"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 35
Wulan, Anjani dan Asmirah memutuskan meninggalkan rumah Helena menuju rumah mereka, mereka saling bungkam dan kebingungan. Mata mereka sembab dan tentunya akan menjadi pertanyaan bagi Cakra dan keluarga lainnya.
Seorang pria mengikuti mereka bertiga dari belakang, pria itu mengenakan topi hitam, jaket hitam dan celana loreng. Di bahunya terlampir tas loreng yang biasa di gunakan oleh seorang tentara.
“Dorr...” pria itu langsung mengejutkan Wulan, Anjani dan Asmirah yang spontan melihat ke arah mereka. Jantung mereka bertiga berdetak dengan cepat seperti habis meraton.
“Araf... astagfirullah” Wulan memegangi dadanya yang mesih berdetak cepat. Pria itu yang tidak lain adalah Araf menetap bingung ibu dan kedua adiknya.
“mama dari mana, trus kenapa mata mama dan kalian merah juga sembab seperti habis menangis?” tanya Araf penuh selidik. Wulan, Anjani dan Asmirah kebingungan harus menjelaskan bagaimana pada Araf. Mereka tidak mau nantinya masalah bertambah runyam,
Bagaimana ini, Araf tidak boleh tahu dengan masalah ini. Kami harus menunggu kesehatan pak Candra membaik, jika Araf tahu dia a bertindak bisa gawat guman Wulan dalam hati bingung.
Jika mas Araf tahu masalah ini, dia bisa menambah masalah baru. Apa yang harus aku lakukan sekarang, belum papa, eyang dan bu de di rumah yang akan ikut menanyai kami Guman Anjani semakin takut dan cemas.
mas Araf nggak boleh tahu masalah ini dulu, kasihan kak Jani. Sekarang dia pasti sangat terpukul dan bingung Guman Asmirah menatap Anjani yang ketakutan dan cemas.
“loh kok pada diam? Sebenarnya ada apa ini? Apa ada yang mengganggu kalian?” Tanya Araf yang semakin curiga.
“nggak kok mas Araf, kami tadi abis dari rumahnya mami Helen. Kami dengar kalo opanya kak Elia masuk rumah sakit karena serangan jantung. Sekarang di rumah sakit sedang di operasi sama mbak Sabrina” jelas Amirah,
Wulan dan Anjani bernafas lega mendengar penjelasan Asmirah, setidaknya untuk sementara Araf tidak akan mempertanyakan mereka lagi.
“Sabrina udah pulang dan sekarang ada di Jakarta?” Araf sangat senang mendengar adiknya sudah kembali ke tanah air. Di baru mendapat kabar tentang Sabrina karena selama pelatihan dia tidak bisa menghubungi keluarganya.
“nggak Cuma mbak Sabrina aja di sini mas, pak de, buk de dan eyang juga di sini” ujar Asmirah mengalihkan pembicaraan.
“benarkah? Mas benar nggak sabar buat ketemu ama mereka” Araf sangat senang keluarga besar mereka berkumpul di rumah saat ini.
Mereka berempat ke dalam rumah di sambut Andhini dan Ningsih sedang sarapan pagi di meja makan. Adiwijaya dan Cakra yang baru selesai bermain catur ikut bergabung ke ruang makan untuk sarapan bersama. Anjani dan Araf menyalami keluarga besar mereka satu persatu.
***
Lampu di depan pintu ruang operasi masih menyala, sudah beberapa jam berlalu. Helena dan Eliana ikut menyusul para pria di keluarga mereka yang masih menunggui operasi Candra.
Helena duduk di sisi Adrian, memberi dukungan pada suami dan menenangkannya. Makanan yang di beli Wiyasa untuk sarapan Sabrina sudah menjadi dingin begitu pun milik Raka. Kabar dropnya Candra sampai ke telinga awak media, sudah banyak wartawan yang menunggu di depan Arbecio Medical Hospital. Para keamanan berjaga di depan pintu masuk dan tidak memperbolehkan awak media untuk masuk ke dalam rumah sakit.
Raka tampak mondar mandir di depan ruang operasi, dia memilih tidak datang ke kantor hari ini karena kondisi Candra. Beberapa jam sebelumnya Thio datang dengan tergesa-gesa saat mendengar Candra masuk rumah sakit, dia segera menemui Raka dan bertanya gerangan apa yang terjadi pada Candra.
Raka menjelaskan dari sabang sampai Merauke perihal apa yang membuat Candra terkena serangan. Dia juga menceritakan kecurigaannya pada Rani yang mampu berbuat apa pun demi mendapatkan tujuannya. Raka meminta Thio untuk menyelidiki masalah ini dan mengurus kantor sementara waktu sampai Candra benar-benar pulih.
“oke bos, aku akan segera mencari informasinya dan mendapatkan CCTV di hotel AST” Thio segera pergi ke hotel AST untuk mendapatkan informasi.
Bima merasa sangat bersalah dan khawatir, dia menyalahkan dirinya sendiri telah membuat opanya harus meregang nyawa. Pintu ruang operasi terbuka, perawat tampak panik dan berlari cepat ke bagian informasi.
Semua yang berada di sana tampak semakin khawatir, pikiran buruk pun menghinggapi pikiran mereka.
“Pi...” Helena tampak panik.
“ Tenang mi, insyaallah tidak akan terjadi apa-apa dengan papa. Kita berdoa dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT” Adrian berusaha menenangkan Helena juga dirinya.
Perawat kembali masuk ke ruang operasi dengan membawa beberapa kantong darah. Perasaan tidak enak terus menghinggapi semua orang yang menunggu di depan ruang operasi.
Di dalam ruang operasi, Sabrina dengan sekuat tenaga menyelamatkan Candra yang sempat menurun kondisinya. Para dokter pembantu dan perawat tampak cemas, berbeda dengan Sabrina yang tampak berusaha sebaik mungkin menyelamatkan Candra. Beberapa menit usaha penyelamatan membuahkan hasil, kondisi Candra mulai naik.
Mereka kembali memulai pekerjaan yang sempat tertunda, beberapa perawat mulai tampak kelelahan. Mereka menatap jam dinding di luar ruangan operasi yang menunjukkan pukul sepuluh pagi, sudah hampir enam mereka melakukan operasi.
“Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Tuan Candra sudah baik-baik saja sekarang” ujar Sabrina yang di iringi hembusan nafas lega dari para dokter dan perawat.
Tidak di pungkiri, Sabrina juga merasa sangat lelah. Selama dalam perjalanan dari Surakarta ke Jakarta Sabrina tidak bisa beristirahat, semalaman pun dirinya tidak tidur. Sabrina sudah terbiasa menghadapi situasi emergency seperti saat ini dan dia harus siap mental. Beberapa perawat dan dokter pembantu kagum pada Sabrina yang tidak mengenal lelah, melakukan yang terbaik untuk keselamatan pasien.
Lampu di atas ruang operasi padam menandakan operasi telah selesai, Sabrina dengan masih memakai pakaian operasi berjalan keluar menemui keluarga Wiguna yang menanti di luar. Sebelah tangannya membuka penutup kepala yang menutupi hijab Sabrina dan masker yang di kenakannya.
Adrian dan keluarga segera menghampiri Sabrina, menanti penjelasan darinya. Wiyasa dapat melihat wajah putrinya yang pucat,
“Alhamdulillah, Allah menjawab doa tuan Adrian sekeluarga. Tuan Candra selamat dan operasinya berhasil, walaupun sempat ada sedikit kendala. Tapi, keadaan tuan Candra sudah aman” penjelasan Sabrina membuat seluruh keluarga Wiguna berbahagia. Mereka sangat senang mendengar berita baik yang di bawanya,
“Terima kasih dokter Sabrina, terima kasih banyak” ucap Adrian sambil menyalami tangan Sabrina.
“Sudah menjadi kewajiban saya tuan Adrian, semua ini juga berkat para dokter dan perawat yang membantu saya” ujar Arinda memberitahu jika bukan hanya dia saja yang mendapatkan ucapan terima kasih dari keluarga Wiguna.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
buat saya,,,ini sangat lah menyebabkan,,,
kenapa ?,,,
karena sesuatu yang tidak adil terjadi pada raka,,
kali ini coba saya intip lagi,,,siapa tau author membelokkan alur cerita,,, walaupun saat ini kenyataannya bisa di ibarat kan bahwa Sabrina hanya tinggal ampas untuk raka,,,,walau harus dengan menSCROLL setiap jalan cerita yang menjelaskan soal Sabrina dan suaminya,,,😓