NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Munculnya Kecurigaan

Cahaya bulan menyapu pelataran rumah Chen Weiguo, menciptakan bayangan panjang yang seakan mencerminkan kegelisahan dalam hatinya. Di tangannya tergenggam sebatang seruling bambu—hadiah dari Lin Xiaomei beberapa bulan yang lalu. Tapi malam ini, melodi yang biasanya menenangkan justru terasa sumbang di telinganya.

Pikirannya terus kembali kepada pemandangan siang tadi: Zhao Liyun dan Wu Shengli berdiri berdampingan di kebun yang semakin hijau, bahu mereka hampir bersentuhan saat membahas sesuatu tentang tanaman. Ada keakraban dalam cara mereka berinteraksi yang membuat dadanya sesak.

"Kau terlihat murung akhir-akhir ini, Weiguo."

Lin Xiaomei muncul dari balik pintu, membawa dua cangkir teh hangat. Wajahnya yang biasanya cerah sekarang diliputi awan kekhawatiran.

Chen Weiguo menerima cangkir itu tanpa semangat. "Banyak hal yang harus dipikirkan."

"Tentang Zhao Liyun?" tanya Xiaomei, suaranya berusaha terdengar biasa saja tapi gagal menyembunyikan getaran halus.

Dia tidak langsung menjawab. Bagaimana menjelaskan perasaan aneh ini? Sejak kecil, semua orang—termasuk dirinya—percaya bahwa suatu hari nanti dia akan menikah dengan Lin Xiaomei. Itu adalah jalan yang sudah ditentukan, seperti sungai yang mengalir ke laut. Tapi sekarang, ada sesuatu yang berubah.

"Kau tahu," ujarnya akhirnya, menatap bulan purnama, "dulu Zhao Liyun selalu menunduk setiap kali aku lewat. Sekarang... dia bahkan tidak memperhatikan kehadiranku."

Xiaomei duduk di sampingnya, tangannya yang halus memegang erat cangkir teh. "Mungkin karena dia sibuk dengan... hal barunya."

Maksudnya jelas—sibuk dengan Wu Shengli. Tapi Chen Weiguo mendengar sesuatu yang lain dalam kata-kata itu: Zhao Liyun telah menemukan dunianya sendiri, sebuah dunia yang tidak menyertakan dia.

Keesokan harinya di ladang, perhatian Chen Weiguo terus teralihkan. Matanya mengikuti Liyun yang sedang mengajar sekelompok wanita tentang cara membuat pestisida alami dari daun tembakau dan bawang putih. Suaranya yang jelas dan penuh keyakinan terdengar sampai ke tempatnya berdiri.

"Dia menjadi berbeda," gumamnya pada diri sendiri.

Seorang pemuda di sampingnya tertawa. "Kau terpesona, Weiguo? Hati-hati, nanti Lin Xiaomei marah."

Tapi kali ini, Chen Weiguo tidak membela diri. Dia hanya mengamati bagaimana Liyun tersenyum pada seorang ibu tua yang berterima kasih padanya, bagaimana caranya dengan sabar membimbing tangan wanita itu yang gemetar.

Sementara itu, Lin Xiaomei yang sedang memetik sayuran di seberang ladang juga memperhatikan. Dalam hatinya, ada rasa tidak aman yang mulai tumbuh. Biasanya, dialah pusat perhatian—dengan kecantikannya yang lembut dan sifatnya yang manis. Tapi sekarang, semakin banyak orang yang berpaling kepada Zhao Liyun, termasuk—dan ini yang paling menyakitkan—Chen Weiguo.

Saat makan siang, Xiaomei sengaja duduk di samping Weiguo, berbicara dengan suara manis tentang rencana festival musim semi mendatang. Tapi perhatian Weiguo terpecah—dia masih memperhatikan Liyun yang sedang makan sendirian di bawah pohon besar, tampak begitu damai dalam kesendiriannya.

"Kau bahkan tidak mendengarkan, kan?" tanya Xiaomei akhirnya, suaranya bergetar.

Weiguo terkejut, kemudian merasa bersalah. "Maaf, aku... punya banyak hal dalam pikiran."

"Tentang dia?"

Dia tidak menjawab. Tapi diamnya lebih berbicara daripada pengakuan.

Petang itu, ketika matahari mulai terbenam, Chen Weiguo tanpa sadar berjalan menuju kebun Liyun. Dia menemukan Liyun sedang menyiram tanaman, bersenandung pelan sebuah lagu yang tidak dikenalnya. Ada kedamaian dalam pemandangan itu yang membuatnya terpana.

Liyun akhirnya menyadari kehadirannya. "Ada yang bisa kubantu, Chen Weiguo?"

Sapaan formal itu seperti jarum menusuk hatinya. Dulu, Liyun memanggilnya "Weiguo" dengan suara bergetar penuh harapan.

"Aku hanya... lewat," katanya, merasa bodoh.

Liyun mengangguk, lalu kembali ke pekerjaannya, jelas tidak tertarik untuk mengobrol lebih lama.

Saat dia berbalik untuk pergi, Liyun tiba-tiba berkata, "Kabarkan pada Lin Xiaomei, festival musim semi nanti aku akan membantu membuat hiasan dari bunga kering. Katakan padanya tidak perlu khawatir."

Pesan itu—jelas disampaikan melalui dia—seperti tamparan. Zhao Liyun tidak melihatnya sebagai saingan, tidak bahkan sebagai ancaman. Dia hanya... tidak peduli.

Malam itu, Chen Weiguo tidak bisa tidur. Di satu sisi, ada Lin Xiaomei—cantik, lembut, dan sesuai dengan semua harapan orang di sekitarnya. Di sisi lain, ada Zhao Liyun—kuat, mandiri, dan penuh misteri yang membuatnya ingin tahu lebih dalam.

Dia berdiri di jendela, memandang ke arah gubuk Liyun yang lentera minyaknya masih menyala. Di sana, bayangan dua orang terlihat—Liyun dan Shengli sedang duduk bersama, mungkin berbagi makan malam atau berbicara tentang hari mereka.

Ada keintiman dalam pemandangan itu yang membuatnya merasa seperti pengamat dari luar. Untuk pertama kalinya, Chen Weiguo menyadari bahwa mungkin jalan hidup yang sudah ditentukan untuknya bukanlah satu-satunya pilihan. Dan mungkin—hanya mungkin—dia telah melewatkan sesuatu yang berharga karena terlalu sibuk mengikuti harapan orang lain.

Tapi kesadaran itu datang terlambat. Karena di kejauhan, di bawah cahaya lentera yang hangat, Zhao Liyun jelas telah menemukan tempatnya—dan tempat itu tidak menyisakan ruang untuknya.

1
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Juvita Lin
up yg bnyk kak...
Lala Kusumah
hebaaaaaatt Lingyun 💪😍👍👍
Lala Kusumah
good job Liyun 👍👍👍
Lala Kusumah
kuat dan sabar ya Liyuan 💪💪👍👍
Lala Kusumah
semangat Zhao Lingyun 💪💪💪
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!