NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah : Jodohku Ternyata Seberang Rumah

Mendadak Nikah : Jodohku Ternyata Seberang Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cintapertama
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: F.A queen

Sagala terkejut bukan main saat tetangga depan rumah datang menemuinya dan memintanya untuk menikah dengan putri mereka secepatnya. Permintaan itu bukan tanpa alasan.

Sagala mendadak pusing. Pasalnya, putri tetangga depan rumah adalah bocil manja yang baru lulus SMA. Gadis cerewet yang sering mengganggunya.

Ikuti kisah mereka ya. Ketika abang adek jadi suami istri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

Malam ini, Sagala mengajak Annisa ke pusat perbelanjaan lagi.

"Kita ke mall lagi, Bang." tanya Annisa, menoleh kecil.

"Iya."

"Tapi jajan aku yang di rumah belum habis. Malah masih banyak banget."

"Ya udah beli yang lain."

"Beli apa?"

"Apa aja."

Mereka masuk melalui pintu utama. Suasana malam minggu tampak ramai, setiap langkah diiringi riuh pengunjung. Sagala melirik Annisa sekilas.

"Jangan jauh-jauh dari abang. Takut kamu hilang. Weekend biasanya lebih ramai."

Annisa mengangguk. "Emang kalau aku ilang, abang bakal sedih?"

"Kalau kamu ilang, abang gimana ngomongnya sama orang tua kamu."

Annisa mengigit bibirnya. Kakinya melangkah lebih pelan tanpa ia sadari. 'Jadi sebatas itu saja ya. Sebatas tanggung jawab.' Ia menghela nafas dalam. 'Kayaknya abang emang nggak suka sama aku. Gimana mau suka, aku mungkin selalu bocah di matanya.'

Annisa mengangkat wajah saat tangan besar yang hangat menggenggam jemarinya.

"Abang bilang jangan jauh-jauh," ucap Sagala menatapnya.

Annisa mengangkat wajah. "Maaf." Katanya pelan. Ia harus lebih dewasa jika ingin abang menyukainya. Ia nggak boleh manja, jika ingin abang melihatnya sebagai seorang wanita dan bukan bocah.

Annisa menunduk diam, mengikuti langkah Sagala. Di sini ramai, pikirannya pun ramai. Tapi memikirkan jika abang tidak pernah menginginkannya, membuat semuanya tidak menyenangkan.

Tak lama, Sagala berhenti di depan area pakaian wanita.

"Pilihlah yang kamu suka," ucap Sagala. Dia segera melanjutkan, "Abang pasti setuju." Dia ingat betul bagaimana rumitnya saat dulu mereka memilih cincin dan mukena.

"Bajuku masih banyak dan layak pakai, Bang." Ucap Annisa. Ia menatap Sagala.

Sagala menoleh, menatap matanya sebentar, lalu berkata. "Tapi bukan baju yang abang beliin."

Annisa langsung menimpali, cepat, "Ada kok. Setiap tahun kan abang beliin aku baju pas lebaran."

"Itu beda."

"Kan sama aja dari Abang."

Sagala menghela nafas dalam. "Bisa nggak, sekali aja nggak usah ngeyelan."

Kedua mata Annisa bergerak menatap Sagala. "Abang marah?" Tanyanya. Suaranya serak.

Sagala segera mengulurkan kedua tangannya untuk diletakkan di atas pundak Annisa. "Abang nggak marah. Cuma kadang kesel sama kamu yang sering ngeyel."

Annisa terdiam. Suaranya kecil, "Maaf."

Sagala mengangguk, tersenyum kecil. "Yuk cari baju buat kamu. Yang banyak nggak apa-apa. Setelah beli baju, kita beli tas, beli sepatu, lalu beli laptop," ucap Sagala. "Semangat ya, calon Dokter."

Bibir Annisa bergetar menahan haru. "Abang...." Air matanya menetes begitu saja.

"Hei." Sagala segera menyekanya. Dia melangkah lebih dekat lalu berbisik, "Jangan nangis, nanti dikira abang ngapa-ngapain kamu."

Annisa mengangguk, tersenyum lebar, tapi air matanya tetap jatuh. "Terima kasih, Abang."

Sagala menggenggam tangannya, hangat tapi mantap lalu membawanya lebih masuk ke area pakaian remaja.

"Buruan pilih," katanya. "Masih banyak yang harus kita beli."

Annisa mengangguk. Lalu mulai memilih pakaian yang ia inginkan.

"Abang ini bagus nggak?" Tanyanya memperlihatkan satu stel yang ia pilih.

Sagala mengamati sekilas, lalu mengerutkan alis. "Kayaknya bagus, tapi apa nggak terlalu pendek itu bawahnya."

Annisa berkedip. "Aku coba dulu."

Sagala mengangguk mempersilahkan. Ia mengikuti Annisa sampai ke deretan kamar pas dan berdiri di sisi luar. Tak lama, pintu terbuka dan Annisa melongokkan kepalanya.

"Stt, Abang." Panggilnya pelan.

Sagala menoleh. Annisa melambai, isyarat agar Sagala lebih dekat, setidaknya depan kamar pas. Pria itu melangkah mendekat, sungguh berdiri depan kamar pas.

Annisa membuka sedikit lebih lebar pintu, memperlihatkan dirinya dalam setelan itu, blus rapi dan rok mini yang... jatuh tepat di atas lutut.

Sagala terdiam sejenak, napasnya menahan. Lalu reflek, ia meraih pinggiran pintu dan menutupnya perlahan. Suaranya datar tapi tegas,

"Ganti. Pilih yang lain, itu terlalu mini."

Annisa terdiam sesaat, mendengar suaranya dari balik pintu. Tidak ada nada marah. Justru... peduli.

Dengan cepat ia melepas rok itu, lalu memilih yang lain, rok lipit selembut warna pipinya yang memerah.

Annisa keluar dari kamar pas. Sagala menatapnya. "Kamu keberatan kalau abang nggak suka dengan pilihanmu yang tadi?"

"Enggak," jawab Annisa. "Aku justru seneng kalau abang perhatian sama penampilanku."

Sagala tersenyum tipis. Mengulurkan tangan mengusap rambut Annisa pelan, penuh rasa perduli. "Abang cuma nggak mau cowok-cowok lain menatapmu dengan pandangan yang bukan-bukan."

Annisa tersenyum lebar. Dia mengangguk. "Aku ngerti."

Setelah membeli semuanya termasuk laptop. Mereka tidak lantas pulang. Sagala membawanya ke sebuah cafe out door yang tenang dan damai di pinggiran kota.

"Universitas mana yang kamu inginkan, Nisa?" Tanya Sagala menatapnya tenang.

Annisa menyesap minumannya sebelum menjawab. Dia menyebutkan salah satu universitas yang tak jauh dari kampungnya. Hanya berjarak lima jam dari rumah.

"Aku bisa ngekos dekat-dekat kampus. Terus kalau libur bisa sering pulang. Kalau lagi kangen masakan ibu, tinggal kabarin, Ibu bisa jenguk aku sebentar, hehee."

Sagala mengangguk, mendengarkan dengan sungguh-sungguh. "Udah riset tentang kampus itu? Gimana daftarnya, tesnya?"

"Sudah dong," jawab Annisa. "Aku bahkan udah ngepoin dari kelas dua sma hahaaa."

Sagala menyesap kopinya. "Kita coba daftar dulu. Nanti kalau sudah keterima, abang anter kamu pulang."

"Maksud abang?" Tanya Annisa segera. Hatinya merasa tidak nyaman.

Sagala menarik napas pelan, menatap lurus ke depan. "Abang sudah pernah bilang. Kamu masih sangat muda, Nisa. Jalan kamu masih sangat panjang. Jadi kejarlah cita-cita kamu. Abang mendukung."

Annisa diam. Tangannya meremas cangkir tanpa sadar.

"Abang nggak ngekang kamu. Kamu boleh belajar di mana saja, nggak harus di dekat sini. Nggak harus dekat abang," ucap Sagala lembut. "Kamu juga boleh membuka hatimu dan memilih pilihanmu sendiri."

Kata-kata itu ... Kalimat paling akhir, menampar Annisa lebih keras dari suara. Ia menghela nafas. "Aku tahu abang terpaksa nikah sama aku. Mungkin aku bukan gadis yang abang inginkan. Sikap baik abang cuma bentuk tanggung jawab, bukan tulus dari hati." Annisa mengalihkan pandangan sejenak lalu kembali menoleh ke arah Sagala. "Kalau hal terbaik adalah aku pergi, aku bakal pergi, kok Bang. Jangan khawatir."

Sagala langsung menengok, suara hatinya seperti tersengat. "Jangan salah paham, Nisa."

Annisa masih menatap Sagala dengan sepasang mata yang retak.

Sagala melanjutkan. "Abang cuma memberi kebebasan untuk kamu. Bukan nyuruh kamu pergi."

Annisa menunduk, menahan perasaan yang mendadak terasa pahit. 'Andai abang tahu... kebebasan bukan yang aku cari. Abang, yang aku mau. Di sini. Bersama-sama.'

Dia ingin mengatakan banyak hal. Tapi tidak bisa. Dia ingin menangis. Sudah jelas Sagala tidak menginginkannya. Saat sampai di kota ini, bukankah sudah jelas, jika Sagala memberi batasan pada hubungan mereka. Abang pasti sudah menyiapkan kamar itu jauh-jauh hari. Ruang yang mengingatkannya, agar jangan berharap terlalu banyak.

Berapa hari yang Sagala berikan padanya? Berapa lama, sampai semuanya berakhir? Seratus hari, lalu berpisah?

Tapi wajah Annisa tetap menampilkan senyum ketika ia akhirnya mengangkat kepala, menatap Sagala dengan mata yang mulai berkaca.

"Aku pasti keterima di Universitas itu, Abang," ucap Annisa. Suaranya terdengar bergetar. "Karena aku masuk jalur seleksi nasional berdasarkan prestasi. Salah satu lulusan yang direkomendasikan sekolah."

Sagala mengangguk, menatapnya bangga. "Abang mendukungmu."

Annisa tersenyum. Senyum lebar yang tidak sebanding dengan bulir air yang sudah membentuk kilau di sudut matanya. "Terima kasih, Abang."

Ternyata... Menikah belum tentu jodoh.

Setelah berbincang. Mereka keluar bersama. Sagala seperti biasa membukakan pintu untuk Annisa. Pintu depan bersebelahan dengannya.

Annisa menatap pintu yang terbuka lebar di samping Sagala. Tapi kali ini, ia tidak masuk ke sana. "Aku di belakang aja. Duduk di belakang kayaknya lebih nyaman." Katanya lalu masuk dan duduk begitu saja.

Sagala menoleh, tapi tak berkata apa-apa. Hanya menutup pintu itu perlahan. Menerima pilihan Annisa yang sebenarnya adalah sebuah isyarat, dia mulai menjauh.

Mobil melaju pelan di jalanan yang ramai. Di depan, Sagala memecah sunyi, “Mau kemana lagi? Mau jajan atau beli apa?”

Annisa sempat menatapnya dari kaca spion tengah, tapi kemudian menatap keluar jendela. Hening beberapa detik, lalu ia menjawab singkat, tegas, dan getir.

"Pulang."

1
V3𝓡𝓪𝓷𝓲𝓪
Hmm, sakit nya tuh dsni ❤ di dalam hatiku 😅
Naira Nissa
ya Allah baca mau ikut nangis aku🥺
Jetri
nissss coba deh ngomong jujur sama Abang Gala,,
biar cintamu ga bertepuk sebelah tangan
Naira Nissa
iya sih kenapa hari pertama/setiap datang bulan pasti ngerasain sakit perut, badan pada sakit , mager kadang meriang, trus bawaannya esmosi , pengen makan yang pedes² Mulu ada yang sama gak sih.
Jetri
bukan hanya Nisa yang nyengir, aku juga ikutan nyengir 🤣🤣🤭
Astri
Anisa yang ditolak,aku yg mewek,berasa aku yg ditolak sama Abang Sagala🤧
ternyata Abang Sagala bukan Sagala kebahagaianku ternyata malah jadi Sagala lukaku🤧🤣
Mmh dew
/Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Mmh dew
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Astri
up
up
up
Astri
up lagi kak,menunggu
Astri
bocilnya Sagala sebentar lagi gak bakal bersikap bocil ke kamu bang gala/Tongue/
Astri
konflik dimulai,aku suka suka/Hey/
Astri
Sagala sok mau memberi kebebasan sama Anisa,nanti Anisa dilirik laki-laki lain baru tau rasa kamy/Smug/
Astri
ayo lanjut kak nas,mau tau nyahoknya Abang kalo bisa berubah sikapnya
Astri
kok aku mewek ya bacanya,tapi aku senang dengan pikiran anisa🤧good job anisa, menjauhlah sampe Abang sadar bahwa Abang sebenarnya juga mencintaimu,beri batasan pada hati dan dirimu sampe Abang bener bener sadar🤧
tau ach
Nisa gak salah,Sagala pun gak salah.tau ah....
liez21🌸
ini mah serasa terbang tinggi berdua terus di seluncurin jatuh sendiri😢😢😢potek hati adek bang😪🥀🥀🥀
Taty Thoge
nissa yg sedih knp aku yg keluar aur mata ya thor/Whimper/....
liez21🌸
Bunga Desa lho Nis😁😁😁😄mengharap jawaban bunga dihati abang ya....😄😄😄
liez21🌸
😁😁😁bu ibu komplek sa ae😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!