Ini kisahku. Tentang penderitaan dan kesakitan yang mewarnai hidupku. Kutuangkan dalam kisah ini, menjadi saksi bisu atas luka yang sengaja mereka perbuat padaku sepanjang hidupku.
Karina, lahir dari seorang ibu yang pemabuk sejak ia masih kecil. Menikahi pria yang sangat ia cintai tak kalah buruk memperlakukan Karina. Di tambah sang mertua yang tak pernah berpihak padanya. Hingga satu tragedi telah mengambil penglihatannya. Karina yang mengalami kebutaan justru mengalami perlakuan buruk dari suami dan mertuanya.
Namun seorang pria tak di kenal telah membawanya keluar dari kegelapan. Yang tak lain pria yang sama yang merenggut penglihatannya.
Bagaimana kisah selanjutnya? yuk ikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BB 35
Sejak kejadian tempo hari. Setiap hari Raihan menjemput dan mengantarkan Karina bekerja di cafenya. Apalagi berkali kali ancaman datang dari Zahra yang selalu ingin menghancurkan Karina karena khawatir Pramudya kembali padanya.
Pagi ini Raihan sudah menunggu Karina di halaman rumahnya. Menunggu Karina selesai mempersiapkan diri.
Di luar gerbang rumah Karina, nampak sebuah mobil menepi dan seseorang di dalam mobil tengah memperhatikan.
"Karina.." ucap Ava pelan.
Hatinya berdebar saat melihat wanita yang ia kagumi terlihat cantik keluar dari rumahnya. Ava menggigit bibir bawahnya saat melihat Raihan menggenggam tangan Karina dan membukakan pintu mobil untuk wanita itu. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk Karina saat itu juga. Untuk melepas rasa rindu yang selama ini ia pendam. Namun ia kembali teringat, kalau Karina sudah melihat. Tentu dia akan mengingat wajah Ava, pria yang telah membuatnya menjadi buta.
Niat Ava untuk menemui Karina ia urungkan, selain takut. Ia juga merasa kalau Karina sudah lupa dan terlihat nyaman bersama Raihan. Ava mendesah kecewa, ia menundukkan kepalanya saat mobil yang Karina tumpangi lewat di depannya.
"Karina, aku sangat merindukanmu."
****
Jam kerja sudah habis, kali ini Karina pulang tanpa di antar Raihan. Karena Raihan masih sibuk. Seperti biasa pula, Pramudya selalu menanti Karina pulang. Pria itu terus berusah dengan gigih memenangkan hati Karina, meski berkali kali menolaknya.
"Karina tunggu, biar kuantar kau pulang."
"Lepas mas!"
Karina menepis tangan Pramudya, matanya melotot ke arah Pramudya. Sedikitpun dalam hatinya tertinggal sebuah rasa untuk Pramudya.
"Sampai kapanpun, aku tidak sudi lagi kembali padamu!"
"Karina."
Pramudya mencengkram tangan Karina kuat, hingga ia mengerang kesakitan dan memaksanya untuk ikut.
"Lepaskan Pram!"
Pramudya tertegun menatap Ava dengan kesal.
"Lagi lagi kau Ava!" seru Pramudya marah menatap Ava.
"Ava?" Karina mengerutkan dahi menatap wajah Ava. Ia teringat kembali wajah pria yang telah melukai matanya.
"Ya Karina, aku Ava."
Ava menundukkan kepala sesaat, akhirnya ia mengakui dan menunjukkan dirinya di hadapan Karina dari pada harus melihat wanita yang ia cintai tersakiti lagi.
"Ava? jadi kau?" mata Karina melebar, mendekap mulutnya. "Kau yang telah membuat mataku.." ucapnya pelan.
"Awas minggir!"
Pramudya mendorong bahu Ava, lalu menarik tangan Karina untuk ikut bersamanya.
"Karina!" seru Ava.
Namun Karina sama sekali tidak menghiraukan panggilan Ava. Karina mengikuti langkah Pramudya.
"Karina.." Ava menarik napas dalam dalam menatap punggung Karina. "Maafkan aku."
Dengan langkah gontai Ava memutar arah langkahnya meninggalkan halaman cafe.
"Karina, apa kau tidak bisa memaafkanku?'
" Mas Ava!'
"Karina?" langkah Ava terhenti.
'Mas Ava!"
Ava balik badan menatap lurus ke arah Karina yang berlari ke arahnya.
"Karina."
"Mas Ava."
Karina langsung menubruk tubuh Ava dan memeluknya erat.
"Karina."
Ava terkejut sekaligus bahagia, mendapat sambutan hangat dari Karina.
"Mas kemana saja, pergi tidak bilang padaku," ucap Karina tengadahkan wajah menatap Ava.
Jangung Ava berdegup kencang mendapat tatapan teduh dari kedua bola mata Karina. Membuat bibirnya kelu untuk sekedar berucap 'aku rindu'
"Kok bengong?" tanya Karina melepas pelukannya.
"Aku-?"
"Mas Ava tidak senang bertemu aku lagi?" potong Karina.
"Aku-?"
"Ya sudahlah, kalau mas Ava tidak mau bicara lagi."
Karina balik badan dan hendak melangkahkan kakinya.
"Hei!"
Ava menarik tangan Karina dan membawanya ke dalam pelukan.
"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu."
Karina hanya diam, mendengarkan degup jantung Ava yang tidak beraturan dan tersenyum.
"Mas.."
"Ya," sahut Ava melepaskan pelukannya.
"Kita pulang, ketemu Ibu." Karina menarik tangan Ava, mereka berjalan bersama.
Ava tidak menyangka jika Karina akan memaafkannya dengan mudah. Begitu pula dengan Karina, ia tidak lagi menyalahkan Ava yang membuatnya buta. Selalu ada pelajaran yang bisa di petik dalam setiap kejadian buruk. Andai dia tidak buta, mungkin perselingkuhan Pramudya tidak akan di ketahui Karina.
***
"Aku tidak mau tahu, kau harus membawa wanita sialan itu jauh dari Indonesia."
"Tenang Nyonya, selama kau bisa bekerjasama dengan baik. Semua bisa di atasi, aku minta kerjasamanya Nyonya." Alexis tertawa menyeringai menatap wajah seorang wanita di hadapannya.
"Apapun akan kulakukan, asal kau bisa menjauhkan wanita itu dari kehidupanku."
"Tenang Nyonya, kau tidak perlu membayarku. Akan kulakukan dengan senang hati. Sekarang kau pulang, dan ikuti langkah langkah yang sudah kita sepakati."
Alexis berjalan mendekati pintu dan membukanya. Mempersilahkan wanita itu untuk keluar dari ruangannya.
"Aku pegang janjimu."
"Tentu!" sahut Alexis tersenyum mengembang.
moga tidak ya klu iya gk semangat lagi baca nya