NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuju Kuil

Selesai makan, suasana meja tetap sunyi. Hanya suara sumpit yang sesekali menyentuh mangkuk. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran—tentang bayangan misterius tadi malam, tentang kata-kata “naga bermahkota”, dan tentang rahasia yang seakan perlahan terbuka.

Setelah menghabiskan suapan terakhir, Wei meletakkan mangkuknya. “Kita tidak bisa berlama-lama di sini. Semakin lama, semakin besar kemungkinan mereka menemukan jejak kita,” ujarnya tegas.

Putri Xiaolan mengangguk cepat, meski jelas masih ada ketakutan di wajahnya. “Benar… aku juga merasa tempat ini tidak lagi aman.”

Pemilik penginapan masuk membawa teko teh hangat, lalu menaruhnya di meja. Ia menatap mereka dengan prihatin. “Perjalanan kalian tampak berat. Semoga dewa-dewa melindungi langkah kalian.”

Putri Minghua menunduk sopan, tersenyum tipis. “Terima kasih, Bibi. Kebaikanmu akan selalu kuingat.”

Tak lama kemudian, mereka semua bersiap. Sanghyun memeriksa pedangnya, memastikan tajam dan siap digunakan kapan saja. Wei memanggul tas berisi bekal kering, sementara Putri Xiaolan memeriksa kembali gulungan peta kecil yang mereka miliki. Putri Minghua, sebelum keluar kamar, sekali lagi meraba liontin naga bermahkota di dadanya. Ia menunduk sejenak, seolah berdoa dalam hati, lalu menyusul yang lain.

Udara pagi masih menusuk kulit, namun sinar matahari sudah lebih terang, menyinari jalan setapak yang membentang ke arah barat. Di kejauhan, gunung menjulang, dikelilingi hutan lebat. Di sanalah kuil tua yang menjadi tujuan mereka berada.

“Perjalanan ke kuil ini tidak mudah,” Wei mengingatkan, menatap jalanan berbatu di depan. “Kuil berada di lereng gunung, dan jalannya jarang dilalui orang. Siapapun yang mengincar kalian bisa saja sudah menunggu di sepanjang jalan.”

“Kalau begitu semakin cepat kita bergerak, semakin baik,” jawab Sanghyun dingin, melangkah paling depan.

Mereka berjalan dalam diam, hanya ditemani suara burung pagi dan desir angin di pepohonan. Namun ketegangan tak pernah benar-benar hilang. Sesekali Sanghyun berhenti, menoleh ke belakang, matanya menyisir hutan sekeliling. Wei pun beberapa kali menggenggam gagang pedangnya, seakan sudah siap bila sesuatu menyerang.

Putri Xiaolan berusaha mencairkan suasana dengan suara kecilnya. “Aku dengar kuil itu sudah ditinggalkan lama. Katanya banyak orang takut mendekat karena… roh penjaga.”

Putri Minghua menoleh padanya. “Roh penjaga?”

Putri Xiaolan mengangguk. “Ya, roh naga yang terikat di sana. Konon, hanya orang dengan darah kerajaan yang bisa masuk tanpa celaka.”

Ucapan itu membuat langkah Putri Minghua melambat sejenak. Tangannya sekali lagi menyentuh liontin. Hatinya berdebar—apakah semua ini ada hubungannya?

Sanghyun, yang berjalan di depan, tiba-tiba bersuara. “Kalau benar begitu, berarti hanya kalian yang bisa membuka jalan, Putri.” Suaranya datar, tapi tajam. “Dan itu alasan mereka mengincar Putri Minghua.”

Putri Minghua menggigit bibir, tidak menjawab. Wei menoleh, menatap Sanghyun dengan geram. “Jangan menakut-nakutinya. Tugas kita adalah melindungi mereka.”

Sanghyun tidak membalas, hanya menatap lurus ke jalan dengan wajah dingin.

Perjalanan berlanjut. Jalanan semakin menanjak, hutan semakin rapat, cahaya matahari hanya menembus sedikit dari sela daun. Aroma tanah lembap bercampur dengan hawa gunung yang semakin dingin.

Setelah berjam-jam berjalan, akhirnya mereka tiba di sebuah jalan setapak yang lebih tua—batu-batu besar ditutupi lumut, dan akar-akar pohon menjuntai dari tebing. Wei menunjuk ke depan. “Itu jalannya. Ikuti jalur batu ini, kita akan sampai di kuil sebelum matahari terbenam.”

Putri Xiaolan menghela napas lega. “Syukurlah… aku sudah lelah berjalan.”

Namun Sanghyun justru berhenti, sorot matanya menyapu sekeliling. “Tunggu.” Ia mengangkat tangannya, memberi tanda agar yang lain berhenti.

Suasana mendadak hening. Hanya ada suara burung gagak di kejauhan.

“Ada sesuatu…” bisiknya pelan.

Wei segera menggenggam pedangnya. Putri Minghua merasakan bulu kuduknya meremang. Hutan di sekeliling terasa terlalu sunyi, terlalu asing.

Tepat saat itu—

Craakk!

Sebuah ranting patah di balik pepohonan.

Sanghyun segera menghunus pedang, matanya tajam menatap arah suara. Wei maju setengah langkah, melindungi Putri Minghua dan Putri Xiaolan yang berdiri di belakangnya.

Daun-daun bergerak. Suara langkah ringan terdengar semakin dekat.

Putri Minghua menggenggam liontin di dadanya erat-erat, jantungnya berdegup kencang. Dalam hatinya, ia tahu… perjalanan menuju kuil tidak akan berjalan damai.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!