Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Liu Feng, seorang pria yang berpakaian serba putih yang bertugas sebagai pengurus rawa yang merupakan tempat tinggal hewan-hewan sihir.
Dia adalah seorang pria yang umurnya masih muda, rambutnya panjang dan putih alami, wajahnya tampan, senyumnya manis dan menghangatkan.
Liu Feng kini berdiri di antara dua Unicorn kebanggaannya, Demon si Unicorn Hitam dan Zeile si Unicorn Putih, pria itu merupakan pengasuh mereka, terlihat Liu Feng kini menjelaskan beberapa hal tentang rawa yang mereka singgahi.
"Seperti yang kalian tau, Rawa ini merupakan tempat tinggal hewan-hewan sihir, hewan-hewan disini merupakan hewan yang sudah jarang di temui di lingkungan luar" ucap Liu Feng
"Mereka yang tinggal di sini merupakan hewan ajaib yang mendapat berkah kekuatan sihir yang melimpah"
"Anggap saja seperti tanduk unicorn ini" Liu Feng mengelus unicorn putih yang memiliki tanduk menawan
"Tanduk ini menyimpan sihir hebat yang memberi kehidupan di hutan dan rawa tempat mereka tinggal"
Unicorn putih itu terlihat senang dan memekik kegirangan, sebuah sinar tiba-tiba muncul dari tanduk Zeile, menumbuhkan sebuah pohon baru yang membuat semua orang bertepuk tangan.
"Itu adalah salah-satu kekuatan dari Zeile"
"Untuk Demon sendiri, dia merupakan seorang penjaga hutan ini, itulah kenapa tubuhnya lebih besar dan kuat dari pada Zeile" lanjut Liu Feng.
"Tujuan kalian disini adalah untuk melakukan penelitian dan mengembangkan sesuatu yang bisa memberi keuntungan pada penghuni rawa ini" Liu Feng menjelaskan tugas mereka, sampai seseorang mengangkat tangannya.
"Ya silakan" ucap Liu Feng mempersilahkan
"Profesor kami mengatakan untuk meneliti alat penjaga di perbatasan rawa, itu jika anda memberi ijin" ucap seorang siswa dari kelas Witcher.
"Ya itu bagus, Kelas Witcher selalu mengontrol alat sihir di perbatasan setiap Tahun, jadi lakukan saja karena itu tugas kalian" jawab Liu Feng.
"Untuk kelas lain, kalian juga bisa langsung mengerjakan tugas kalian, aku harap kalian menikmati tugas kalian di rawa ini" Liu Feng mengakhiri kata-katanya sebelum membiarkan semua siswa pergi melakukan tugas mereka.
Semua siswa kini berkumpul dengan kelompok kelas mereka, begitu juga dengan Erika dan kedua temannya.
"Hey Etor, apa rencanamu untuk tugas ini?" Erika bertanya.
Mendengar namanya di panggil, laki-laki itu memasang wajah seriusnya, seolah-olah dia sudah siap dengan ribuan ide di otaknya, jarinya bergerak membenarkan kacamata seolah dialah yang akan menjadi pemeran utama dalam sebuah film.
Plakk
" ... " Etor terdiam saat tangan Kira dengan ringan menamparnya.
"Katakan saja idemu dan jangan berlagak" ucap Kira membuat bibir Etor manyun kebawah.
" ... Itu sakit, padahal kan aku cuma berlagak sebentar" kesal Etor yang tidak dipedulikan oleh Kira.
Melihat pertengkaran kedua temannya membuat Erika terkekeh, gadis itu mengambil buku Etor dan membukanya.
"Jadi ini idemu?" Tanya Erika yang membuat kedua manusia itu berhenti bertengkar.
"Ya, itu sebuah ramuan dari tanaman semanggi yang bisa menyuburkan tanah di bagian lain rawa ini" jelas Etor yang membuat kedua temannya mengaguk mengerti.
"Wow ... Pemikiran yang bagus, seperti yang diharapkan dari siswa peringkat pertama" ucap Kira yang kini mengacak rambut Etor seperti kucing.
"Tentu saja" balas Etor sombong
Mereka bertiga tertawa bersama, sebelum seorang siswa menghampiri mereka dengan sebuah kertas di tangannya.
"Analisis dari tanah yang ada di rawa, tumbuhan yang masih bisa bertahan, dan terakhir data bahan ramuan yang boleh dan tidak boleh digunakan" ucap siswa laki-laki yang baru saja datang.
"Em ... Untuk yang lain, mereka akan membagi kelompok untuk meneliti, mencoba, dan mengaplikasikannya" ucap laki-laki itu memberi laporan.
"Aku mengerti, terimakasih atas bantuan mu Kael" ucap Etor berterimakasih pada laki-laki itu.
"Yah tidak masalah, lagipula disini kita untuk saling membantu kan" balas laki-laki itu.
Beberapa saat setelah berbincang laki-laki itu pergi, terlihat Etor tengah memasukan laporan itu di tasnya.
"Hey Erika, bahan-bahan yang ku suruh untuk kau bawa dimana? Kau membawanya kan?" Tanya Etor membuat Erika menghentikan aktivitasnya yang ingin memakai apel.
"Ah ... Aku hampir lupa" ucap gadis itu sambil tersenyum memperlihatkan giginya.
Mendengar itu membuat Etor mengerutkan keningnya, salah satu hal yang membuat laki-laki marah adalah mengusik nilainya yang sempurna, dan saat ini Erika hampir saja melakukan hal itu.
"Tenanglah Etor ... Aku akan mengambilnya segera" ucap Erika yang kini sudah berlari pergi meninggalkan dua temannya.
Gadis berambut merah itu berlari menuju pos Kelas Siren, langkah kaki gadis itu membawanya kesebuah hilir sungai yang tak jauh dari rawa tempat mereka menetap.
Kaki gadis itu melangkah dan berhenti tepat di sebuah pintu masuk pos Kelas Siren, terlihat dari kejauhan para siswa Siren tengah sibuk melakukan tugas mereka, sampai sebuah suara membuyarkan lamunan Erika.
"Apa yang di lakukan Siswa Potion di sini?" Seorang gadis dengan paras menawan menghampiri Erika.
Terlihat gadis itu menatap Erika dari atas sampai bawah, mata tajamnya meneliti maksud kedatangan Erika.
"Aku ... Aku mencari Xavier" jawab Erika dengan sedikit kegugupan.
Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dadanya, dia tersenyum remeh sebelum bergumam dan pergi dari sana.
"Laki-laki itu benar-benar ingin ku bunuh" gumam gadis itu yang kemudian pergi meninggalkan Erika.
Mendengar apa yang di katakan gadis itu membuat Erika mengerutkan keningnya, entah kenapa tapi Erika merasa gadis itu tengah membicarakan Xavier.
Beberapa saat berlalu setelah gadis itu pergi, terlihat dari kejauhan laki-laki yang Erika cari tengah berlari kecil kearahnya dengan membawa sebuah kotak besar di tangannya.
"Kau mendapatkan semuanya?" Tanya Erika saat laki-laki itu tiba di depannya.
"Hampir" ucap Xavier memperlihatkan isi dari kotak itu.
"Baiklah tidak masalah, sekarang berikan padaku" tangan Erika bergerak untuk mengambil kotak itu dari pelukan Xavier.
"Ini berat, aku akan mengantarkannya" ucap Xavier yang kini berjalan mendahului Erika.
Erika melangkah menyusul Xavier, sesekali dia melirik kearah kotak di pelukan Xavier.
"Kau mendapatkan bahan yang bahkan jarang bisa di temukan di pasar sihir, wow ... Xavier, kau memang bisa di andalkan" ucap Erika menepuk bahu laki-laki itu pelan.
"Tentu saja, semua barang ini adalah sampah di lautan" jawab Xavier membuat Erika mengaguk mengerti.
Mereka berjalan santai menuju pos Kelas Potion, sebelum tiba-tiba sebuah suara menghentikan mereka.
"Erika!?" Ucap seorang laki-laki yang membawa tumpukan kayu.
Brukk
Laki-laki itu menjatuhkan kayu itu saat dia menatap ke arah Erika, dengan langkah lebar laki-laki dari Kelas Witcher itu menghampiri Erika dan memeluknya erat.
Brukk
Xavier menatap orang itu dengan tatapan tak terima, tangannya lemas dan menjatuhkan beban kotak besar di tangannya.
"Aku merindukanmu Erika"