Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Tiga Hari
Di atas ranjang, Natasha meringkuk tidur di samping Sangga sambil memeluk pinggang.
"Sampai jam berapa pelukan ini menahan ku bangun," tanya Sangga.
"Sampai aku capek sendiri peluk kamu."
Sangga tersentuh senyum, merunduk cium puncak kepala Natasha.
"Aku ngambek sama kamu, kemarin di depan Kevin, Dimas dan Gibran, kamu putuskan menginap beberapa hari di rumah Bunda untuk menemani Adara dibanding temenin aku di sini sibuk ngurusin kafe. Aku tau Adara adiknya kamu, tapi coba pikirkan perasaanku yang jadi istrinya kamu."
"Sampai kamu beneran pergi ninggalin aku demi Adara, di sini aku sama siapa? Aku enggak mau ditinggal sendirian, aku enggak mau jalin hubungan LDR sesingkat apapun waktunya," ungkap Natasha.
"Adara butuh dukungan dari orang-orang terdekat, dari anggota keluarganya. Terlahir menjadi Abang mengharuskan aku mengambil alih peran Papa demi kesembuhan adikku, benar apa disarankan dokter kepada Bunda, aku wajib ikut serta membantu kesembuhan Adara agar penyakit dideritanya stuck, enggak melebar ke jenis penyakit lainnya. Kamu jangan takut diduakan olehku, suamimu ini hanya melakukan tugasnya sebagai Abang kepada adik, selama proses penyembuhan Adara, kamu jaga diri baik-baik," balas Sangga menjelaskan.
"Pilihan kamu tetap tinggal bersama Bunda," kecewa Natasha.
"Cuma menginap beberapa hari nanti aku pulang ke pelukan kamu."
"Berapa hari?" tukas Natasha inginkan kepastian.
"Tiga hari."
"Waktu sependek itu enggak cukup buat Adara, setelah habis masanya dia mencegah kepulangan kamu, kedepannya apa yang bisa kamu perbuat? Menangguhkan hari jadi seminggu? Terpaksa mengulur kepulangan bertemu denganku hingga aku bosan menunggu? Katakan, keputusan apa yang akan kamu ambil?" berondong Natasha berharap dimengerti.
Pertanyaan semacam itu sudah diduga Sangga jauh hari, untungnya jawaban sudah dipersiapkan.
Feeling seorang istri memang tajam, mampu membaca hal-hal tersirat disembunyikan oleh suami.
"Tiga hari cukup menghabiskan waktu bersama Adara. Pastikan kepulanganku disambut hangat oleh kamu, kalaupun Adara minta penangguhan hari, pendirianku enggak akan ubah, keesokannya aku pulang," jawab Sangga.
Natasha menekuk wajah, cara mencegah kepergian Sangga tidak membuahkan hasil.
*
"Papa, titip Natasha selama tiga hari. Tolong, maafkan aku atas pilihan ini, tinggal dengan keluargaku sementara dan meninggalkan Natasha di sana," ucap Sangga.
"Natasha akan baik-baik saja, Papa mengerti posisimu memang berat. Alleta sudah menceritakan penyakit diderita adikmu, bundamu juga sudah menjelaskan keseluruhan Adara yang tak mudah disembuhkan oleh sembarang orang. Papa tidak marah padamu karena masalah ini, pergilah temani proses penyembuhan Adara demi kebaikan kami semua yang tidak bisa membantu banyak keluargamu," bijak Pak Aksan menepuk pundak menantunya.
Sangga menunduk, lagi-lagi belum bisa membahagiakan putri Pak Aksan.
"Lelaki sejati tidak menyerah pada rintangan, berjuanglah menyembuhkan adikmu sepenuh hati, jika misi mu selesai menyembuhkan Adara, Papa akan mengirim kamu dan Natasha berangkat honeymoon ke luar negeri," tutur Pak Aksan.
Wajah Sangga terangkat. "Apa itu honeymoon?"
Pak Aksan mengulas senyum, ternyata menantunya masih polos tak seperti kebanyakan lelaki berhidung belang di luaran sana yang gampang memahami kode malam pertama.
"Honeymoon itu kegiatan panas antara sepasang suami, istri, yang dilakukan dalam sebuah kamar. Setelah itu, pasangan tersebut memperoleh kebahagiaan tiada terkira," jelas Pak Aksan.
"Apa contoh kebahagiaan tiada terkira itu, Pa?" polos Sangga.
"Natasha mengandung benihmu dan kamu akan menjadi seorang Papa dari buah hati kalian berdua."
"Apa pengertiannya sama persis dengan pemahamanku yang kalau aku udah siap, aku ingin Natasha mengandung kecebong ku?" beo Sangga.
"Sama."
Berdesir jantung Sangga melihat anggukan kepala Pak Aksan, berarti impian indah dalam istana kepalanya sudah dekat di depan mata, tinggal melalui satu rintangan lagi, menuntaskan misinya mengembalikan kesadaran Adara dari jebakan perasaan abnormalnya.
"Mas, bantu Bunda membawa ini," panggil Bu Liza meminta bantuan.
Empunya nama sontak menoleh mendapati bundanya membuka pintu rawat, tampak kesusahan menyeret koper berisi pakaian dan barang-barang keperluan Adara selama tiga hari sudah menginap di rumah sakit Sinar Abadi. Pagi ini, dokter memperbolehkan Adara pulang.
"Bisa Bun."
Sebelum menghampiri Bu Liza, Sangga mencium punggung tangan Papa mertuanya bentuk perpisahan.
Sekali lagi, Pak Aksan menyemangati pemuda itu dengan tepukan kuat di sebelah pundak, kemudian berpamitan kepada anak dan ibu di seberangnya, hendak memulangkan Alleta ke asrama nusa bangsa.
