dunia fanasia. hidup segala macam ras. dari ras manusia, setengah hewan, peri, kurcaci, duyung, iblis, malaikat, bahkan dewa pun ada di dunia ini.
aku adalah dewa perang. tugasku adalah berperang jika tahta dewa di serang, atau jika atasanku menyuruhku turun ke dunia untuk menyelesaikan masalah.
tapi... tak ada masalah yang muncul yang mengharuskan aku turun. dan juga sudah ratusan ribu tahun tak ada yang menyerang tahta dewa. jangankan menyerang, makhluk jaman sekarang bahkan untuk naik ke langit ke tempat tahta dewa mereka tak mampu. aku mulai bosan.
jadi setelah ribuan tahun aku berhasil menciptakan sihir baru, sihir reinkarnasi. akhirnya... selamat tinggal kebosananku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amar basalamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jadi petualang
di kota sura ada bangunan besar yang besarnya hampir menyamai rumah tuan tanah. itu adalah markas para petualang di kota sura. beberapa penginapan juga tersebar di sekitar markas petualang. beberapa bisnis laundry, beberapa bengkel senjata, dan bahkan tempat-tempat makan.
ada hutan berbahaya di dekat kota sura, dan ada juga dua labirin yang terletak di sisi yang berbeda. dengan adanya dua hal itu saja, petualang akan berdatangan. mereka ingin mencoba berpetualang di hutan, juga mencoba menaklukkan labirin.
Selama perjalanan ragas ke kota saka, beberapa anggota geng hembusan angin yang lain telah mendaftarkan diri sebagai petualang. namun yang pergi ke kota saka belum.
riska, rud, alpen dan miri datang ke markas petualang untuk mendaftar. sans dan opi menolak, karena mereka tidak tertarik dengan menjadi petualang. eris menolak karena dia ras iblis, dia tak ingin ada kesalahpahaman. dan ragas, dia masih tertidur.
mereka berempat tiba di kantor pusat markas petualang. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara konstruksi batu yang kokoh dan ukiran kayu yang elegan, sebagai bukti kekayaan dan pengaruh organisasi tersebut. Saat melangkah masuk, mereka berempat disambut oleh serambi yang luas dan terang yang membentang hingga ke lantai dua.
Suasana ramai dengan para petualang yang datang dan pergi, memeriksa peta dan detail misi, atau sekadar bersantai di kursi yang disediakan. mereka berempat berjalan menuju meja resepsionis, di mana seorang wanita muda dengan senyum ramah dan mata yang cerah dan penuh rasa ingin tahu menyambut ramah.
"kami ingin mendaftar sebagai petualang" ucap riska.
"eh... berapa umur kalian". wanita resepsionis memandang ke arah rud, dan miri karena keduanya memiliki tubuh yang kecil dibandingkan dengan riska dan alpen.
"kami pengguna manna, jadi tolong dipercepat". rud tanpa basa-basi memunculkan aura putih membentuk cakar di tangan kanannya.
Wanita resepsionis terkejut, beberapa petualang yang melihat atau merasakan manna juga terkejut. mereka tak mengira seorang yang masih muda dapat dengan mudah membentuk aura putih padat.
"baiklah akan segera aku urus". wanita resepsionis bergerak cepat memberikan formulir pendaftaran untuk diisi keempatnya. sebuah kertas untuk mencatat beberapa informasi wajib, seperti nama dan keahlian.
Riska mengisi keahlian memanah, alpen berpedang, miri penyembuh, dan rud memotong.
Setelah keempatnya mengisi formulir. resepsionis segera bergerak secepat kilat. tak butuh waktu lama keempatnya diberikan kartu dari kayu dengan nama mereka dan keahliannya.
kartu dari kayu menunjukkan kalau mereka peringkat F. kartu besi peringkat E. kartu perak peringkat C. kartu emas peringkat B. kartu Adamantium putih peringkat A. dan terakhir kartu myrtil hitam adalah peringkat S
Rud yang tahu kalau mereka diberi peringkat F mengeluh.
"kenapa kami diberi peringkat F..?".
"eh... itu karena kalian masih baru mendaftar".
"sudah-sudah rud, tidak perlu membawa masalah oke". alpen memegangi rud menenangkan.
"iya-iya aku mengerti".
"bagaimana cara agar menjadi peringkat E dengan cepat ?" tanya riska.
"kalian bisa memberikan lima puluh telinga goblin perorang jika ingin naik ke peringkat E".
"terima kasih atas informasinya". riska menunduk berterima kasih. resepsionis terkejut dengan sopan santunnya. karena biasa petualang terkenal dengan kebebasan dan jarang dari mereka menggunakan sopan santun.
Ketika mereka hendak keluar, sekelompok petualang mendekati mereka dari samping.
"yo kalian, jika ingin menaikkan peringkat dengan cepat ikut saja dengan kami". pemimpin kelompok itu mulai berbicara. mereka adalah kelompok petualang dengan peringkat C.
rud dan miri melirik mereka risih. hanya alpen dan riska yang menoleh dan keduanya dengan sopan menolak. tapi diluar dugaan tangan mereka menyentuh pundak riska.
mereka ingin memaksa riska masuk kelompok. dan dari mata mereka sudah terlihat niat buruk. tapi hanya dalam sekejap mata, tubuh pemimpin itu terbalik, kepala dibawah dan kaki di atas. pemimpin jatuh dengan kepala duluan yang membentur lantai.
Satu temannya hendak maju, tapi pukulan miri cepat memukul tepat di tenggorokan, membuatnya sulit bernafas dan ambruk setengah berdiri.
Melihat kejadian di hadapannya yang terjadi begitu cepat, petualang yang tersisa di kelompok itu tak berani maju. mereka sadar anak-anak di hadapan mereka bukan seperti kelihatannya.
"maaf, tapi kami tidak ingin masuk kelompok mana pun. jadi kami pergi dulu" ucap riska sopan setelah minta maaf. segera mereka bergerak meninggalkan markas petualang.
Alpen menggaruk-garuk kepala melihat dua orang yang tumbang.
"apa tidak apa-apa kita biarkan mereka begitu".
"ini hanya pertahanan diri, lagi pula mereka yang mulai kan" jawab miri santai.
Teman-teman kelompok itu segera membantu pemimpin mereka yang tumbang dan temannya yang sesak nafas. petualang lain yang melihat keributan hanya berbisik. beberapa membicarakan kelompok petualang bodoh yang mencegat, beberapa membicarakan petualang baru yang hebat.
Pagi hari itu menjadi kejadian yang tak terlupakan dan menjadi pembicaraan sampai satu bulan kedepan.
...****************...
Opi dan sans dimarahi habis-habisan oleh eros karena senjata mereka yang hilang dan rusak. namun di dalam benak eros si kurcaci, dia senang. karena senjatanya digunakan dengan baik.
"aku akan membuat senjata yang lebih bagus untuk kalian, awas saja kalau senjata yang aku berikan nanti hilang atau rusak, akan aku tusuk perut kalian satu persatu dengan tombak khusus aku".
"baik". sans dan opi menunduk menyesal. tubuh mereka bergidik mendengar perut mereka yang mau ditusuk.
Di dalam sebuah kamar ragas masih tertidur pulas di kasur, eris duduk di atas kursi di sisi lain. dia menunggu sampai ragas bangun. sambil menunggu eris melatih perputaran manna dalam tubuhnya. itu latihan yang diajarkan ragas untuk membantu mempercepat aktivasi sihirnya.
"kapan kau akan bangun" gumam eris. dia teringat wujud prajurit putih yang bertarung dengan barga. kekuatan yang luar biasa yang tidak akan pernah terbayangkan ada di dalam bocah kecil.
"apakah ini efek samping dari teknik itu!?". eris hanya bisa menebak-nebak. dia berpikir teknik sebesar itu tak mungkin tidak membebani tubuh sama sekali.
Eris juga teringat ketika ragas kelelahan setelah menghadapi setan di dekat labirin yang belum pecah. ragas tidur selama tiga hari karena menyembuhkan kutukan setan di tubuh miri dan menggunakan teknik intimidasi yang kuat.
Meilihat dari kekuatan luar biasa prajurit putih, eris berpikir ragas akan tertidur setidaknya paling lama sebulan. dia tau beban mengendalikan manna terus menerus. mungkin tidak menguras manna tapi mental akan sangat terkuras. itu sebabnya jangka waktu tidur akan semakin panjang.
"siapa sebenarnya kamu tuan, bagaimana kamu bisa sekuat itu". mau tidak mau eris kembali memikirkan kehebatan-kehebatan ragas. kontak biru level 5 miliknya yang rusak oleh kontrak ungu ragas yang memiliki level 7. kejamnya terhadap musuh, dan rasa memiliki kepada teman. strategi serangan dadakan kepada setan dan kemampuan bertarungnya. dan terakhir, transformasi prajurit putih. semua itu misteri bagi eris.
eris selalu berada di dekat ragas, dia tau ragas tak punya guru, tak memiliki hubungan dengan orang besar mana pun, dan tak memiliki keluarga juga. dia ingin bertanya, tapi takut. dia takut ragas menganggapnya suka mencampuri urusan. di dalam hatinya dia tak ingin sampai ragas membenci dirinya.