Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Siapa yang nyuruh pergi? Bayar!"
"Kau yang mengatakan akan mentraktir, kenapa aku yang bayar?"
"Kau!" Siena sampai mengacungkan telunjuknya karena merasa Elara mempermainkannya.
Elara berbalik dan mendekati Siena. Tanpa rasa takut, Elara mengambil ponsel milik Siena dari saku bagian depannya.
"Mau kau apakan ponselku?"
Elara menyerahkan ponsel milik Siena pada penjual kantin. "Kalau dia tidak mampu bayar, jual saja ponselnya, Mang. Kalau dihitung-hitung hasil penjualannya mungkin bisa mencapai sepuluh juta. Lumayan 'kan untuk menutupi kerugian." Setelah mengatakan itu, Elara keluar dari kantin, diikuti oleh Feli dan Chelsea.
"Dia benar Elana?" tanya Darel tak percaya.
"Sepertinya otak Elana benar-benar habis kepentok." komentar Juna.
Sementara di meja lain, Langit menatap tak percaya melihat apa yang dilakukan Elara. "Sangat menarik." monolognya.
"Bos, kau tidak mungkin tertarik padanya 'kan?" tanya Jojo saat tak sengaja mendengar gumaman Langit.
...•••***•••...
Papa Efendi menuju rumah sakit, lalu menemui Dokter yang menangani Elana. Setelah dipersilahkan memasuki ruangan Dokter, Papa Efendi duduk berhadapan dengan Dokter.
"Bagaimana perkembangan kesehatan putriku, Dok?"
"Untuk sekarang masih belum ada kemajuan, Pak. Tapi kami akan mengusahakan yang terbaik untuk kesehatan pasien."
"Saya mohon lakukan perawatan terbaik untuk putri saya, Dok. Saya akan bayar berapapun biayanya."
"Pasti Pak, kami akan terus melakukan upaya terbaik kami."
"Terima kasih, Dok."
...•••***•••...
Elara berdiri menghadap balkon kamarnya. "Untuk saat ini, satu-satunya yang patut aku curigai adalah Langit. Karena sejak pertama kali masuk sekolah, dia sudah menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Ya, dia adalah target pertama yang akan aku selidiki."
Elara berganti baju dengan menggunakan jeans hitam dan jaket hitam. Setelah itu, ia keluar untuk mencari ketenangan. Mungkin, dengan menikmati sejuknya udara malam akan membuat pikirannya sedikit lebih baik.
"Tolong! Tolong copet!"
Elara menghentikan laju motornya saat melihat seorang wanita berteriak meminta tolong. Barusaja Elara akan membantunya, seseorang dari arah lain langsung mengejar pencopet tadi dan menghajarnya.
Terjadi perkelahian di depan sana. Seseorang yang tidak Elara tahu siapa itu masih terus menghajar pencopet tadi hingga babak belur. Setelah orang tersebut mendapatkan tas milik si ibu tadi, ia mendekat dan menyerahkannya sembari membuka helm.
"Langit?" Elara terkejut melihat ternyata seseorang yang tadi menghajar pencopet itu adalah Langit.
"Terima kasih ya, Nak. Ini..." Ibu itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya.
"Tidak Buk, itu tidak perlu."
"Kenapa? Ini, ambil saja."
"Tidak Buk, terima kasih. Kalau begitu saya permisi, lain kali lebih hati-hati ya, Buk." Langit memakai kembali helmnya dan pergi dari sana.
Sementara Elara, ia masih belum percaya melihat Langit yang terlihat berbeda malam ini. Akhirnya, Elara mengikuti Langit diam-diam. Saat berada di tempat sepi, Elara melihat motor Langit berhenti, dan ada dua orang laki-laki yang menunggu kedatangannya. Ternyata, salah satu dari laki-laki itu adalah laki-laki yang mencopet ibu-ibu tadi.
"Jadi ini trik mereka." monolog Elara memandang remeh.
Bugh!
Elara terkejut saat melihat Langit menghajar dua orang tadi membabi buta. Setelah dua orang itu tersungkur di jalan, Langit menginjak bagian perut dari laki-laki yang tadi mencopet.
"Dengar baik-baik. Dalam Geng Atlantis tidak boleh ada kekerasan, pencopetan, perampokan atau tindak kejahatan lainnya. Kalau sampai aku melihat kalian melakukan kejahatan lagi, maka jangan salahkan aku kalau kalian akan mati!" ucap Langit.
Dari tempatnya sembunyi, Elara dapat mendengar jelas apa yang Langit katakan. Tampaknya, pandangan Elara tentang Langit tidak sepenuhnya benar. Nyatanya, Langit menghajar dua orang itu yang ternyata adalah anggota Atlantis, setelah tahu bahwa dua orang itu berupaya melakukan tindak kejahatan.
Elara memutar arah untuk kembali ke rumah. Setelah sampai di rumah, ia memasuki kamar Elana, dan duduk di meja belajar Elana. Pikirannya masih belum beralih dari apa yang tadi Langit lakukan.
"Seseorang yang bisa sepeduli itu pada orang lain, tidak mungkin bisa menyakiti orang lainnya. Apa benar Langit yang menodai Elana? Atau aku salah target?" Elara menjadi bimbang. Tampaknya, ia harus menghapus Langit dari daftar tersangka setelah melihat tindakan Langit malam ini. "Ya, tidak mungkin Langit yang menodai Elana. Tapi kalau bukan Langit, lalu siapa pelakunya? Lan, kenapa kasusmu ini sangat buntu. Aku tidak menemukan petunjuk apapun untuk membantu penyelidikanku."
Elara menumpukan tangannya ke meja belajar, dan menenggelamkan kepalanya diatas kedua tangannya. Helaan napas kasarnya terdengar cukup keras, menandakan betapa frustasinya ia akan kasus yang ia hadapi ini. Hingga akhirnya, saat matanya terbuka, tatapannya langsung tertuju pada sebuah buku diary yang ada di atas meja. Perlahan, Elara meraih buku tersebut, lalu membaca isi di dalamnya.
...~...
Cinta?
Apa itu Cinta? Kata orang, saat dadamu berdebar ketika melihatnya. Matamu tak mampu menatap hal lain selain dirinya. Kau selalu salah tingkah dan melakukan hal bodoh saat di dekatnya. Maka itulah yang dinamakan cinta. Jika itu benar, artinya aku telah merasakannya. Ya, aku telah merasakan rasanya jatuh cinta. Jatuh cinta pada seorang Kenzie Arajudha Baskara.
...~...
"Kenzie? Elana mencintai Kenzie?" monolog Elara. "Cinta membuat orang buta dan lemah. Apa mungkin rasa cinta Elana pada Kenzie membuat Kenzie dengan leluasa memanfaatkan kesempatan yang ada, dan saat melihat sikon yang tepat, Kenzie melancarkan aksinya untuk melakukan perbuatan bejadnya?"
Elara mulai menduga-duga dalam benaknya. Sebab, untuk masalah ini semuanya bisa saja terjadi. Meski sebenarnya secara tampilan fisik, Kenzie terlihat seperti laki-laki baik-baik, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa dibalik wajah yang terlihat baik itu tidak menyimpan keburukan. Benar 'kan.
"Ya, sepertinya orang yang harus aku selidiki selanjutnya adalah Kenzie." tekad Elara.
...•••***•••...
"Morning class," sapa Bu Siska. "Kalau tidak salah kemarin Ibu memberikan PR untuk kalian. Jadi, silahkan dikumpulkan."
Elara benar-benar melakukan kesalahan kali ini. Seharusnya ia mengerjakan PR tadi malam, bukan malah keluyuran keluar rumah. Apa yang akan terjadi padanya jika orang-orang tahu ia tidak mengumpulkan PR? Semua orang pasti akan mencurigainya.
"Elana, mana tugas kamu?" tanya Bu Siska setelah ia melihat-lihat buku para siswa dan tidak menemukan buku milik Elana.
"Saya... Buku saya ketinggalan, Buk."
"Ketinggalan? Tidak biasanya." Bu Siska keheranan. "Ya sudah, sebagaimana aturan yang berlaku di kelas saya, sekarang silahkan keluar dan berdiri menghormat pada tiang bendera di lapangan sekolah."
Elara tidak mengjukan protes sedikitpun. Ia keluar dari kelas, dan langsung melakukan hukuman yang diberikan Ibu Siska. Sebenarnya, Elara bisa saja tidak melakukan hukuman yang Ibu Siska berikan dan pergi ke kantin saja. Tapi, jika ia melakukan itu, itu sama artinya dengan bunuh diri. Sebab, sosok Elana adalah orang yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya. Jika sudah diminta ke lapangan, maka Elana pasti akan melakukannya. Jadi, Elara akan mengalah untuk saat ini dan menjalankan hukuman yang diberikan oleh guru.
Sementara itu, di lapangan olahraga yang tidak jauh dari lapangan, kelas Kenzie dan Langit sedang ada pelajaran olahraga. Saat ini, mereka tengah beristirahat setelah sebelumnya melakukan pemanasan.
"Ehh Bro, itu si Elana bukan?" tunjuk Jojo.
Langit yang baru akan minum melihat ke lapangan dan mengernyitkan dahinya saat melihat Elana dihukum. Kenzie yang tidak jauh dari tempat Langit juga mendengar ucapan Jojo, dan ia 'pun tidak kalah terkejutnya saat melihat Elana yang ia tahu sangat disiplin malah mendapat hukuman.
"Tumben Elana dihukum." komentar Darel.
"Apa mungkin ini pertanda bahwa tahun ini Kenzie bisa melengserkan Elana dari juara Umum?" ucap Juna. Sebab, nilai Elana dan Kenzie memang terus berkejaran setiap tahunnya.
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...