Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 31
Malam ini Sugeng tidak bisa tidur dengan pulas, karena dia ingin sekali melakukan hubungan intim yang sudah lumayan lama menurutnya tidak dia lakukan. Sayangnya tidak ada wanita yang malam ini bisa diajak berkeringat.
Sekalinya Ajeng mau, ternyata wanita itu tidak mau langsung melakukannya kalau tak dikasih uang terlebih dahulu. Sugeng merasa kalau wanita itu terlalu pintar berkelit, terlalu pandai menipu dirinya.
Sugeng sempat menatap wajah istrinya yang pulas dalam tidurnya, dia juga menatap tubuh wanita itu yang semakin kurus saja. Inah tidak menarik sama sekali, alhasil malam ini dia hanya bisa memendam keinginannya.
"Nasibku kenapa jelek banget ya?"
Saat pagi hari tiba, dia melihat Romlah dan juga Ajeng yang sedang berada di dapur. Ajeng sedang memasak untuk sarapan pagi, sedangkan Romlah sedang mencuci botol susu milik putrinya.
Sugeng sempat memperhatikan keindahan tubuh dari kedua wanita itu, Ajeng memang terlihat begitu cantik sekali, tetapi ternyata setelah Sugeng perhatikan, bodi Ajeng kalah dengan bodi milik Romlah.
Dada Romlah terlihat lebih besar, bodinya aduhai, bokongnya juga terlihat sangat menarik. Bahkan, Sugeng merasa ingin mengulurkan tangannya untuk menampar bokong milik Romlah.
'Sialan! Kenapa wanita jelek itu memiliki bodi yang sangat aduhai?!' umpat Sugeng dalam hati.
Tiba-tiba saja terbersit ide konyol di dalam otaknya, kalau menaklukkan Ajeng sangatlah sulit, dia berpikir kalau menaklukkan Romlah mungkin akan lebih gampang.
Dia merasa kalau Romlah tidak akan jual mahal, untuk masalah wajahnya yang jelek bisa diatur. Nanti kalau misalkan mereka melakukannya, Sugeng akan meminta Romlah untuk memakai topeng.
Ya, sepertinya dengan cara itu akan membuat Sugeng tidak akan melihat wajah buruk rupa Romlah. Selain itu, rasanya akan sangat lebih menantang saat mereka melakukannya.
"Kamu sangat pintar, Sugeng."
Saat siang hari tiba, Sugeng memutuskan ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Ternyata saat Sugeng meninggalkan wanita itu, Wati berteriak histeris, wanita itu ketakutan seperti melihat hantu.
Wanita itu mengamuk dan memukul siapa pun yang mendekatinya, bahkan dia menyakiti dirinya sendiri. Dokter akhirnya menyarankan untuk memasukkan Wati ke pusat rehabilitasi agar segera sembuh.
Tentu saja Sugeng menyetujui, karena dia tidak mau kalau harus mengurus ibunya yang depresi. Melihat Inah yang sakit seperti itu saja sudah membuat dirinya muak dan sangat bosan.
Kalau saja tidak ingat Inah adalah wanita yang menemani dirinya dari sejak dia remaja, rasanya dia ingin menyingkirkan wanita itu saja. Dia mempertahankan Inah karena mengingat wanita itu yang dulunya begitu dia cintai.
"Ibu anteng-anteng tinggal di sini, Sugeng janji akan sering jenguk Ibu. Cepet sembuh ya, Bu."
Wati sempat menolehkan wajahnya ke arah putranya, dia juga sempat menatap wajah putranya itu, tetapi tatapannya terlihat kosong dan juga hampa. Sugeng menitipkan ibunya kepada pengurus pusat rehabilitasi, dia berharap kalau ibunya bisa segera sembuh dan bisa berkumpul bersama kembali.
"Habis dari mana, Mas?"
Sugeng baru saja pulang, dia langsung disambut pertanyaan dari Inah. Wanita itu kini sedang duduk di ruang keluarga sambil mendengarkan radio, Inah mendengarkan acara dongeng jenaka, tetapi matanya terlihat memerah.
"Habis ngurusin ibu, ibu gak bakalan pulang dalam waktu dekat karena dia sekarang pindah di pusat rehabilitasi."
"Loh! Kenapa?" tanya Inah.
Sugeng akhirnya menceritakannya kepada Inah tentang apa yang terjadi, wanita itu merasa kasihan sekali terhadap mertuanya itu. Setelah menceritakan ibunya, sugeng mempertanyakan keadaan Inah.
"Itu mata kamu kenapa merah? Apa karena kamu tidak enak badan lagi?"
"Enggak kok, aku nangis karena sedih. Aku heran Mas sama anak kita, kenapa ya dia nggak mau banget sama aku? Dia itu cuma mau sama Romlah aja, bahkan sama Ajeng aja digendong dia nggak mau."
"Entahlah! Aku tak tahu, coba aku ke kamar Ayu. Aku mau coba gendong dia, mau atau tidak dia sama aku."
"Ya udah, Mas coba sana. Siapa tahu dia mau sama kamu," jawab Inah.
"Ya," ujar Sugeng yang langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Ayu.
Saat tiba di sana ternyata Ayu sudah tertidur dengan lelap, di dekat Ayu ada Romlah yang sedang melipat pakaian anak itu. Sugeng tersenyum penuh arti, tanpa romlah tahu dia langsung mendekat ke arah Romlah dan memeluk wanita itu dari belakang.
"Astagfirullah! Apa yang Tuan lakukan?"
"Meluk kamu, emang ngapain lagi?"
"Jangan macam-macam, nanti kalau nyonya melihat kita dalam keadaan seperti ini bisa bahaya!" ujar Romlah pelan tapi penuh penekanan.
"Melakukan lebih dari ini saja saya berani kok, saya enggak takut sama Inah."
"Jangan macam-macam, Tuan. Selain takut sama istri Tuan, saya juga memiliki wajah yang buruk rupa. Apa Tuan tidak takut saat melihat wajah saya?"
Romlah berusaha untuk melepaskan diri dari pria itu, Sugeng melepaskannya. Namun, tak lama kemudian dia tersenyum dan menggenggam kedua tangan Romlah.
"Jangan jual mahal, Rom. Aku itu pengen banget loh, aku bakal kasih kamu duit yang penting kamu mau melakukannya denganku."
"Di sini?
"Ya," jawab Sugeng.
"Tapi kan' ada Ayu?"
"Gampang, biarin aja dia di kasur. Kalau kita melakukannya di ubin saja, gelar kasur."
"Kalau begitu Tuan saja yang gelar kasur, aku terima beres."
Sugeng tersenyum penuh kebahagiaan mendengar apa yang dikatakan oleh Romlah, dengan cekatan dia mengunci pintu kamar itu. Karena takut ada orang yang masuk ke dalam kamar itu.
Lalu, pria itu langsung mengambil kasur lipat yang biasa disimpan di dalam lemari. Lalu dia menggelar kasur itu dan menuntun Romlah untuk merebahkan tubuhnya di sana.
Sugeng mengeluarkan topeng yang sejak tadi dia sembunyikan dari balik baju, dia memang sengaja tadi di jalan membeli topeng itu untuk Romlah.
"Kenapa Tuan bawa-bawa topeng?"
"Kamu harus memakai topeng ini, baru kita melakukannya."
"Kalau Tuan ingin melakukannya, saya tidak mau pakai topeng."
"Biar menantang, Romlah."
"Enggak mau, pokoknya saya nggak mau pakai topeng."
"Iya iya, topengnya nggak usah dipakai," ujar Sugeng sambil melemparkan topeng itu ke arah sembarang.
Sugeng yang sudah tidak tahan langsung membuka baju yang dia pakai, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membuka baju yang dikenakan oleh Romlah. Pria itu tersenyum dengan begitu lebar ketika melihat kedua dada Romlah yang begitu besar.
Namun, senyum itu surut ketika dia mendekatkan wajahnya ke arah dada Romlah, saat dia ingin bermain dengan kedua dada besar itu, wajah wanita yang ada di bawahnya itu tiba-tiba saja berubah menjadi cantik sekali.
Akan tetapi, satu hal yang membuat dia takut. Wajahnya mirip sekali dengan istri pertamanya, wanita yang sudah dibunuh dengan cara dibakar.
"Ka--- kamu?"
"Iya, Sayang. Ini, aku. Romlah, istri kamu. Aku udah perawatan, udah mandi air kembang. Udah wangi, ayo buruan. Punya aku udah gatel, udah pengen dimasuki."
Romlah tersenyum, tetapi senyum itu terlihat begitu mengerikan di mata Sugeng. Wajah cantik itu berubah menjadi jelek, tak lama kemudian berubah kembali menjadi cantik.
"Setan!" teriak Sugeng.
Pria itu langsung bangun dari tubuh Romlah, lalu dia lari terbirit-birit dari dalam kamar Ayu. Pintu kamar Ayu sampai rusak karena dia tendang, Romlah yang melihat akan hal itu langsung tertawa dengan terbahak-bahak.
"Rasakan!" ujarnya penuh kepuasan.
GI ambil duit dulu baru indehoy enak betul maunya gratisan emang Inah wekkkkk