Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Nicklas Mengetahui Kebenarannya 1
Helen menangis, dia mengunci rapat ruangan pribadinya di lantai dua butik itu. Dia menangis tanpa suara, entah kenapa meski dia mengatakan kata-kata seperti itu pada Dre. Setiap katanya, itu juga begitu menusuk ke dalam hatinya.
'Maafkan aku, Dre. Maafkan aku' lirihnya dalam hati.
Sedangkan pria yang baru saja di campakkan oleh Helen itu masih mencoba untuk menerima semua ucapan Helen padanya tadi. Dre berusaha keras untuk tidak menjatuhkan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Wanita yang baru saja meninggalkannya itu, benar-benar begitu kejam. Datang semaunya, mengambil hatinya, lalu pergi begitu saja. Mencampakkannya dengan kata-kata yang begitu rendah.
'Sudah bosan, tidak menarik lagi? sudah bosan katamu? kamu benar-benar kejam Helen!'
Tes
Dre menyeka satu titik air matanya yang jatuh di pipinya. Pria itu buru-buru menyekanya. Ini adalah kedua kalinya pria itu menangis selama hidupnya sampai sekarang. Pertama, saat dia kehilangan neneknya. Kedua, saat dia kehilangan orang yang telah mengambil hatinya.
Dre menghela nafas sangat dalam. Begitu dalam sampai suaranya terdengar.
"Wanita kejam" ucapnya lirih sebelum dia meninggalkan butik itu.
Helen yang mendengar suara pintu butik yang memang ada alarmnya terbuka. Menyeka air matanya, dia beranjak dari sofa panjang tempatnya duduk ke arah jendela kaca satu arah yang ada di lantai dua.
Air matanya terus mengalir, seperti tak bisa dia kendalikan. Ketika dia melihat langkah Dre yang begitu lambat, seolah tak bertenaga. Seolah, jangankan untuk melangkah sebenarnya Dre bahkan tak punya tenaga untuk bernafas lagi.
Kepala pria itu tertunduk, mungkin hatinya sangat terluka. Helen yang melihat itu benar-benar merasa begitu kejam. Dia merasa telah menyakiti Dre terlampau dalam.
"Maafkan aku" lirihnya sambil melihat bayangan Dre yang telah menghilang.
**
Keesokan harinya, Nicklas yang memang sudah mendapatkan rekaman kamera dari Johan segera membuka rekaman itu.
Matanya melebar, ketika dia melihat tangkapan kamera, dimana ketika Helen mungkin sedang melihat beberapa foto, karena ada wajah Helen di sana sedang melihat ke arah kamera dengan serius, lalu kehilangan keseimbangan karena bahunya mendapatkan dorongan dari bahu lain, dan meski tidak tampak wajahnya. Tapi pakaian itu adalah pakaian Moza saat mereka naik yacht di laut saat itu.
"Tuan, Ibu nona Moza datang ke rumah sakit! dia membuat keributan, minta dokter menghubungi anda" kata Johan.
Nicklas sebenarnya masih sangat terkejut dengan apa yang dia lihat barusan itu. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Helen. Helen mengatakan pada Nicklas, kalau Moza yang mendorongnya. Saat itu dia sangat tidak percaya. Tapi ternyata...
"Tuan" panggil Johan lagi.
"Aku akan ke rumah sakit. Oh ya Johan, apa Nyonya sudah pulang?" tanya Nicklas.
Johan agak bingung. Masalahnya selama ini yang di panggil nyonya oleh Nicklas hanya Anika. Tapi setahu Johan, Anika tidak kemana-mana.
"Tuan, Nyonya besar tidak kemana-mana..."
Nicklas mendesah kasar.
"Aku tidak bertanya tentang ibu, memang siapa nyonya mu?" tanya Nicklas.
Johan baru mengerti sekarang. Tapi sebenarnya bukan salahnya juga. Karena biasanya Nicklas memang hanya menyebut nama saja atau bahkan wanita licik pada Helen.
"Nyonya Helen sepertinya ada di butik. Mobilnya sudah di sana sejak semalam. Dan pagi tadi masih di sana"
Nicklas mengangguk paham.
"Kamu tetap di perusahaan, aku akan pergi ke rumah sakit!"
"Baik tuan!" jawab Johan dengan patuh.
**
Nicklas pergi ke rumah sakit, menemui ibunya Moza, Belinda.
Begitu melihat Nicklas, Belinda tampak sangat marah. Dan dengan tergesa-gesa menghampiri Nicklas.
"Apa yang kamu lakukan pada anakku? dia bilang dia mau berlibur ke luar negeri, dia pergi dengan keadaan baik-baik saja! kenapa kembali dalam keadaan seperti ini? jawab aku!" pekik Belinda yang begitu emosi.
Sebenarnya semua orang pasti mengira kalau apa yang dilakukan oleh Belinda itu adalah hal yang wajar. Bukankah hal yang sangat bisa di maklumi kalau seorang ibu sangat shock dan menjadi kehilangan kendali karena emosional melihat putrinya terbaring tak berdaya, padahal saat terakhir kali bertemu masih baik-baik saja.
Namun sepupu Moza, yang juga asisten atau lebih tepatnya pelayan pribadi Moza tidak berpikir kalau Belinda marah karena sayang pada putrinya. Sepupu yang di jadikan pelayan pribadi Moza itu tahu jelas. Belinda bukan takut kehilangan anaknya, tapi takut kehilangan mesin ATMnya dan pohon uangnya.
Nicklas tampak tidak enak. Dia meminta maaf pada Belinda.
"Bibi, maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga Moza dengan baik!"
Plakkk
Nicklas terkejut, bahkan Belinda menamparnya.
Vita, sepupu Moza sampai melongo dengan mulut terbuka dan mata terbelalak melihat Belinda menampar Nicklas.
Nicklas bahkan mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia nyaris tak bisa menahan emosinya. Selama ini belum pernah ada yang berani menamparnya seperti ini di depan umum, bahkan ayah dan ibunya juga tahu tempat kalau marah sampai seperti itu padanya.
Nicklas benar-benar hilang respect pada Belinda. Saat dia datang ke panti asuhan bersama dengan ibunya, mengatakan kalau dia meminta maaf atas apa yang terjadi pada Helen saat di luar negeri. Dimana saat bersama Nicklas, Helen tenggelam. Bunda Shafa bahkan tidak berkata kasar padanya.
Bunda Shafa hanya terlihat menghela nafas. Dan mengatakan selama Nicklas tidak akan mengulanginya lagi, dan lebih menjaga Helen. Maka dia juga tidak bisa menyalahkan Nicklas. Keberuntungan dan kesialan, tidak ada yang tahu. Tidak pernah ada yang menduga. Bunda Shafa berkata seperti itu, bahkan setelah mengatakan itu, bunda Shafa selaku wali atau ibu angkat Helen tersenyum dan menepuk lengan Nicklas dengan lembut.
Tapi saat ini, di depannya. Ibu wanita yang sangat dia lindungi malah merendahkannya di depan umum.
Semua orang yang ada di dekat tempat itu, yang tidak sengaja melihat atau sekedar lewat sampai terdiam sejenak, sebelum mereka kembali melakukan apa yang akan mereka lakukan lagi.
Itu bukan hanya sebuah tamparann bagi Nicklas. Itu adalah penghinaan baginya.
"Jika sampai anakku kenapa-kenapa. Aku akan menuntut mu!" ujar Belinda yang segera masuk kembali ke ruangan rawat Moza.
Vita segera menghampiri Nicklas.
"Kak Nicklas, kakak tidak apa-apa?" tanyanya.
Nicklas tidak menjawab, dia masih emosi.
"Jangan di masukkan dalam hati, bibi hanya takut kehilangan kak Moza. Empat tahun lalu, saat kebakaran di gedung seni. Kak Moza juga koma, mungkin itu yang membuat bibi takut!" ujar Vita.
Nicklas mengangkat kepalanya melihat ke arah Vita.
"Apa katamu? empat tahun lalu? Moza koma?" tanya Nicklas.
Vita mengangguk dengan cepat.
"Iya, saat kebakaran. Kak Moza di temukan di lantai 3, pingsan. Dan koma selama 3 hari!"
Deg
"Dia pingsan, koma 3 hari?" Nicklas mengulang ucapan Vita.
Vita agak bingung, tapi dia mengangguk dengan cepat.
Nicklas bertambah bingung.
'Kalau Moza pingsan di lantai 3, dan koma 3 hari. Lalu siapa yang menolongku saat itu?' batinnya bingung.
***
Bersambung...