NovelToon NovelToon
Secangkir Macchiato

Secangkir Macchiato

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Tentara / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 : Harus Bangkit.

Di dalam kendaraan mewahnya yang berisi empat orang, Devan diam membisu. Mata tajamnya menatap jauh ke luar jendela menatap pohon yang berlarian dan aspal jalanan yang seakan berkejaran dengan tatapan mata yang kosong.

Nama Dealova bagai poros alam berpikirnya. Gadis yang sudah mampu menggoyahkan pendiriannya tentang sebuah kesetiaan, mengetuk lembut ruang kosong dalam jiwa, gadis itu terus berputar dengan riang dalam benaknya dan senyuman secerah mentari milik Dea mampu menerangi jiwanya.

'Seperti inikah jatuh cinta?' gumam Davin. Jatuh cinta yang terlambat.

"Aneh, bagaimana seseorang bisa terasa seperti rumah, kamu tidak berusaha masuk dalam hati dan hidupku tapi aku merasakan kehadiranmu, selalu. Kamu tidak pernah tau, dari sekian ratus orang yang kutemui setiap hari, hanya kamu yang selalu ingin kucari. Tidak ada yang kamu curi dariku, namun hatiku terus mencari mu seakan menjadi gila saat tidak dapat menemui mu. Amarah ingin memenjarakan mu di dalam hati dan jiwaku. Aku yang selalu menampik segala hal yang berhubungan dengan perasaan, hadirmu membuatku percaya bahwa perasaan cinta itu masih ada di dalam diriku. Cinta itu hanya tertidur tanpa tau siapa pemiliknya. Kamu membuat percaya bahwa kelembutan adalah sebuah senjata yang mematikan. Senjata yang dapat membunuhku kapan saja. Dealova... " Lirih Davin dalam terdiam yang amat serius.

"Komandan!" tegur Roni, anggota staf yang duduk di samping Devan.

Sejak tadi Lettu Roni banyak memberi masukan dan gagasan untuk acara Bakti Sosial di wilayah yang terkena musibah longsor. Sementara yang diajak bicara hanya diam terlihat fokus mendengarkan. Namun, pikirannya melayang entah kemana.

Davin menoleh sekilas, "silahkan saja, atur saja yang terbaik," jawab Devan dengan nada datar.

"Emh, maksud kami... Bagaimana dengan dukungan logistik, apa komandan berkenan?" tanyanya hati-hati.

"Oke, ajukan saja proposalnya." jawab Devan, tatapannya kembali ia alihkan ke luar jendela mobil.

"Sebentar lagi kita sampai di lokasi longsor, komandan."

"Hmm... " jawabnya.

Mobil terhenti di dekat tenda darurat untuk warga, di bagian Utara tenda-tenda tamu undangan dan sarana upacara sudah disiapkan oleh para regu pendahulu yang datang lebih awal untuk persiapan acara Bakti Sosial besok.

Devan memberi jarak dengan para anak buahnya dan memohon waktu untuk menelpon seseorang, telapak tangannya dibuka dan diangkat ke udara sebagai kode ia tidak ingin di ganggu.

"Yus, aku butuh bantuanmu." katanya begitu panggilan tersambung.

"Kalau sudah seserius ini nada bicaramu, artinya ini tugas penting. Apa yang bisa aku bantu, Dev?" Jawab Yusron dari seberang panggilan di ujung sana.

"Ikuti seseorang, laporkan apapun tentang dia padaku, 24 jam tanpa terlewat. Aku akan bayar berapapun biayanya," tutur Devan pada detektif swasta yang juga sahabat masa kecilnya.

"Aku sudah kirim photo, alamat dan sanggar tari yang menaunginya."

Yusron membuka photo yang baru saja masuk ke kolam chatnya.

"Cantik, siapa dia Dev?" tanya Yusron.

"Bisakah kamu tidak perlu bertanya?" tanya Devan.

"Ups! Sorry... asal usul gadis ini, apa diperlukan juga?" tanya Yusron.

"Apa kau bisa membagi dua team yang kau punya?" tanya Devan nadanya meragukan.

"Kamu meragukan ku, Dev! Perusahaan ku adalah perusahaan detektif swasta yang terbaik di Indonesia, anak buahku tersebar di seluruh kota bahkan luar negeri," puji Yusron pada diri sendiri.

Devan terkekeh mendengar suara sahabatnya yang mulai meninggi. "Baiklah aku percaya, satu jam lagi aku tunggu info darimu."

"Jangankan satu jam, lima menit lagi aku sudah kirim laporan padamu." ucap Yusron dengan kesombongan yang tidak bisa diragukan lagi."

"Wow! Kau luar biasa, bravo!" ledek Davin.

Di tempat lain, iringan bus rombongan atlet dan penari baru saja keluar dari tol Jagorawi. Dea masih tertidur dengan bersandar di bahu Larasati. Setelah diberi obat anti depresi, tidur Dea lebih tenang tanpa igauan dan teriakan.

Sesekali Laras membasuh keringat yang terus mengembun di kening dan leher Dea. Saat itu, Dea terlihat rapuh tiada kekuatan untuk melawan perasaan takut dan kekecewaan yang mendalam.

"Apa yang terjadi dengan kamu, Dee," gumam Laras.

Setiba di hotel, Laras terus memeluk Dea hingga masuk ke kamar. Jadwal latihan Dea terpaksa di pending hingga kondisinya memungkinkan untuk latihan. Laras terus memutar otaknya agar Dea bangkit. Karena Dea akan membawa nama dan wajah sanggar yang Larasati pimpin.

Menjelang sore, saat cahaya matahari mulai berubah jingga, Dea membuka matanya dengan berat dan perasaan was-was itu datang lagi. Mungkin efek obat penenangnya mulai hilang.

Larasati segera memeluk tubuh rapuh Dea dengan pelukan, cengkraman tangan Dea yang memegang baju Laras menunjukkan ketakutan, kewaspadaan yang teramat sangat. Beruntungnya, saat itu sudah ada seorang psikiater dan tenaga bantuan dari sebuah LSM perlindungan perempuan.

"Hallo mba Dea, saya Meila dan ini Bu Mona. Kami hadir ingin membantu mba Dea jika mba Dea mengijinkan," ucap Bu Meila.

Dea membuka matanya yang sejak tadi ia tutup rapat. Matanya langsung tertuju pada manik mata Larasati seakan meminta suaka akan bahaya yang mengancam. Laras menganggukkan kepalanya, dengan maksud ia menginginkan Dea sembuh dan menerima bantuan.

Wajahnya ia tundukkan hingga tertutupi seluruh rambutnya yang hitam lebat. Bola mata Dea bergerak ke kiri dan ke kanan, ia takut melihat orang asing.

"Bisa kita berkenalan dulu?" Meila mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.

Dibiarkan tangannya menggantung di udara untuk menunggu balasan dari Dea. Puluhan detik akhirnya Dea menyambut uluran tangan itu. Tangannya menyalurkan kehangatan yang tidak pernah Dea rasakan sebelumnya. Senyuman Meila seakan mengetuk dada Dea meminta ijin untuk mengobati rasa sakit yang terus menderanya.

"Apa yang mba Dea rasakan saat ini?" tanya Meila lembut.

"Sakit... mati, aku ingin—" jawabnya dengan tatapan kosong.

Laras menyentuh pipi Dea dengan lembut dengan airmata yang menggenang. "Jangan bicara seperti itu, mba sayang Dea. Ceritakan apa yang terjadi padamu."

"D-dia... mereka—tidak! Bukan aku yang salah!" ucapnya ragu di awal dan histeris di akhir kalimat.

Semua terdiam, tidak ada yang meninggikan suara, keheningan menggantung di udara. Tapi tangan mereka memberikan kehangatan, tatapan mereka seakan memeluk dengan hangat dan menanti Dea berbicara. Perlahan rasa percaya menyelinap memenuhi hatinya yang terluka.

"Kalian akan marah padaku kan?" tanya Dea ketakutan.

"Tidak, kami ingin membantumu." Meila memejamkan matanya perlahan menahan kesedihan dan menatap Dea lagi dengan keyakinan.

"Bu... dia memperkosaku—" ucap Dea dengan suara tercekat, tangisannya pecah seketika.

Ketiga perempuan itu memeluk Dea dengan hangat. Kali ini Dea merasakan diterima, di dengar dan 'dihormati' sebagai korban bukan diposisikan sebagai pelaku yang membuat kehebohan dengan berita kebohongan.

"Aku... aku tidak nakal Bu. aku, aku tidak memakai baju seksi malam itu. Mereka bilang... tapi aku tidak menjual diri... Hikss," ucap Dea dengan tergesa karena memori di kepalanya berantakan saling tumpang tindih dari perasaan takut dan marah.

"Kami mengerti Dea." Meila mengelus rambut Dea dengan lembut.

Cerita pun mengalir dengan bagian-bagian yang terpotong dan tidak runut. Meila dengan sabar mengumpulkan kepingan puzzle yang keluar dari bibir Dea yang gemetar.

"Boleh ibu bicara, sayang?" tanya Meila lembut. Dea mengangguk lemah.

"Rasa sakit yang kamu rasakan itu nyata, tidak ada alasan bagi orang lain meragukan. Meski tidak ada darah atau luka yang terlihat, tapi hatimu hancur dan jiwamu terguncang, kamu berhak mendapatkan keadilan. Jangan menghakimi dirimu sendiri atas kejahatan yang orang lain lakukan padamu."

"Berjanjilah pada ibu: Kamu lebih kuat dari yang terlihat, kamu lebih berani dari yang kamu duga, dan kau lebih baik dari si pelaku dan penghina."

Laras mengusap lembut pipi Dea dan menghapus airmatanya dengan ibu jari, "Dea, mba tahu ini terlalu berat bagimu tapi aku akan selalu ada di sisimu, menjadi garda terdepan yang akan melindungi mu. Kamu adalah wajah baru sanggar tari yang aku punya. Aku bangga memiliki murid sepertimu. Ayo bangkit, katakan cukup untuk membuat hatimu sakit.

Keesokan harinya Dea terlihat berbeda, sudah mulai mengangkat tinggi rambutnya dengan gaya poni style lagi, meskipun langkahnya masih ragu dan goyah, senyuman masih jauh dari wajah cantiknya, ia mulai bisa mengikuti latihan dan gladi kotor untuk pementasannya.

Bruaak

Seorang gadis cantik dengan tatto di sepanjang tangan kiri tidak sengaja menabrak Dea di backstage karena jalannya yang terlalu cepat sementara Dea jalan terlalu lambat. Di lehernya terkalung lanyard dengan tulisan besar 'Atlet'. Pakaian ketat menempel di tubuh indahnya yang terbilang atletis dan proporsional, senyumnya manis dan bersinar.

"I'm sorry! Gue terburu-buru." katanya singkat.

Dea hanya tersenyum samar dan mengangguk pelan.

"Lo dari kontingen mana?" tanyanya dengan cuek.

"A-aku penari" jawab Dea tidak berani menatap wajah gadis cantik itu.

"Owh... Gue Atlet Senam Artistik," katanya. Gadis itu terus memperhatikan wajah Dea dengan seksama. "Nama gue Nawang. Nama lo siapa?" Tanpa uluran tangan dan kata basa basi yang berlebihan.

Dea menaikan pandangannya dan melihat wajah gadis itu dengan singkat, "Dea."

"Dea, gue gak tahu trauma apa yang lo punya. Tapi gue mendeteksi, lo lagi tidak baik-baik saja. Saran gue sih, pilihan buat orang-orang seperti kita itu... bangkit! Gak ada cara lain. Cuma cara itu yang membuat hidup lo lebih berharga." Nawang memberi senyuman hangat sebelum ia kembali berlarian ke sana kemari.

Dea mengedipkan matanya dengan cepat, kata-kata yang diucapkan dengan gaya stecu saja bisa terasa hangat jika diucapkan dengan tulus. Ucapan Nawang seperti pemantik yang menyalakan api semangat di hati Nilam. Matanya perlahan berbinar dengan senyuman tipis yang masih ia sembunyikan.

...••••••...

1
🌞Oma Yeni💝💞
yoiii,,, yang pengalaman bisa menilai /Facepalm/
Aksara_Dee: mari kita mumet bersama ka... bingung milih cinta apa rasa aman
🌞Oma Yeni💝💞: klu secara logika, pasti nyuruh sama yg masih single. Kembali sama si pecinta, kadang ada yg maksain cintanya berujung derita. ada juga yang rela melepas tapi belum tentu bahagia juga sih /Facepalm/
total 3 replies
🌞Oma Yeni💝💞
malang sekali nasibmu dea
🌞Oma Yeni💝💞: berlian yang tersembunyi /Scowl/
Aksara_Dee: tuhan sedang mencetak berlian
total 4 replies
🌞Oma Yeni💝💞
yang salah siapa, yg kena getahnya siapa /Sleep/
Aksara_Dee: yu. betul ka
🌞Oma Yeni💝💞: udah biasa di dunia ini. yg kuat menekan yg lemah
total 3 replies
🌞Oma Yeni💝💞
sungguh tak bisa dibayangkan suasananya, panas, sedih, kacau, aku ahhh ... klu aku jadi Dea, aku bersikap diam mematung tanpa bicara seolah tak tahu apa yg terjadi. kemudian menangis di sudut sepi /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Aksara_Dee: bukan hanya jitak, tapi injek jempol kakinya
🌞Oma Yeni💝💞: wkwkkwkk,, lain kali kalau ada yg kyk Devan godain aku, aku panggil kamu aja deh minta tolong jitakin /Facepalm/
total 3 replies
Aksara_Dee
kenyataan yang menampol dengan telak
🌞Oma Yeni💝💞
ugh,, nggak kebayang sakitnya Dea /Scowl/
Aksara_Dee: dikecewainb
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
kenyataan tak seindah impian mu Dea ,,, itu adalah nyata adanya/Sleep/
🌞Oma Yeni💝💞
kyk lagu dangdut nih, kau masih gadis atau sudah jandaaaa🎶🎶🎶
🌞Oma Yeni💝💞: wkwkwkkwkk jadi nyanyi dah /Joyful/
Aksara_Dee: ayo katakan jangan malu-malu 🎶hobaah
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
untung ada petugas ronda, klo enggak bisa kebablasan /Facepalm/
Aksara_Dee: bisa jadi karena sama² cinta
total 1 replies
R 💤
🌹🌹 tankgkap Thor, tiati kena durinya ya hehehe
R 💤: baiklah 😉
Aksara_Dee: hap! mawarnya aku taruh vas bunga ka
total 2 replies
R 💤
Aduhh, De...jangan menjadikan itu sbg patokan
Aksara_Dee: jangan tertipu yaa... Dea masih hijau sih dlm hub laki dan perempuan
total 1 replies
R 💤
yalah yalah, yang lain ngontrak di dunia hhh
Aksara_Dee: yg lain cuma kebagian mesemnya aja ka
total 1 replies
R 💤
Hahahah, iya loh... Umur mereka selisih berapa sih Thor,,
R 💤: lumayan, tapi yg matang lebih menggoda sih /Chuckle/
Aksara_Dee: tiga belas tahun
total 2 replies
R 💤
Hayoooo Devan.....
R 💤
Dan Dea, menemukan sosok itu di kamu Dev...
Aksara_Dee: sosok dewasa sprti papanya
total 1 replies
R 💤
aku belum pernah naik /Sob/
R 💤: /Facepalm/ dulu cuma dibawah aja, soalnya waktu itu musim liburan dan antrean penuh,, lain kali lah jika Allah mengizinkan weheheh Aaminn
Aksara_Dee: cobain lah ka... sebelum emasnya dijual buat bayar hutang negara
total 2 replies
Elisabeth Ratna Susanti
aku juga sering mengalami de ja vu
Aksara_Dee: seakan hidup berputar di kenangan ya ka
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sesuai dugaan, devano adalah lelaki yang sangat menghargai wanita, tetapi Kasandra yang tak tau diri.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: buahnya hanya penyesalan tak bertepi
Aksara_Dee: telat menyadari, disaat Devano udah pindah ke lain hati
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
saat hati terluka,, lanjutkan makan habiskan mienya sampai tuntas tak bersisa /Facepalm/
Aksara_Dee: ehiya bener kaa... yg paling kesel gak ke kirim. perasaan udah komen banyak tapi gak ada
🌞Oma Yeni💝💞: paling males aku tuh, lagi asyik balas komen, ada tulisan muncul, komen anda terlalu cepat BLA BLA BLA BLA
total 3 replies
🌞Oma Yeni💝💞
wadduhh, kamu kurang hati hati nih devan
Aksara_Dee: playboy amatir 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!