NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Sekolah gempar setelah pengakuan Damian, bahkan saat jam istirahat. Beberapa siswa bergerombol untuk bergosip, dan mencari tahu siapa istri dari Damian Alexander Pranata.

Gwen sampai harus menghindari tatapan aneh dari warga sekolah karena dia yang terduga adalah istri Damian, mengingat Damian memeluknya di kantin melindunginya dari Niken.

"Gwen, beneran berita yang beredar kalau Damian udah nikah, dan lo itu istrinya?" tanya Jane. Gadis itu kini duduk di sebelah Gwen, di depannya ada Mika yang duduk di kursi milik Damar, yang ditinggal pemiliknya rapat osis.

Sedangkan Jun dan Axel berdiri di sisi meja.

"Kalau si kampret itu udah nikah kayaknya sih hoaks," tutur Axel. Dia orang yang paling membantah pernikahan Damian, apalagi gosip yang beredar Gwen adalah istri si berandalan.

"Kok lo seyakin itu, Xel?" Jun meliriknya.

"Ya jelas lah. Nggak mungkin juga si playboy itu udah nikah. Dia aja nggak pernah serius sama cewek. Mana mungkin dia betah ngejalin komitmen dengan status pernikahan. Kita juga masih sekolah, nggak mungkin sih kayaknya. Itu hanya cara dia buat ngusir tuh cewek pirang. Bener 'kan, Gwen?"

Mereka saling lirik kecuali Gwen karena dia memilih bungkam, dan beberapa kali menghela napas. Inilah yang Gwen malas, pengakuan Damian membuat semua warga sekolah heboh. Bahkan guru-guru, dia hanya ingin menikmati masa sekolahnya hingga lulus. Setelah lulus silakan Damian mau mengumbarnya ke khalayak umum.

"Gimana menurut lo, Ka, Jane, dan lo Gwen yang jadi terduga istrinya si Damian," ujar Jun. Pemuda itu sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Gwen yang cukup aneh.

"Gue sih sepemikiran kaya Axel, nggak mungkin sih si berandalan itu nikah. Yang ada istrinya frustrasi punya suami model si Damian itu. Hobinya aja ngebully orang, tawuran, sama mainin cewek."

Gwen mengamini dalam hati.

"Nah terus gimana tuh, lo harus bikin klarifikasi tuh Gwen, biar gosip ini mereda." Axel kembali menimpali.

Jujur, dalam hati Gwen tak ingin membohongi teman-temannya. Tetapi, sungguh dia hanya ingin kehidupan sekolahnya yang tenang.

Gwen hanya bisa mengangguk. Axel menatapnya pilu, dan Jane hanya bisa memeluk sahabatnya. "Ya udah Gwen, lo tenang aja. Tuh gosip pasti mereda."

"Iya Jane, gue sih cuma nggak nyaman aja. Ya udah sih ntar mereka juga lupa."

Jane mengangguk, ia memeluk sahabatnya erat, begitupula Mika. Gadis itu berdiri, dan berjalan ke arah Gwen. Ia ikut memeluk Gwen bersama Jane.

***

"Kamu bikin sekolah gempar, tuh. Kamu udah bicarain ini dengan Gwen?" tanya Pak Arthur. Saat jam istirahat, Pak Arthur memang sengaja memanggil Damian ke ruangannya untuk membahas hal ini.

"Aku reflek, Pa."

"Papa udah denger berita soal Nichola mantan kamu itu. Papa udah larang 'kan dulu kamu sama dia, sampai Mama cuekin kamu karena kamu lebih milih dia daripada dengerin nasehat Mama. Karena kamu sama dia, kamu tuh jadi susah diatur."

Damian mendengus kesal, bukankah Papa dan Mamanya memang jarang memperhatikannya sejak dulu karena lebih mementingkan pekerjaan.

"Bukankah Papa dan Mama itu sibuk sama urusan pribadi, dan pekerjaan sampai lupa kalau punya anak," cibirnya.

Pak Arthur diam, mereka memang kurang memperhatikan putranya. Mungkin inilah penyebab Damian menjadi seorang troublemaker.

"Papa minta maaf, Dam. Belum bisa didik kamu dengan benar. Papa juga-"

"Nggak usah minta maaf, emang itu perlu. Udah telat kali Papa minta maaf sekarang. Ya udahlah aku mau balik ke kelas, ngapain dibahas lagi. Bikin emosi aja, sekarang Papa bantuin aja biar gosip mereda di sekolah. Takutnya ntar Gwen nggak nyaman sama gosip yang merebak."

Damian langsung berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arah pintu, hampir tangannya menyentuh handle. Namun, Pak Arthur kembali memanggilnya.

"Damian!"

"Apa lagi?" Damian menjawab bahkan tanpa menoleh ke arah sang ayah.

"Kamu mau nerusin pernikahan ini?"

Damian diam, dia hanya berdiri membelakangi ayahnya seperti patung.

"Kok diem, Papa nanya loh, Dam."

"Terus, papa mau nyuruh aku cerai sama Gwen?"

Pak Arthur justru tersenyum. "Nggak lah, justru Papa seneng, Papa seneng kamu dapat jodoh seperti Gwen. Lihatkan kamu jadi lebih baik sekarang. Cuma, Papa nggak mau kalau kalian nggak bahagia dengan pernikahan ini. Nanti Papa sama Mama terkesan memaksa."

"Terus mau disuruh cerai, emang kita artis. Buat Damian nikah itu sekali aja," ujarnya. 'Karena aku udah mulai suka sama Gwen,' lanjutnya dalam hati.

***

"Ntar lo balik sendiri dulu sendiri ya, gue ada urusan."

Gwen membaca barisan kalimat pesan dari oknum yang kontaknya ia beri nama, 'Titisan Voldemort.' Siapa lagi jika bukan suaminya sendiri.

"Mau nyamperin si nenek gayung lagi," cibirnya.

Dengan cepat Gwen membalas pesan suaminya.

"Ya, gue ngerti. Lo mau nemuin mantan lo itu, kan? Udah temui aja, nggak usah izin-izin segala."

Gwen mengetik pesannya dengan setengah emosi.

"Ngapain izin segala, kemarin aja maen pergi aja, mana bohong lagi," gerutu Gwen.

"Gue cuma mau selesaiin masalah tadi pagi di kantin, nggak usah cemburu."

"Siapa yang cemburu? Ngayal aja lo, udah sono gue mau balik ke kelas udah bel masuk," balasnya cepat.

Gwen mengabaikan pesan balasan lagi dari Damian karena dia sudah memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan segera berjalan ke arah kelasnya.

***

Damian memilih membolos dari pelajaran jam terakhir. Seperti biasa ia tak meminta izin, dan memilih melompat pagar.

Bahkan saat ketiga gerombolannya bertanya, Damian memilih mengabaikan mereka.

Pemuda itu pergi ke apartemen yang Niken tinggali di daerah Jakarta timur, kebetulan itu dekat dengan sekolahnya, hanya butuh 20 menit dengan mobil untuk mencapai tempat tinggal mantannya tersebut.

Damian menekan bel pintu, ketika sampai di depan apartemen milik Kakaknya Niken.

Hanya butuh lima menit, dan Niken keluar dari sana.

"Dam!" serunya. Gadis itu langsung menghambur memeluk Damian.

"Lepasin, Ken. Nggak enak dilihat tetangga lo ntar."

"Nggak mau, lo kenapa sih. Jadi kolot sekarang, dulu juga biasa aja. Sekama gue tingga di Swiss, juga orang pelukan di deoan pintu biasa aja."

Damian mendorong tubuh Niken menjauh. "Jangan lo samain budaya kita sama budaya sana. Gue ke sini nggak mau basa-basi, gue cuma mau nyelesain masalah tadi pagi."

Niken hanya memandang Damian aneh, kerasukan apa si tampan ini, hingga sikapnya berubah 180 derajat.

"Ada yang ngebuat lo berubah?"

"Berubah apaan? Gue tetep Damian, nggak berubah jadi Spiderman. Udah deh, jangan buang-buang waktu. Lo ngapain tadi pagi datang ke sekolah, terus ngaku kita masih pacaran?"

"Terus lo juga ngapain pakai nyebar kebohongan kalau lo udah nikah. Bullshit banget, Dam. Lo pikir dengan lo bilang kek gitu gue bakalan percaya. Terus cewek yang lo suruh ngaku-ngaku kemarin di telepon, apa itu cewek yang tadi?"

Damian sudah muak, Niken itu cinta pertamanya. Dia bucin berat dengan wanita ini. Namun, itu dulu sebelum Niken menyakitinya, sebelum Niken meninggalkannya.

"Gue nggak bohong, gue emang udah nikah."

Niken tertawa, namun tawa itu terasa hambar.

"Nggak, gue nggak percaya. Lo itu cintanya sama gue, kan? Iya, kan? Lo tuh nggak mungkin berpaling dari gue, Dam."

Damian bimbang, dilema kini memenuhi seluruh hatinya. Dia mendongak, menatap bola mata berwarna cokelat tersebut. Tidak, dia harus tegas kali ini.

Memorinya kembali ke dua tahun silam, ketika ia masih bersama Niken sangat berbeda saat ia bersama Gwen.

Gwen memang ketus, kadang galak dan suka memarahinya, tapi di situlah letak gadis itu peduli. Justru Damian merasa diperhatikan, dan perasaan itu muncul sedikit demi sedikit dan menjadi penuh sekarang.

"Gue emang cinta sama lo, gue sesayang itu sama lo.

Gue sampai sakit beberapa hari saat lo cuekin gue dulu, karena hanya gue telat datang ke tempat kencan kita"

"Terus, sekarang kita balikan lagi 'kan, Dam."

Damian terkekeh.

"Gue udah nikah."

Niken justru tertawa nyaring. "Nggak lucu, Dam. Udah deh gue nggak bisa lo bohongin."

Damian yang kesal, akhirnya memutar tas ranselnya, dan mengambil sesuatu dari sdalam sana. Sebuah buku kecil berwarna merah, bertuliskan buku nikah.

"Lo lihat sendiri, baru lo komentar."

Niken mengambilnya dengan tangan gemetar. Ia membuka buku itu, tertulis nama Damian Alexander Pranata, dan Mariana Gwen Axelir terpampang nyata.

"Lo bohong."

"Lo masih mau ngelak lagi."

"Ini palsu, kan?"

Damian terkekeh. "Lo boleh tanya ke kantor catatan sipil kalau lo nggak percaya, lo juga boleh nanya sama Bokap, Nyokap gue."

Air mata Niken mengalir tanpa disuruh. "Kenapa lo tega sama gue, Dam? Gue cinta sama lo, Dam. Lo dulu-"

"Dulu iya, dulu gue emang memuja lo banget, Ken. Tetapi, sekarang gue sadar, cinta yang gue miliki buat lo cuma lo manfaatin doang. Lo nggak beneran cinta sama gue. Lo egois, lo nggak pernah ngertiin gue, lo selalu maksain kehendak lo. Maaf aja, gue nggak bisa balikan sama lo."

Niken semakin terisak. Ia berjalan mendekati Damian. "Karena lo udah nikah? Apa Om Arthur yang jodohin lo."

"Bukan itu alasannya."

"Lalu?"

"Gue emang dipaksa buat nikah karena kesalahpahaman, tapi sekarang... Gue cinta sama dia, dan gue harap lo ngerti, Ken." Damian mundur beberapa langkah, lalu berbalik.

Niken menatapnya berkaca-kaca. Ia seolah tak mau mempercayai ucapan yang keluar dari bibir sang mantan.

"Nggak, Dam. Gue nggak mau." Niken berlari, dan memeluk tubuh Damian dari belakang. "Lo milik gue, Dam. Lo milik gue!" teriaknya.

Damian mendengus, dia lalu melepas tangan Niken yang merangkul perutnya. "Cari yang lain yang lebih dari gue, yang bisa lo manfaatin, sorry gue nggak sebodoh dulu."

Dia menyentak lengan Niken.

"Satu lagi, jangan gangguin istri gue, atau lo gue habisin.

Setelahnya Damian memilih pergi.

"Nggak akan, gue nggak mau lo sama dia, kalau gue nggak bisa dapetin lo. Maka tuh cewek juga nggak boleh sama lo."

***

Keempat sahabatnya masih ada di tempat parkir untuk menunggunya. Ia tadi pura-pura izin ke kamar mandi untuk menjawab panggilan dari Damian yang menyuruhnya menunggu di sana, karena Mang Kardi yang akan menjemput.

"Udah?" tanya Jane.

"Udah, tapi kalian balik duluan aja. Gue mau nunggu Dirly, nanti mau mampir ke sini ngajakin beli sesuatu soalnya," bohong Gwen.

"Beneran, nggak dateng kita aja. Atau sekalian nunggu adek lo, Gwen," ujar Jun.

Gwen menggeleng cepat. "Nggak usah Jun, gue nggak mau ngrepotin. Soalnya pasti lama nih."

"Lo yakin?"

"Iya, kalian balik dulu deh."

Jun mengangguk, ia lalu masuk ke dalam mobil disusul Mika, dan Jane yang ikut menumpang di mobil milik pemuda bernama lengkap Arjuna Bachtiar itu.

"Gwen kita duluan, ya!" seru Jane dan Mika yang melambai dari dalam mobil.

"Iya, hati-hati," ujarnya.

Gwen masih di sana, begitupun Axel.

"Lo yakin nunggu Dirly sendirian di sini?" tanya Axel.

"Serius lah, bentar lagi Dirly juga dateng, udah lo balik duluan aja."

Axel mengangguk, ia mulai naik ke atas motor, dan meninggalkan Gwen di sana. Namun, Axel tak setega itu, ia berhenti di dekat gerbang tanpa sepengetahuan Gwen.

Gadis itu berjalan seorang diri ke arah halte bus, sampai tanpa sadar ada sebuah mobil berwarna hitam melaju kencang dari arah belakang.

Axel sempat melihatnya, karena laju mobil yang mengarah pada Gwen.

Axel membuka helm, dia sempat berteriak.

"Gwen awas!"

Namun, naas. Saat Gwen menoleh, mobil itu sudah menyerempet tubuhnya hingga jatuh ke aspal, dan mobil tersebut langsung kabur.

Axel sempat memotret plat mobil tersebut, sebelum menolong Gwen yang terkapar di pinggir jalan.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!