Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.
Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.
Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.
Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Setelah lelah mencari keberadaan Khanza dan tak juga mendapat titik terang, akhirnya Vania kembali ke rumah. Dia kembali menemui bibi, ingin tahu apa yang terjadi sebelum kepergian Khanza.
Vania masuk ke rumah dan meminta bibi untuk duduk di sofa ruang keluarga. Dia ingin tahu secara detail apa yang terjadi.
"Bi, sebelum Khanza pergi, apa ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Vania dengan suara pelan. Tubuhnya terasa sangat lelah.
"Tak ada, Mbak ...." Bibi menjawab dengan ragu.
"Atau ada ngomong sesuatu ...?" kembali Vania bertanya. Dia heran kenapa wanita itu pergi tiba-tiba. Tanpa ada masalah sebelumnya.
"Tidak ada juga, Mbak ... tapi ...." Bibi menghentikan ucapannya. Dia seperti mengingat sesuatu.
"Tapi apa, Bi?" Lagi-lagi Vania bertanya. Dia ingin kejelasan dan mendapatkan titik terang dari semua masalah ini.
"Kalau bibi tak salah, setelah Mbak Vania pergi, Mbak Khanza membawa Mika ke kebun belakang. Tak berapa lama Bu Lily datang. Dia mencari Mbak Khanza," ujar Bibi.
Bibi baru ingat. Karena setelah itu dia pergi ke pasar untuk belanja buat makan malam.
"Kenapa Bibi baru ngomong. Aku masuk dulu. Terima kasih, Bi."
Setelah mengucapkan itu, Vania langsung masuk ke kamarnya. Dia duduk di meja kerjanya. Membuka laptop dan memeriksa rekaman CCTV yang memang tersambung ke laptop miliknya. Dia memutar ulang video dari pagi hingga sore. Jelas terlihat Tante Lily bicara dengan Khanza, hingga beberapa saat kemudian wanita itu masuk kamar. Satu jam kemudian dia keluar dengan membawa tas.
Vania memperhatikan bahwa Khanza terlihat sedih dan gelisah. "Apa yang sebenarnya terjadi, Khanza? Mengapa kamu pergi?" Vania bertanya-tanya sambil terus memperhatikan rekaman. Suara mereka tak terdengar jelas.
Dia lalu memeriksa bagian lain dari rekaman, mencari tahu apakah ada petunjuk tentang kemana Khanza pergi setelah meninggalkan rumah. Setelah beberapa saat, Vania melihat Khanza keluar dari rumah dan menuju ke arah jalan. Vania lalu memperbesar gambar dan melihat bahwa Khanza masuk ke taksi. "Kemana kamu pergi, Khanza?" Vania bertanya-tanya sambil terus mencari petunjuk.
Setelah tahu alasan Khanza pergi, Vania lalu tidur. Dia bermaksud ingin bertemu dengan Tante Lily besok. Dia harus bertanya, apa yang wanita itu katakan sehingga membuat Khanza pergi.
**
Pagi hari setelah sarapan, Vania langsung pergi. Menitipkan klinik dengan dua orang bidan yang bekerja dengannya. Kedua orang itu telah bisa menyambut kelahiran yang normal tanpa ada sedikit pun masalah. Sehingga Vania tak begitu takut dan kuatir lagi jika meninggalkan klinik.
Vania menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Setelah berpikir cukup lama, dia memutuskan untuk pergi juga dari kota ini. Dia akan menjadi dokter dan membuka praktek di pinggiran kota. Jauh dari keramaian. Di sana ada sebuah klinik yang membutuhkan seorang dokter kandungan.
Mungkin dengan menjauh dari Dipta, dia bisa benar-benar melupakan cintanya sekaligus sakit hatinya.
Rasulullah SAW pernah berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi agar tidak mencintai sesuatu secara berlebihan. Adapun bunyi hadits tentang mencintai seseorang sebagai berikut,"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” [HR. At-Tirmidzi no.1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178]
Saat ini Vania merasakan hal itu. Dulu dia sangat mencintai Dipta, sehingga rela melakukan apa saja demi pria itu. Dia ingat dulu harus begadang untuk membantu Dipta menyusun skripsi hingga akhirnya di terima.
Lagi pula di usianya yang sudah dewasa, hampir tiga puluh tahun, bukan waktunya memikirkan cinta-cintaan lagi. Jika memang pria itu tak mau dengannya, kenapa harus mengejarnya. Lebih baik pergi saja.
Vania turun dari mobil. Bertepatan dengan Dipta yang keluar dari rumahnya. Wajah pria itu tampak kusut. Sepertinya tidak tidur dari kemarin. Melihat kedatangan gadis itu, Dipta menjadi kembali emosi. Dia langsung menghampirinya.
"Untuk apa kau datang ke sini? Mau menghasut Mama lagi agar mau menjodohkan kita?" tanya Dipta.
Vania menarik napas. Dia tak akan terbawa emosi dengar ucapan Dipta. Dia harus bisa menanggapi dengan baik.
"Aku datang untuk menanyakan pada Tante Lily, ada perlu apa dia datang ke rumah kemarin dan bertemu dengan Khanza," ucap Vania.
Mendengar ucapan Vania, Dipta makin emosi. Dia berpikir gadis itu ingin menjadikan mamanya kambing hitam atas kepergian Khanza.
"Kau menuduh Mama yang jadi penyebab kepergian Khanza!" seru Dipta dengan suara yang mulai meninggi.
Vania memegang dadanya yang terasa nyeri mendengar bentakan dari Dipta. Menyesal pernah mencintai pria itu setinggi langit.
"Aku tidak menuduh Dipta. Bukankah aku katakan, jika aku ingin bertanya," ucap Vania dengan suara yang berusaha dibuatnya senormal mungkin.
"Bertanya atau ingin menghasut lagi?"
"Cukup Dipta! Terserah apa yang ada dalam pikiranmu. Tapi, kau jangan takut. Ini terakhir kalinya aku datang ke sini. Kau tak akan pernah melihatku lagi!" ucap Vania dengan penuh penekanan.
Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu. ( Ali bin Abi Thalib)
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli dengan Dipta, Vania berjalan masuk ke rumah pria itu.
Dipta hanya tertegun, terdiam di tempatnya berdiri. Mencerna ucapan gadis itu.
"Pasti dia berkata begitu karena marah. Tak mungkin juga dia mau pergi," gumam Dipta dalam hatinya. Dipta lalu berjalan masuk ke dalam mobil. Dia telah meminta seseorang untuk mencari keberadaan Khanza dan Mika.
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍