NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:849
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 5 Ciuman di Depan umum

Devan sedang mengikuti rapat untuk acara ospek senin yang akan datang. Devan mengikuti organisasi mahasiswa ini karena di paksa oleh Miko dan Noah. Organisasi ini adalah organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Setelah ketua organisasi menutup rapat, semua anak organisasi mulai berdiri dari duduknya dan bubar. Tapi saat Devan dan sahabatnya baru saja ingin keluar  seseorang memanggilnya.

"Devan gue mau bicara sama lo?"

Devan mengangkat salah satu alisnya menatap perempuan yang satu kelompok dengannya.

"Kita kan satu kelompok, gimana kalau kita membicarakan apa-apa aja yang akan kita jelaskan nanti sama Maba?"

"Cuma dua orang? Lo gak ngajak yang lain?"

Gadis itu terdiam sejenak dan berfikir apa jawaban yang pas untuk membalas pertanyaan Devan.

"Yaelah, si Lamia kan kasi kode buat lo Dev," Celetuk Noah.

"Gak peka banget jadi cowok," Tambah Miko.

Lamia hanya menunduk malu, ia tak punya keberanian menatap Devan.

"Sorry, gue gak bisa. Gue mau temanin sahabat gue beli peralatan ospek,"

"Oh iya gak papa," Ucap Lamia walau di lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa kecewa dengan penolakan yang di berikan Devan.

"Sahabat atau...." Ucap Ronal ikut menimpali di sana, salah satu anggota  organisasi yang sama dengan Devan.

"Calon istri, doain aja," Ucap Devan terkekeh kemudian berjalan pergi dari sana.

Lamia yang mendengar itu berfikir keras. Lamia menyukai Devan sejak lama dan itu berarti ia tahu apa saja tentang Devan kecuali perasaan cowok itu.

Lamia sekedar mengenal nama dari sahabat Devan yang bernama Vanya. Untuk bertemu langsung Lamia belum sempat. Lamia sejak lama penasaran bagaimana rupa seorang Vanya.

•••

Vanya memilih tali sepatu yang akan di gunakan untuk mengikat rambutnya. Ya, senior menyuruh para  mahasiswi memakai tali sepatu untuk mengikat rambut mereka sedangkan untuk laki-laki memakai topi bola.

Vanya mencoba memakai tali sepatu itu, ingin melihat bagaimana penampilannya.

"Dev bagus gak?"

Devan menatap Vanya dengan tertegun. Vanya memakai tali sepatu untuk mengikat rambutnya saja ia tetap terlihat cantik. Benar-benar perempuan ini, sangat berpengaruh pada kesehatan jantungnya.

Devan berdehem. "Lo jelek kayak monyet, mending gak usah pake ginian,"

"Jahat banget. Tapi kalau gue gak pake pasti gue di hukum,"

"Itu sih nasib lo," Ucap Devan walau dalam hatinya ia sangat tak rela jika Vanya mendapatkan hukuman.

"Tega ya lo sama sahabat sendiri, gak usah dekat-dekat sama gue," Kesalnya kemudian berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakkan.

Setelah Vanya sudah tidak terlihat, Devan langsung mendesis gemas dengan tangan yang seperti ingin mencengkeram.

"Lucu banget calon bini gue," Erang Devan ingin sekali mencekik Vanya.

"Ganteng-genteng tapi gila, kasihan ya,"

Devan langsung tersadar dari kebodohannya kemudian menatap orang yang berbisik tadi dengan tatapan tajam.

"Gue gak gila, kalian berdua yang gila!"

"Ih sensi banget jadi cowok."

"Emang gue pikirin," Sewotnya setelah itu melongos pergi dari sana. Devan tak akan mungkin diam jika ada yang mengatai dirinya. Biar pun dia seorang perempuan, Devan tetap melawannya.

•••

Vanya dan Devan makan dengan nikmatnya sesekali berdebat, baik hal sekecil apapun itu. Vanya masih kesal lantaran Devan mengatai dirinya sedangkan Devan sejak tadi tak suka dengan tatapan sekumpulan anak SMA yang duduk tak jauh darinya yang sedang menatap Vanya.

Uhuk

Vanya terbatuk karena melihat notifikasi yang masuk dari instagramnya.

"Omg, Devan, Vegas follow gue," Vanya  cepat-cepat memperlihatkan pada Devan.

Devan langsung mengambil hp Vanya ingin memastikan langsung apakah yang ia lihat jelas atau tidak.

Vegas tak mungkin memfollow sembarangan orang apalagi orang yang baru ia temui. Laki-laki itu terbilang sangat cuek dan tak perduli pada sekitarnya. Bahkan untuk berdekatan dengan perempuan pun, Vegas tak mau. Baginya perempuan makhluk yang paling merepotkan menurutnya.

"Gak usah Gr, bisa jadi dia salah pencet,"

"Ih sembarangan aja kalau ngomong. Kalau salah pencet pasti Vegas buru-buru unfollow  gue. Tapi sekarang gak ada tanda-tanda tuh kalau dia unfollow gue,"

Devan memberikan kembali Hp Vanya dengan kesal. Sepertinya Devan sendiri yang akan turun langsung dengan masalah baru ini.

"Tapi lo bukan tipe Vegas," Ucap Devan berbohong, tak mau jika Vanya baper pada Vegas.

"Gue akan berusaha jadi tipe Vegas. Lo sendiri kan yang bilang kalau semua laki-laki itu menyukai perempuan yang mempunyai dada yang besar dan gak tepos. Sekarang ini gue berusaha wujudin itu supaya Vegas su---"

Cup

Vanya terdiam sejenak meresapi apa yang sudah Devan berikan padanya secara tiba-tiba. Devan menciumnya tepat di bibirnya dan ini di tempat umum.

Semua yang melihat kejadian tadi terutama anak SMA yang sejak tadi melirik Vanya diam mematung. Kejadian tadi bukanlah sesuatu yang harus mereka tonton di usia mereka yang masih sangat dini, tapi mau di apa lagi, semuanya sudah terjadi.

•••

Setelah insiden ciuman tak terduga tadi, Devan hanya mengatakan akan menjelaskan semuanya di mobil nanti sehingga Vanya yang penasaran mengapa Devan menciumnya secara tiba-tiba setuju saja.

Devan yang di tatap oleh Vanya sejak tadi menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya Vanya sudah menagih penjelasannya. Untungnya Devan sudah memikirkan apa yang akan ia katakan Vanya sehingga dirinya tak perlu lagi merasa panik.

"Gue cium lo itu supaya anak-anak SMA haus belaian tadi itu gak natap lo. Bukan itu aja, di bibir lo ada saos, gak enak di lihatnya," Jelasnya.

"Tapi kan gak harus cium bibir,"

"Cium pipi ma sudah biasa dan mereka pasti kurang percaya kalau lo itu bukan pacar gue. Gue itu selamatkan lo dari mata-mata nakal mereka. Harusnya itu lo berterima kasih sama gue,"

"Jadi lo pura-pura jadi pacar gue supaya mereka gak lihatin gue lagi?"

"Nah pintar," Seru Devan berharap Vanya percaya padanya.

"Oh... Gue ngerti."

Devan bersykur Vanya percaya dengan apa yang ia katakan. Untungnya ia mempunyai gebetan kurang peka dan polos seperti Vanya. Setelah Vanya sembuh memang perempuan itu banyak berubah. Bahkan Devan dan kedua orang tua Vanya sering kesal jika Vanya tak mengerti dengan apa yang mereka katakan. Kata dokter, itu pengaruh dari keretakan kepalanya karena terlalu sering terluka.

•••

Miko dan Noah cengengesan saat melihat apa yang sudah mereka lakukan. Hp Vegas ada di tangan mereka, awalnya karena Vegas yang meminta tolong memperbaiki Email-nya yang tidak bisa tersinkronisasi. Tapi saat Email Vegas sudah tersinkronisasi, mereka berdua mendapatkan ide.

Ide itu terfikirkan karena mereka fikir hanya ini satu-satunya cara supaya Devan berani mengungkapkan perasaanya pada Vanya. Vegas satu jurusan dengan mereka dan dekat satu kelas dengan Noah, otomatis Vanya dan Vegas bisa lebih sering bertemu.

"Sudah?"

Mereka berdua kaget melihat Vegas yang sudah berdiri di hadapan mereka. Noah yang memegang Hp Vegas mengembalikan Hp cowok itu. Untungnya Vegas tak menaruh curiga pada Noah dan Miko, jika saja Vegas tahu apa yang mereka lakukan pasti saat ini mereka langsung mendapatkan balasan dari Vegas.

"Gue balik duluan," Pamitnya langsung tanpa menunggu respon dari Noah dan Miko ia langsung pergi begitu saja.

"Gak tahu terima kasih banget tuh orang," Cetus Miko.

"Namanya juga orang cuek, ya gitu."

"Tapi....kalau di pikir-pikir Vanya sama Vegas cocok loh," Celetuk Miko tiba-tiba.

Noah langsung menabok sahabatnya karena sudah berbicara sembarangan.

"Lo mau di bunuh sama Devan?"

"Heheh enggak-enggak,"

"Makanya jangan ngomong sembarangan. Kalau sampai Devan dengar omongan lo, bisa-bisa lo gak dapat gaji lagi,"

"Iya-iya maaf."

•••

Saat ini Devan berada di kamar Vanya membantu gadis itu membuat papan nama dari kardus, sedangkan Vanya sendiri membuat topi dari kardus dengan berbentuk kerucut.

Pintu di birkan terbuka karena Devan tak mau pembantu berfikir yang tidak-tidak pada dirinya dan Vanya.

Rumah ini sebenarnya rumah milik Nenek Vanya dan Kakeknya, tapi saat ini mereka berdua pergi ke Australia menemui anak bungsunya.

"Sudah Dev?" Tanya Vanya karena ia sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Belum."

Vanya menatap Devan dengan serius beberapa saat. Biasanya Vanya akan berceloteh panjang lebar saat ini tapi anehnya Devan tak mendengar suara apapun. Ia mengangkat kepalanya dan bingung dengan tatapan Vanya yang intens. Devan salah tingkah saat Vanya tak lepas memandangnya.

"Kenapa lihatin gue?" Tanya Devan sudah mengalihkan tatapannya dengan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Lo ganteng Dev, tapi kok lo gak punya pacar. Noah sama Miko aja punya pacar, kenapa lo enggak?"

Pertanyaan itu lagi. Devan tak kaget saat Vanya bertanya seperti itu. Vanya sudah beribu kali bertanya padanya tentang hal yang sama tapi jawabannya tetap sama seperti dulu-dulu.

"Nunggu orang itu peka ya?"

Devan pernah menceritakan pada Vanya kalau ia menyukai seseorang. Tentu saja Vanya tak akan tahu karena orang yang di maksudkan Devan itu ya Vanya sendiri.

"Iya, lagian ngapain lo tiba-tiba nanya gini?"

"Ya heran aja gue. Lo gak mau apa coba buat pacaran. Lo kan pernah bilang kalau lo gak pernah pacaran,"

"Gue cuma mau pacaran sama dia. Bukan cuma pacaran tapi gue pengen dia jadi istri gue."

"Gila ya tuh cewek, gak peka banget sampai sekarang," Vanya kesal sendiri membuat Devan terkekeh karena secara tidak langsung Vanya mengatai dirinya sendiri.

"Iya dia memang gak peka banget, tapi gue sayang banget sama dia."

Vanya terdiam sesaat memikirkan sesuatu yang ingin ia katakan pada Devan.

"Lo lebih sayang sama dia atau gue?"

"Dia."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!