan nada penuh ironi. “Kau berbicara seolah kau adalah korban di sini, tetapi kau lupa bahwa kerusakan kota ini sebagian besar adalah akibat ulahmu. Bagaimana kau berniat mengganti semua ini?”
Acheng memicingkan matanya, jelas-jelas tidak nyaman dengan tuduhan itu. “Aku tidak pernah berniat merusak kota kalian. Jika itu membuat kalian merasa lebih baik, aku akan mengganti semua kerugian yang terjadi.”
Patriark Li, seorang wanita berpenampilan anggun namun memancarkan aura berbahaya, menyilangkan tangannya. “Berbicara itu mudah. Kau tahu berapa biaya yang harus kau bayar? Setidaknya satu juta koin emas. Kau pikir kau bisa membayarnya?”
Acheng tidak menjawab. Ia hanya menutup matanya sejenak, menarik napas panjang, lalu membuka cincin penyimpanannya. Ia memindai isinya dan menghitung dengan cermat. Untungnya, rampasan besar dari Sekte Tombak Merah memberinya lebih dari cukup untuk memenuhi jumlah yang disebutkan. Ia memiliki lebih dari satu juta koin emas, meskipun itu akan membuat tabungannya hampir habis.
“Aku akan membayarnya sekarang,” katanya dengan nada datar, tetapi penuh kepercayaan diri.
Mata keempat penguasa kota menyipit. Patriark Hun mendekat dengan hati-hati, mengangkat cincin penyimpanannya, dan berkata, “Kalau begitu, kirimkan ke sini.”
Acheng menggerakkan jarinya, dan dalam sekejap, cahaya emas yang terang memancar ketika satu juta koin emas berpindah ke cincin penyimpanannya Patriark Hun. Patriark Hun segera memeriksa jumlahnya. Saat ia memastikan bahwa jumlahnya benar, wajahnya berubah dari terkejut menjadi sedikit kagum.
“Kau benar-benar memiliki uang sebanyak ini...” Patriark Hun bergumam.
Acheng berdiri perlahan, tubuhnya yang terluka masih menunjukkan kekuatan dan keteguhan. “Sekarang urusan kita selesai,” katanya tanpa basa-basi, lalu berbalik untuk pergi.
Keempat penguasa kota menatap punggung Acheng yang perlahan menjauh, menyisakan banyak pertanyaan di kepala mereka. Patriark Lung melipat tangannya di dada. “Siapa dia sebenarnya? Bahkan tujuh tetua Sekte Bintang Darah mengejarnya, dan dia masih bisa bertahan.”
Patriark Meng mengangguk pelan. “Dan dari mana dia mendapatkan kekayaan sebesar itu? Apakah dia seorang bangsawan yang kurang terkenal.”
Patriark Hun menghela napas panjang. “Apa pun itu, aku yakin ini bukan akhir dari masalah ini. Kita harus mempersiapkan diri jika dia membawa masalah lebih besar ke kota ini.”
Sementara itu, Acheng terus melangkah, meninggalkan empat penguasa kota di belakangnya. Dalam pikirannya, ia hanya berfokus pada satu hal meningkatkan kekuatannya untuk membalas dendam kepada Sekte Bintang Darah hingga ke akar-akarnya.
...
Satu bulan telah berlalu sejak pertarungan dahsyat di Kota Liyang. Kota yang porak-poranda kini telah pulih. Bangunan-bangunan baru berdiri megah, jalan-jalan kembali ramai, dan aktivitas penduduk mulai berjalan seperti sediakala.
Namun, di tengah keramaian itu, nama seorang pria misterius yang membuat tujuh tetua Sekte Bintang Darah turun tangan masih menjadi pembicaraan hangat di seluruh penjuru kota.
Acheng, yang menyembunyikan dirinya dengan pakaian serba hitam dan tudung yang menutupi wajahnya, melangkah di tengah keramaian. Tatapannya dingin, penuh kewaspadaan. Dalam sebulan terakhir, ia telah menyelidiki pihak yang membocorkan keberadaannya ke Sekte Bintang Darah. Setelah penyelidikan yang mendalam, ia menemukan bahwa pengkhianatan itu datang dari Asosiasi Mata Langit, tempat di mana ia membeli informasi tentang sekte musuhnya.
Saat kebenaran itu terungkap, Acheng tidak bisa menahan amarahnya. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk menghadapi asosiasi itu secara langsung.
Malam itu, Langit kota Liyang mendung, seperti menggambarkan aura suram yang dipancarkan oleh Acheng. Ketika ia tiba di depan gedung megah Asosiasi Mata Langit, auranya memancar dengan ganas. Gelombang energi membunuh yang gelap menyelimuti udara di sekitarnya, membuat orang-orang yang berada di dekatnya berlarian ketakutan.
Dua penjaga yang berada di ranah Dao Foundation, yang berdiri di depan gerbang, mencoba menghentikannya. Mereka memegang tombak panjang dan membentak keras, “Berhenti! Siapa kau? Dan ada urusan apa disini?!”
Acheng hanya menatap dingin. Napasnya yang berat terasa seperti pedang tajam yang menusuk jiwa mereka. Dengan satu hembusan aura membunuh, tubuh keduanya langsung runtuh ke tanah, tidak bernyawa.
Keributan pecah di dalam gedung. Puluhan pendekar dengan berbagai tingkat kultivasi mulai bermunculan. Sebagian besar dari mereka berada di ranah Dao Celestial bintang 2 hingga 4, tetapi seorang pendekar dengan jubah biru gelap berdiri di barisan paling depan, jelas seorang yang berada di ranah Dao Venerable bintang 1.
Pria berjubah biru itu melangkah maju, suaranya menggelegar. “Berani sekali kau menyerang Asosiasi Mata Langit! Siapa kau, dan apa yang membawamu kesini?!”
Acheng tidak menjawab langsung. Ia mengangkat tangannya, dan gelombang energi kegelapan melesat ke arah mereka.
DUARRR!
Suara hantaman energi terdengar menggema. Tubuh puluhan pendekar langsung terhempas ke udara, tak bernyawa sebelum menyentuh tanah.
Pendekar di ranah Dao Venerable itu berhasil bertahan. Ia menggertakkan giginya, menatap Acheng dengan amarah. “Jika kau menginginkan uang, kami bisa mengganti berapa pun yang kau inginkan! Hentikan semua ini!”
Acheng tertawa dingin. Suaranya menggema penuh penghinaan. “Kau pikir aku semurah itu? Kalian tidak tahu berapa besar kerugian yang harus kutanggung karena kalian! Nyawa kalian tidak akan cukup untuk membayar dendamku!”
Pria berjubah biru langsung menghunus pedangnya, energi dao memancar dari tubuhnya. Dengan gerakan cepat, ia mencoba menyerang Acheng. Namun, Acheng hanya mengeluarkan Belati Dewa Bintang dari cincin penyimpanannya. Cahaya kosmik yang dipadukan dengan energi kegelapan langsung menyelimuti belatinya.
CRAACK!
Pedang pria itu langsung patah menjadi dua saat bertabrakan dengan belati Acheng. Dalam sekejap, tubuhnya terbelah menjadi dua, darah memercik ke udara.
Langkah Acheng tidak terhenti. Ia terus memasuki gedung, hingga akhirnya muncul seorang wanita cantik bercadar yang berdiri dengan wajah panik. Acheng mengenalinya dia wanita yang menjual informasi kepada dirinya sebulan lalu.
Wanita itu bersujud, tubuhnya bergetar ketakutan. “Tolong... maafkan aku... aku hanya menjalankan tugas! Aku tidak tahu ini akan berakhir seperti ini!”
Acheng hanya memandang dingin. Dengan satu gerakan tangan, energi kegelapan mengangkat tubuh wanita itu ke udara. Ia tercekik, meronta kesakitan, tetapi tidak ada belas kasihan di mata Acheng.
“Mungkin Tuhan mengampunimu,” kata Acheng dingin, “tapi aku tidak.”
BOOOM!
Sebuah ledakan dahsyat terdengar saat tubuh wanita itu meledak menjadi kabut darah. Sisa-sisa tubuhnya bercampur dengan aroma kegelapan yang mengerikan.
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.