Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23.
“Iya. Amanda masih ingat,” jawab Amanda dengan tegang. Ia takut Sinta menyuruhnya kencan buta dengan Reza.
“Mama merasa tidak enak dengan mama Reza. Mama sudah janji akan mempertemukan kamu dengan Reza,” ujar Sinta. Sinta tetap dengan pendiriannya ingin memperkenalkan Reza dengan Amanda, meskipun ia sudah memberikan restu kepada Yanuar. Namun, Amanda belum mengetahui hubungannya dengan Yanuar sudah di restui oleh Sinta sehingga Sinta masih berupaya untuk mempertemukan Amanda dengan Reza. Ia berharap Amanda tertarik dengan Reza.
Amanda menarik napas panjang, ia sudah bisa menebak Sinta pasti akan menyuruhnya kencan buta. Namun, ia ingat apa yang dikatakan Claudia.
“Baiklah, Ma. Amanda akan ikuti permintaan Mama,” jawab Amanda.
“Syukurlah kalau kamu mau mengikuti keinginan Mama.” Suara Sinta terdengar gembira.
“Kapan Amanda bertemu dengan Reza?” tanya Amanda.
“Hari Jumat jam tujuh malam di hotel Tifani di tempat Reza menginap. Reza ada di Bandung sampai hari Sabtu,” jawab Sinta dengan menggebu-gebu. Ia merasa senang karena Amanda mengikuti permintaannya. Ia berharap Amanda tertarik dengan Reza karena Reza satu tipe dengan Yanuar.
“Sudah dulu, ya. Mama cuma mau beritahu itu saja. Assalamualaikum.” Sinta mengakhiri percakapannya.
“Waalaikumsalam.” Amanda menarik napas panjang lalu membanting punggungnya ke sofa. Wajahnya terlihat pasrah.
Claudia menoleh ke Amanda, ia melihat reaksi Amanda. “Kenapa?” tanya Claudia dengan penuh perhatian.
“Biasa, Ma. Mama Sinta menyuruh Amanda kencan buta,” jawab Amanda.
Claudia mengusap rambut Amanda dengan penuh kasih sayang. “Sabar, ya, Sayang. Anak yang patuh kepada orang tuanya, hidupnya akan bahagia,” ujar Claudia.
“Aamiin ya rabbal alamin,” jawab Amanda sambil mengusap wajahnya.
.
.
Hari Jumat pun tiba. Waktunya Amanda pergi kencan buta. Sesuai dengan peraturan Claudia, Amanda dilarang menyetir mobil sendiri pada malam hari. Amanda pergi diantar supir Bobby, ia menggunakan mobil Bobby. Mobil yang ditumpangi Amanda berhenti di depan lobby hotel Tifani. Seorang bellboy hotel membukakan pintu mobil untuk Amanda.
“Selamat malam, Bu,” sapa bellboy dengan ramah.
“Selamat malam,” jawab Amanda sambil turun dari mobil.
Amanda berjalan menuju ke pintu masuk hotel. Pintu hotel terbuka secara otomatis, Amanda langsung masuk ke lobby hotel. Lobby hotel penuh dengan pengunjung hotel yang sedang proses check in dan pengunjung hotel yang berlalu lalang menuju ke mall yang berada di belakang hotel. Mereka harus melewati lobby untuk menuju ke mall.
Amanda berjalan menuju ke pintu lift. Kebetulan pintu lift terbuka dan hendak menuju ke lantai atas. Amanda cepat-cepat masuk ke dalam lift. Pintu lift tertutup dan lift meluncur ke lantai atas.
Di lantai tiga lift berhenti, Amanda keluar dari lift. Ia langsung menuju ke restoran yang berada di lantai tiga. Ketika sampai di depan restoran, karyawan restoran menghampirinya.
“Selamat malam, Bu,” sapa karyawan restoran.
“Malam. Saya sudah ada janji dengan Pak Reza Wirawan Herman,” kata Amanda.
“Sebentar, Bu. Saya cek dulu daftar tamu.” Karyawan restoran menuju ke meja konter yang berada di dekat pintu masuk. Ia mencari nama Reza di daftar tamu restoran. Setelah menemukan nama Reza, ia kembali menghampiri Amanda.
“Mari, Bu. Saya antar ke meja Pak Reza,” ujar karyawan restoran sambil merentangkan tangan kanannya ke dalam restoran.
Karyawan restoran berjalan ke tengah restoran, Amanda mengikuti karyawan itu dari belakang. Karyawan restoran berhenti di samping sebuah meja. Di meja tersebut duduk seorang laki-laki yang usianya seusia dengan Gerry. Laki-laki itu duduk sambil menyender di kursi. Ia menggunakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan celana panjang berwarna abu-abu gelap. Lengan kemeja dilipat sampai ke siku. Kaki kanan menyilang pada kaki kiri. Pandangan matanya tertuju pada layar telepon seluler. Gaya laki-laki itu mirip seperti Yanuar. Amanda terpesona pada laki-laki itu.
“Bu, ini meja Pak Reza.” Apa yang dikatakan oleh karyawan restoran menyadarkan Amanda dari pesona laki-laki itu.
“Terima kasih,” ucap Amanda. Karyawan restoran pun meninggalkan tempat tersebut.
Rupanya pembicara Amanda dan karyawan restoran terdengar oleh laki-laki itu, ia menoleh ke Amanda. “Amanda?!” tanya laki-laki itu.
Amanda tersenyum lalu mengangguk. Laki-laki itu langsung berdiri dari tempat duduk. Ia mengulurkan tangan ke arah Amanda. “Kenalkan saya Reza,” kata laki-laki itu.
Amanda membalas uluran tangan Reza, ia bersalaman dengan Reza. Telapak tangan Reza yang kekar terasa hangat dan lembut di telapak tangan Amanda. “Amanda.” Amanda memperkenalkan diri.
“Silahkan duduk.” Reza nunjuk ke kursi di depan meja dengan sopan.
Amanda duduk di kursi itu. Reza kembali duduk di kursi. “Kita pesan makanan dulu.” Reza melihat ke sekeliling meja mereka, ia mencari karyawan restoran. Ia melihat karyawan restoran yang sedang berjalan lalu ia melambaikan tangan memanggil karyawan restoran itu. Karyawan restoran itu menghampiri Reza.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya karyawan restoran.
“Minta buku menu, Kami mau pesan makanan,” ujar Reza.
“Baik, Pak.” Karyawan restoran meninggalkan meja.
Amanda membuka tas lalu mengeluarkan telepon seluler dari dalam tas. Ia memeriksa telepon seluler barang kali ada pesan dari Yanuar. Setelah dilihat ternyata tidak ada pesan dari Yanuar hanya ada pesan dari Sinta yang menanyakan apakah ia sudah bertemu dengan Reza. Amanda menjawab sudah.
Amanda mengalihkan pandangannya dari telepon seluler, ternyata Reza sedang memperhatikannya. Cara Reza menatapnya hampir mirip seperti cara Yanuar. ‘Ya Allah, ini benar-benar godaan terberat,’ kata Amanda di dalam hati.
Karyawan restoran datang kembali sambil membawa dua buku menu. Ia menaruh buku menu di atas meja.
“Terima kasih.” Amanda membuka buku menu lalu membaca isi menu.
Reza juga membaca buku menu. Ia terlihat membolak-balik buku menu. Mencari menu makanan yang enak untuk disantap di malam hari. “Saya minta rib eye steak. Minumnya fresh cranberry juice non alkohol!” ujar Reza kepada karyawan restoran sambil menutup buku menu lalu diletakkan di atas meja. Karyawan restoran mencatat pesanan Reza.
Amanda masih membolak-balik buku menu. Ia belum mendapatkan makanan yang ingin ia coba. Konsentrasinya sedikit terganggu oleh laki-laki di depannya. Kali ini Sinta pintar memilihkan teman kencan untuknya. Sepertinya, mamanya sudah mengetahui seleranya.
Akhirnya, daripada bingung memilih menu Amanda memutuskan memesan makanan yang sama seperti Reza. “Saya juga mau rib eye steak. Minumnya fresh cranberry juice non alkohol,” ujar Amanda sambil menaruh buku menu di atas meja. Karyawan restoran mencatat pesanan Amanda. Setelah itu ia mengambil buku menu lalu berlalu dari meja itu.
Sekarang tinggal mereka berdua. Amanda memperhatikan di sekelilingnya, cukup banyak pengunjung yang makan di restoran itu. “Saya dengar kamu masih kuliah?” Terdengar suara Reza bertanya kepadanya. Amanda menoleh ke Reza, Reza sedang memperhatikannya.
“Saya kuliah strata dua,” jawab Amanda.
“Mahasiswa secantik kamu, kok tidak punya kekasih?” tanya Reza.
.
.
Hai pembaca, Deche minta maaf kemarin Deche tidak bisa update karena Deche sibuk. Hari ini update 1 bab saja.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/