"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 21 - Rumor
DEG
Jantungku seperti berhenti berdetak. Mataku bertatapan dengan mata paling gelap yang pernah kutemui. Mata tanpa ekspresi.
"Pagi," sapa suara serak itu.
DEG ... DEG ... DEG ...
Debaran jantungku semakin cepat dan kencang. Membuatku serta merta menutupi dada. Khawatir, pria di hadapanku ini bisa mendengarnya.
Ah, bare face pun dia tetap terlihat tampan. Jadi ini, gambaran bangun pagi bersamanya? Melihat wajah tampan dan mendengar sapaan seraknya. Betapa bahagia wanita yang menjadi pendampingnya ....
"Cepat siap-siap. Setengah delapan kita sudah harus di kelas." Pria bertubuh tinggi besar itu berdiri sembari meregangkan tubuh. Gerakan itu membuat otot-otot lengannya bertonjolan.
"Lain kali, jangan mudah tidur dimana-mana," ucapnya sembari berjalan pergi. Menyisakan diriku yang masih menatap punggung lebar itu. Mencoba mencerna dan menelaah apa yang baru saja terjadi.
Aku mengalihkan pandang ke sekeliling. Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Aku tengah berada di sebuah tanah lapang yang cukup luas. Di depanku, terdapat api unggun yang hampir padam.
Tak butuh waktu lama, aku mengingat semuanya. Dari teman sekamar yang tidak datang, isi chat yang memalukan, hingga berakhir menghabiskan malam bersama Pak Armand.
Jadi, semalaman aku tidur di bahu Pak Armand. Lagi?!! Parahnya, kali ini di tempat terbuka. Di tengah tanah lapang yang bisa dilihat siapa saja. Kesalahan yang sama kuulangi lagi?!! Astaga!! Harus berapa kali aku mempermalukan diri!! Harus berapa kali Pak Armand melihat sisi burukku?! Sepertinya urat maluku sudah putus dan tak bersisa lagi!!
***
Hari pertama training diisi dengan materi in class. Para peserta diarahkan untuk memasuki aula yang telah disediakan. Ruang berbentuk persegi panjang itu cukup luas. Di dalam ruang, terdapat delapan meja yang mana masing-masing meja dikelilingi oleh enam kursi.
Di setiap meja terselip papan nama cabang, sehingga peserta akan duduk sesuai dengan papan nama yang tertera. Rasa malu membuatku tidak ingin menemui Pak Armand. Tapi apa daya, pria itu tidak bisa kuhindari.
Hal itu terbukti. Ketika aku tengah mencari-cari meja yang bertuliskan 'KCS Jember', pria itu telah duduk di sana. Memakai kemeja slimfit berwarna navy, dengan bawahan dark grey yang mencetak kaki panjangnya dengan sempurna. Rambut tersisir rapi. Bibir terkatup rapat dengan sorot mata yang tajam. Terlihat kaku, dingin dan tak tersentuh. Beda sekali dengan gambaran yang kulihat semalam.
Pak Armand terlihat sibuk menatap tablet. Aku mengulur-ngulur waktu untuk mendekat. Menunggu peserta lain yang semeja dengan kami datang. Bisa dikatakan, aku menghindari kemungkinan kami duduk berdua saja.
Beberapa menit kemudian, kulihat kursi-kursi itu mulai ditempati. Anehnya, Pak Armand meletakkan buku catatan dan handphone di kursi yang terletak tepat di sebelahnya, sehingga kursi itu tidak ada yang menempati. Dalam waktu yang singkat, empat kursi sudah terisi. Hanya tersisa satu kursi kosong.
Moderator mulai mengambil alih acara. Menyuruh peserta untuk segera memasuki aula karena acara akan segera dimulai. Dengan terpaksa aku memasuki ruang dan menuju kursi yang telah disediakan. Tentu saja sudah bisa ditebak, aku duduk di kursi yang mana.
"Maaf, saya terlambat." Aku sedikit membungkukkan tubuh. Meletakkan telapak tangan di dada sembari sedikit menundukkan kepala.
"Tidur lagi?" balas pemilik suara bariton sembari mengambil buku dan handphone. Membiarkanku untuk menduduki kursi.
"Tidak, Pak ...."
"Hem." Tak ada percakapan lagi. Pria itu kembali sibuk berkutat dengan tabletnya. Menunjukkan ketidakpedulian akan kedatanganku.
Aku mencoba beramah-tamah dengan penghuni kursi yang lain. Ternyata mereka dari cabang Kediri dan Surabaya. Terdiri dari tiga orang wanita yang menempati posisi sebagai back office dan supervisor. Dan seorang pria yang menjabat sebagai HO, sama seperti Pak Armand.
Wanita-wanita itu tak begitu peduli dengan keberadaanku. Mereka terlihat acuh. Tatapan mereka hanya terfokus pada satu orang. Tentu saja itu Pak Armand.
Tak bisa dipungkiri, diantara seluruh peserta laki-laki di aula, sosok Pak Armand terlihat paling menonjol. Dia memiliki kesempurnaan yang tak dimiliki oleh laki-laki lain, jadi wajar saja bila keberadaannya mendapatkan attensi lebih dari lawan jenis.
Diantara tiga wanita itu, satu wanita terlihat menunjukkan ketertarikannya secara terang-terangan. Dia menggeser kursi ke dekat Pak Armand dan mencoba mengajaknya berbicara secara intens.
Pak Armand terlihat acuh tak acuh. Tak menggubris apapun. Dia tetap fokus menggulir-gulirkan jemarinya di layar tablet.
"Haaaattchiii!!" Suara bersin terdengar dari sebelahku. Melihat Pak Armand bersin, membuat wanita itu menggeser kursinya menjauh dan memakai masker.
"Bapak, flu?" tanyaku sembari menyerahkan tisu.
"Hem." Beliau mengambil tisu dan menggosokkan di hidungnya. "Salah siapa."
"Siapa? S-saya?"
"Tanganku juga kebas." Pak Armand memijat-mijat lengannya. Entah mengapa, aku merasa Pak Armand sengaja melakukannya untuk membuatku merasa bersalah. Padahal tanpa beliau bersikap seperti itu pun, timbunan rasa bersalah dan malu telah memenuhiku.
"Menahan kepala beratmu sepanjang malam ...."
"Pak!!"
Terlambat. Empat peserta yang lain telah mendengarnya. Hal itu terlihat dari raut wajah mereka. Ekspresi bingung berubah menjadi terkejut ketika mereka mencapai suatu kesimpulan. Rumor pasti akan beredar!!
***
Happy Reading 😅
NB : Maaf kalau tak berbobot, yang penting update 'kan ya 😅🙏