NovelToon NovelToon
Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayusekarrahayu

Maya, anak sulung yang doyan dugem, nongkrong, dan bikin drama, nggak pernah nyangka hidupnya bakal “dipaksa” masuk dunia yang lebih tertib—katanya sih biar lebih bermanfaat.

Di tengah semua aturan baru dan rutinitas yang bikin pusing, Maya ketemu Azzam. Kalem, dan selalu bikin Maya kesal… tapi entah kenapa juga bikin penasaran.

Satu anak pembangkang, satu calon ustadz muda. Awalnya kayak clash TikTok hits vs playlist tilawah, tapi justru momen receh dan salah paham kocak bikin hari-hari Maya nggak pernah boring.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayusekarrahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 Maya si paling kalem

Belum jauh Azzam berjalan, Nadia tiba-tiba menghampiri dengan wajah cemasnya. Azzam yang mengenakan baju putih itu, terlihat menerawang menampakkan siluet tubuh tegapnya.

Nadia menunduk sementara Rita dan Putri saling pandang. "Assalamualaikum..ustadz Azzam saya bawakan handuk, air danau di sore begini pasti dingin sekali, anda sudah melakukan tindakan berbahaya dengan langsung turun begitu saja," Nadia menyodorkan handuk berwarna dusty pink miliknya.

Azzam menatap handuk itu lalu menatap Nadia yang menunduk sekilas. Ia menghela napas panjang ,"Waalaikumsalam, justru kalau saya tidak nekat membantu akan lebih fatal akibatnya, berikan saja handuknya pada Maya dia yang terlihat kedinginan," Azzam menoleh sebentar ke arah Maya yang masih sibuk mengoceh sembari memegangi tubuhnya.

Ia lalu kembali membuka suara,"Saya bisa mengganti baju sebentar lagi, terima kasih banyak atas bantuannya ya."

Nadia diam-diam memegang handuk itu dengan kencang, hatinya panas merasa marah dan malu secara bersamaan.

"Kalau begitu saya pamit dulu, kalian segeralah bersiap, sebentar lagi waktu ashar tiba, assalamualaikum,"Azzam langsung beranjak meninggalkan Nadia dan kemarahannya.

"Waalaikumsalam ustadz..,"Ucapnya bersamaan.

Rita terlihat maju lalu memegang tangan Nadia pelan,"Nad, kamu ga papa kan?."

Nadia memejamkan kedua matanya, mencoba menetralisir emosi yang memuncak. "Anak itu membuat mimpiku terganggu, Azzam benar-benar membuatku tidak habis pikir."

Putri menghampiri kedua temannya, "Nad, kali ini kayaknya kamu harus mengakui kalau kekhawatiran ustadz Azzam itu agak..berbeda."

"Kalau kamu masih bicara begitu, kali ini giliran kamu yang aku tendang ke dalam danau itu," Nadia menatap tajam ke arah Putri.

Putri menelan ludah lalu menunduk cepat, ia tahu betul kali ini Nadia sedang benar-benar emosi. Nadia berbalik arah lalu beranjak ke asramanya dengan wajah masam.

Disisi lain Maya dan teman-temannya terlihat berjalan beriringan menuju asramanya. Tubuh rampingnya dibaluti dengan handuk tebal.

Sesampainya di dalam asrama Maya langsung mengoceh kembali, "Halo kamar kenangan dengan kasur triplek, hari ini gue kembali dengan wajah baru, Maya yang lebih bersinar setelah masuk ke dalam danau suci."

Teman-temannya saling berpandangan, Rara mendekat,"May udah deh dramanya, kita bisa telat sholat ashar nanti."

Teman-temannya mengangguk setuju lalu bergegas bersiap akan mandi.

"Iya May, ayo buruan kita mandi," Zahra sudah siap dengan handuk dan sabunnya.

"Ahhh kalian semua ga asikk, gue lagi pidato juga! ogah ah gue kan udah basah masa harus mandi lagi, no no ya udah cukup guee kedinginan sore ini," Maya mencak-mencak sendiri.

Sinta datang dengan handuknya, "Tapi May."

"Aduhhhh udah deh sana kalau mau pada mandi gue mau ganti baju aja," Maya masih kekeuh dengan pendirian nya.

Dewi melipat tangan di dada lalu berkata,"Udah deh guys, Maya gak mau mandi kan pasti karena takut jejak ustadz Azzam ilang," ucapnya sembari menahan tawa.

Teman-temannya langsung tertawa terpingkal, Maya yang kesal langsung mengambil handuknya lalu mengejar Dewi dengan wajah layaknya banteng matador.

"Dewiiii, jangan lari lo! gue bakalan kasih pelajaran penting di hidup lo ituuuu, tungguuu ajaa,"keduanya tampak berlarian. Sementara Sinta,Zahra dan Rara terlihat makin tertawa keras.

Mereka berlalu menuju kamar mandi untuk antri seperti biasanya, Maya dan Dewi mereka masih saling mengejar. Menjadi hiburan tersendiri bagi yang menyaksikan secara langsung.

.....

Sementara itu di kediaman keluarga kiai Bahar, Azzam tampak tengah berdiri dengan baju putih koko lengkap dengan sarung dan kopiahnya. Beberapa kali mematut wajah di cermin memastikan semuanya rapi.

Kiayi Bahar keluar dengan langkah pelannya, wajahnya yang sudah terlihat keriput itu masih tampak penuh wibawa.

Ia memang jarang keluar rumah akhir-akhir ini karna sedang sakit. Di usianya yang yang semakin tua, kiyai Bahar memang sering sekali jatuh sakit. Untuk berjalan pun sehari hari hanya ditopang dengan sebuah tongkat kayu.

Begitu melihat sang ayah, Azzam langsung memapah tubuh ringkih itu. "Abah, lebih baik sholat di rumah saja seperti biasanya, abah kan belum sembuh betul."

"Abah sudah sehat, Lagipula Abah sudah sangat rindu suasana masjid," Kiai Bahar tampak tersenyum tipis.

Ustadzah Uhaira keluar dengan gamis panjangnya, ditangannya terjuntai mukena dan sajadah. "Azzam kamu ini seperti tidak tau Abah mu saja, dia itu kalau itu sudah menjadi keinginannya ya mana bisa di halangi."

Kiai Bahar menoleh ke arah sang istri lalu tersenyum tipis, "Umi, Abah sudah sehat sudah kuat begini," kiyai Bahar tampak berpose layaknya binaragawan.

Azzam dan Ustadzah Uhaira tampak tersenyum lebar, keduanya memapah sang ayah menuju masjid bersamaan.

"Kalau saja Syam dan Rika ada disini pasti keluarga kita akan utuh ya," Kiayi Bahar berbicara lirih.

Azzam menoleh sebentar lalu angkat bicara,"Abah Mbak Rika kan sudah punya keluarga masa iya dia harus terus tinggal dengan kita, sementara mas Syam dia juga sedang sibuk menjadi seorang dosen, jangan bilang begitu, mereka bilang katanya kalau masa liburan tiba mereka akan datang mengunjungi abah."

Kiai Bahar tersenyum lalu mengangguk pelan "Aminnn, iya Azzam abah hanya rindu suasana dulu saat kalian masih remaja, kita semua berkumpul bahkan berjuang bersama untuk membesarkan pesantren ini."

Ustadzah Uhaira menggenggam tangan sang suami erat sementara Azzam dia tampak menatap langit seolah berkata, aku juga merindukan momen itu .

Akhirnya mereka sampai di masjid Nurul Hikmah, kiai Bahar langsung disambut antusias oleh para pengurus, santri dan santriwati. Mereka bergantian menyalami lalu saling bertegur sapa bergantian.

Maya dan teman-temannya yang baru saja datang juga langsung ikut menyalami kiayi Bahar. Saat tiba giliran Maya, kiai Bahar langsung membuka suaranya.

"Maya ya?", tanyanya lembut.

Maya celingukan lalu tersenyum canggung, "Ah iya kiai saya Maya, perkenalkan santriwati paling kalem yang paling terkenal seantero pondok pesantren Nurul Hikmah."

Sinta menyikut tangan Maya pelan, Ustadz Azzam dan Ustadzah Uhaira tampak geleng-geleng kepala.

Maya cemberut lalu bergaya layaknya santriwati kalem. Kiai Bahar tersenyum tipis,"Kamu ini memang berbeda ya, pantas saja Azzam sampai bela-belain nyebur sama kamu," ia menoleh ke arah Azzam yang langsung memalingkan wajahnya.

Azzam menoleh ke arah Maya yang kini menatapnya bak seekor anak ayam kehilangan induknya.

"Abah ini bicara apa, itu semua sudah kewajiban kita untuk saling tolong menolong. Lagipula Maya kurang berhati-hati kalau sampai telat ditolong dia bisa jadi ikan cupang," Azzam sedikit menahan tawa,matanya

Begitu pula Dewi dan Rara keduanya bahkan sudah tak kuat ingin tertawa keras.

Maya langsung protes,"Ih bukan karena saya yang gak hati-hati kiai tapi tadi tuh anak-anak nakal tiba-tiba nabrak saya, emangnya saya peramal bisa tau keadaan sekitar, lagian kalau saya ga di tolong saya gak bakal jadi ikan cupang, paling jadi duyung, masa cantik-cantik gini jadi ikan cupang, anyir dong," Ia menyilangkan tangannya, wajahnya ditekuk kesal, menatap Azzam dengan jengkel.

Kiayi Bahar dan Ustadzah Uhaira tampak geleng-geleng kepala mereka menahan tawa yang hampir saja keluar. Sementara Azzam dia menatap Maya datar walaupun jauh di lubuk hatinya ia juga ingin sekali tertawa.

Sinta yang sudah tak kuat menahan tawanya, lalu membisikkan sesuatu pada Maya. "May setidaknya ayo bilang makasih kalau gak ada ustadz Azzam kamu udah jadi duyung asli."

Teman-temannya yang lain ikut mengangguk,"Maaf ya Ustadzah sama kiyai saya emang begini orangnya, terlalu kalem dan apa adanya, ngomong-ngomong kiyai Bahar ada apa ya panggil saya tadi."

"Tidak, saya hanya ingin menyapa anak sahabat saya ini, tak disangka Arman yang sangat kaku itu punya anak serandom kamu," Kiai Bahar tersenyum lembut.

Maya tak tau harus menjawab apa dia hanya tersenyum canggung.

"Yasudah ayo kita sholat ashar, sudah hampir tiba waktunya,"Ustadzah Uhaira membuka suara.

Maya dan teman-temannya mengangguk setuju lalu berjalan beriringan. Namun Maya yang berjalan paling belakang, itu sempat menoleh ke arah Azzam yang tengah berjalan pelan di belakangnya.

Ia lalu berbalik dan berbicara pelan,"Ustadz Azzam makasih banyak ya udah bantuin saya tadi, kalau gak ada ustadz mungkin saya udah jadi legenda."

Azzam tersenyum tipis, "Sama-sama, lain kali hati-hati, takut-takut kalau kamu jatuh lagi dan bukan saja jadi ikan cupang kamu juga bisa jadi ikan piranha."

Ustadz Azzam langsung melenggang meninggalkan Maya yang menatap sinis ke arahnya. Ustad ituu emang nyebelin tingkat dewa!!!. Maya langsung cemberut lalu melanjutkan langkahnya menuju masjid bersama dengan yang lainnya.

.

.

✨️ Bersambung ✨️

1
Ayusekarrahayu
Ayooo bacaa di jaminnn seruuu
Rian Ardiansyah
di tunggu kelanjutannya nyaa kak
Tachibana Daisuke
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Ayusekarrahayu: sudah up ya kak
total 1 replies
Rian Ardiansyah
ihh keren bngtttt,di tungguu kelanjutan nyaaaa kak😍
Ayusekarrahayu: makasiii😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!