"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Ingatan yang Terhapus
Bram menatap dokter di hadapannya dengan ekspresi tidak percaya. Kata-kata yang baru saja diucapkan terasa seperti palu godam yang menghantam dadanya.
"Apa maksud Anda Cassie mengalami amnesia?" suaranya terdengar serak, hampir tak keluar.
Dokter itu menghela napas pelan, memahami betapa sulitnya kabar ini bagi pria di depannya. Telah banyak dia alami dari pengalamannya, keluarga pasien tidak terima bila kondisi pasien tidak sesuai dengan keinginannya.
"Pasien mengalami benturan cukup keras di kepala, yang menyebabkan amnesia selektif. Artinya, dia hanya melupakan bagian-bagian tertentu dari hidupnya. Dalam kasus Cassandra, tampaknya dia melupakan pernikahannya dengan Anda."
Bram merasakan dunia seakan runtuh. Napasnya memburu, tangan mengepal di sisi tubuhnya. Tidak, ini tidak mungkin. Cassie melupakannya? Istrinya sendiri tidak ingat kalau mereka pernah menikah?
Melupakan bagian-bagian tertentu dari hidupnya? Tapi, dengan jelas Cassie hanya melupakan dirinya. Bagaimana mungkin wanita yang selama ini selalu mengungkapkan perasaan cinta mendadak lupa akan dirinya?
"Tidak... tidak mungkin..." gumamnya, menggelengkan kepala dengan keras.
Namun, dokter tetap tenang dan profesional. Pria paruh baya itu memaklumi kalau Bram tidak terima dengan keadaan Cassie. Dia berusaha untuk menjelaskan dengan baik agar Bram mengerti kondisi Cassie.
"Saya menduga ini bisa jadi mekanisme pertahanan alami dari otaknya. Biasanya, amnesia selektif terjadi ketika seseorang mengalami trauma psikologis yang sangat dalam. Maaf, dengan kata lain, mungkin bagian dari dirinya tidak ingin mengingat sesuatu yang menyakitkan."
Kata-kata itu menusuk Bram tepat di jantungnya. Trauma psikologis. Luka yang dalam. Semua itu terjadi karena dirinya, karena perkataan kejam yang ia lontarkan sebelum Cassie mengalami kecelakaan.
Menyakitkan? Apakah sangat menyakitkan bila mengingat tentang dirinya? Hingga Cassie memilih mengubur dalam-dalam tentang dirinya.
“Lebih baik, kau mati saja!”
Ucapan itu kembali menghantui pikirannya. Dia yang menyuruh Cassie mati, dan sekarang Cassie benar-benar melupakannya seolah-olah dia tidak pernah ada dalam hidupnya. Seolah-olah Bram adalah bagian yang tak ingin diingat oleh Cassie.
Penyesalan memang selalu datang terakhir. Dia tidak dapat menarik semua ucapannya. Begitu tega, dia meminta Cassie untuk mati. Pria mana yang mengatakan hal itu pada istrinya sendiri.
Bram meremas rambutnya frustrasi. "Tidak! Aku harus bicara dengannya! Dia pasti akan mengingatku!"
Sebelum dia bisa berbuat sesuatu, suara berat penuh kemarahan terdengar dari belakangnya. "Kau tidak akan menemuinya!"
Gunawan, Papa Cassie, berdiri dengan tatapan tajam. Setelah mengetahui semua penderitaan yang dialami oleh Cassie, dia tidak mungkin membiarkan putrinya terus bersama dengan Bram. Di sampingnya, Clarissa dan Jessie menatapnya dengan wajah penuh kebencian.
"Dia istriku!" teriak Bram, matanya merah menahan emosi.
Tidak peduli, di hadapannya adalah mertua yang seharusnya dia hormati. Bram bersikeras untuk bertemu dengan Cassie.
Gunawan melangkah maju, tangannya terkepal. "Kau tidak berhak menemuinya, kau yang menghancurkannya! Kau yang membuatnya seperti ini! Sekarang, kau tidak punya hak untuk mendekatinya lagi."
Bram tidak bisa menjawab. Dia tahu kata-kata itu benar. Luka yang diderita Cassie bukan hanya karena kecelakaan, tapi karena dirinya. Karena cinta sepihak yang dipaksakan dalam pernikahan mereka. Karena dirinya yang selalu menduakan Cassie dengan Raina.
Clarissa mengusap air matanya. "Kami akan menjaga Cassie. Dia sudah cukup menderita karena kau, Bram. Biarkan dia tenang."
Bram mengepalkan tangannya. "Tapi... aku mencintainya."
Jessie tertawa sinis. "Cinta? Setelah kau Setelah kau membuatnya hidup dalam bayang-bayang Raina selama ini? Aku tahu dengan jelas semua yang kamu lakukan. Jangan bercanda dan mengatakan omong kosong tentang cinta, Bram. Pria sepertimu, tidak mungkin memiliki cinta!"
Bram tak bisa menyangkalnya. Cassie mungkin mencintainya dengan sepenuh hati, tapi dia sendiri butuh kehilangan Cassie untuk menyadari betapa besar artinya wanita itu dalam hidupnya.
Sebelum Bram bisa membela diri, beberapa pria berbadan tegap mendekat, orang-orang kepercayaan Gunawan.
"Bawa dia keluar dari sini," perintah Gunawan dingin.
Bram berusaha melawan, tetapi dua pria langsung menghalanginya. "Aku mohon, izinkan aku melihat Cassie sekali saja!" serunya, tetapi tidak ada yang menghiraukannya.
Sementara itu, di dalam kamar rumah sakit, Cassie duduk dengan bingung di tempat tidurnya. "Mama, kenapa pria tadi terus memaksakan diri untuk bertemu denganku? Siapa dia?"
Clarissa tersenyum lembut, meskipun hatinya terasa berat. "Dia hanya seseorang dari masa lalumu, Nak. Tidak ada yang perlu kau ingat tentang dia."
Cassie mengernyit, seakan mencoba mengingat sesuatu yang hilang dari pikirannya. Namun, kepalanya berdenyut nyeri, membuatnya menyerah untuk mencari jawabannya sendiri.
Di luar, Bram hanya bisa berdiri dalam kehancuran saat melihat keluarga Cassie menutup pintu aksesnya ke dalam kehidupan wanita itu. Namun, satu hal yang ia tahu dengan pasti: dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kembali Cassie—bahkan jika itu berarti membuatnya jatuh cinta lagi dari awal.
Namun, ponselnya berbunyi dan dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya dengan bingung.
Raina memanggil...
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍