Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 23
Setelah makan malam bersama dengan keluarga Joana selesai, Nathan segera mengajak Joana ke kamar hotel yang di reservasi olehnya. Kamar yang sudah dipersiapkannya sebagai hadiah pernikahan, memberikan kejutan manis untuk Joana.
"Silahkan masuk, Mi Amore." Nathan mendorong pintu kamar tersebut.
Joana masuk ke kamar hotel bersama Nathan yang mengikutinya dari belakang. Joana mengedarkan pandangannya. Matanya berbinar indah melihat keseluruhan kamar pengantin mereka. Ruangan tamaran yang dipijaknya hanya di terangi oleh lilin yang terletak di atas meja. Banyak taburan kelopak mawar merah di mana-mana. Di atas ranjang mereka pun terdapat kelopak mawar berbentuk hati dan juga sebuket mawar merah, benar-benar romantis.
Joana tak memudarkan senyuman, ia sangat menyukai apa yang didapatinya. Ia merasa spesial. Ia tau bahwasannya Nathan melakukan semua semata-mata karena ingin membuktikan cinta kepadanya, dan Nathan berhasil mengawali lembaran baru mereka dengan begitu indah.
Joana memutar tubuhnya, bertatap muka dengan suaminya. Pria itu sudah melepaskan tuxedo, meninggalkan kemeja putih yang membungkus tubuhnya dengan dasi kupu-kupu yang masih terpasang di lehernya.
"Lagi-lagi, kau membuat kejutan Nathan," tangan Joana bergerak. Ia berinisiatif melepaskan dasi Nathan, dan membuka satu kancing kemeja bagian atas.
"Hari ini, adalah hari yang spesial untuk kita berdua" Ucap Nathan sambil melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Joana lalu menariknya hingga tubuh keduanya merapat. Seperti perangko.
"Romantis. Aku suka." Joana begitu saja menyandarkan kepalanya di dada Nathan. Membalas pelukan prianya itu.
"Maka dari itu aku mempersiapkan semua, untuk malam ini." Bisik Nathan dengan nada suara sensual di telinga Joana membuat Joana melonggarkan pelukannya. Pipinya bersemu merah. Tentu ia tersipu.
Joana menengadahkan wajahnya. "Lakukanlah. Bukankah aku sudah menjadi milikmu, dan kau adalah milikku? Kita sudah menjadi satu, Nathan."
Nathan tersenyum samar mendengar ucapan tulus Joana. "Apa artinya kau sudah eghm, siap?"
"Siap, tidak siap, bukan hal itu akan terjadi?" Nathan mengangguk, membenarkan pertanyaan Joana. "Dan sudah menjadi kewajibanku untuk melayani-mu." Joana menyentuh pipi Nathan, lalu membelainya dengan sangat lembut. "Beri aku waktu sebentar, aku ingin membersihkan diri."
"Kau tidak mengajakku?" Nathan memandangi istrinya dengan tatapan sayu, memuja. Joana sempat tertegun. Kemudian, ia teringat apa saja yang dilakukan Nathan untuknya. Termasuk memberikan kejutan-kejutan manis dan romantis untuknya, dan itu membuat Joana ingin mempersembahkan yang terbaik atas penyerahan diri untuk suaminya.
"No..." Joana mendorong tubuh Nathan, semakin membuat pria itu mengeratkan pelukannya. "Nathan, lepaskan aku." Rengeknya dengan manja, kemudian keduanya tersenyum terlihat bahagia.
"Tidak mau." Bisik Nathan di depan bibir Joana.
"Aku berjanji, hanya sebentar." Joana mengajukan jari kelingkingnya.
Nathan berpikir sesaat kemudian mengangguk. "Baiklah." Nathan pun melakukan hal serupa. Ia mempertemukan jari mereka. Dengan berat hati Nathan melonggarkan pelukannya lalu dibaliknya tubuh istrinya itu. "Aku akan membantu melepaskan gaunmu."
Joana menelan ludahnya susah payah. Ia berdiri tidak tenang. Ia gelisah. Meskipun tadi ia berkata ingin mempersembahkan yang terbaik, akan tetapi ia tidak bisa menghilangkan kegugupannya. Ini malam pertama mereka genk.
"I-itu tidak perlu, Nathan. Aku bisa melakukannya sendiri." Joana memejamkan matanya sesaat, apakah ia berdosa karena menolak tawaran suaminya. Rasanya ia ingin meralatnya tapi ia sangat malu.
"Jangan menolak."
Kata Nathan menyelamatkan dirinya dari dosa dan pada akhirnya Joana pasrah, menuruti kemauan Nathan. Anggap saja ini permulaan.
Tubuhnya merinding, mendadak membeku tatkala merasakan hembusan napas Nathan yang tak beraturan di atas bahunya
Nathan menarik pengikat rambut Joana. Sekali gerakan rambut panjang Joana tergerai. "Rambutmu sangat indah, Joana." Nathan meraih rambut Joana lalu menghirup aromanya, "lavender, aku menyukainya." Nathan memindai ke depan. Jemarinya bergerak menyentuh tengkuk leher Joana, membuat pola lurus hingga jemarinya menyentuh pengait dress yang dikenakan Joana. Ia menarik resleting kebawah dan dapat dilihatnya punggung polos istrinya.
Deg.. Deg... Deg...
Jantung keduanya berdebar cepat. Joana menahan napas, matanya ikut terpejam ketika merasakan tangan Nathan mengelus punggungnya dengan lembut. Tidak hanya itu saja, pria itu memberikan banyak kecupan dipunggung atas Joana seraya melepaskan bagian lengan Joana membuat dress itu lolos dari tubuh Joana. Sontak Joana menyilangkan tangannya di depan tubuhnya.
Joana ingin membuang rasa malunya. Tapi ia tidak berhasil. Dia sungguh malu, gugup, dan perutnya melilit. Dapat dirasakannya, jika suaminya yang tampan kini tengah memandang tubuh indahnya. Perlukah ia berbalik. Oh tidak... ia tidak bisa melakukannya setidaknya untuk saat ini.
Nathan tertegun melihat keseluruhan tubuh Indah Joana dari belakang, membuat kewarasannya teruji.
"Aku ingin ke kamar mandi, " tanpa menunggu respon Nathan dan tidak berbalik, Joana lari terbirit menuju kamar mandi masih dengan tangannya yang menyilang. Brak... Joana menutup pintu dengan kencang, ia menyandarkan punggungnya di pintu seraya memegangi dadanya. Sementara, Nathan tersenyum lebar melihat tingkah istrinya yang malu malu meong.
Di dalam toilet, Joana tidak langsung membersihkan diri, ia menatap bathtub yang ditaburi kelopak mawar. Disamping bathtub ada sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat wadah stainless berisi satu botol wine dan dua gelas kaki kaca serta lilin aroma terapi memanjakan indra penciumannya.
Mengingat perkataan Nathan, membuat pikirannya melalang buana. Tiba-tiba ia merona. Ia membayangkan dirinya didalam sana bersama Nathan, menikmati kebersamaan mereka sambil minum wine. Joana menggelengkan kepalanya, melenyapkan bayangan itu. "Kenapa aku jadi mesum seperti ini."
Joana berpindah tempat. Ia butuh air dingin pun ia membasahi tubuhnya dengan menggunakan shower.
10 menit kemudian.
Joana menepuk pelan keningnya. Ia lupa membawa pakaian. "Bagaimana ini?" Joana mengigit bibir bawahnya. Ia mencari benda yang sekiranya bisa menutupi tubuhnya, dan yang ditemukannya hanya handuk. Joana segera melilitkan handuk tersebut di tubuhnya.
Ceklek...
Joana membuka pintu, menyembulkan kepalanya. Celingak-celinguk, mencari keberadaan suaminya. "Dia berada di balkon." Ya pria itu sedang menerima panggilan.
Joana melangkah keluar, mencari kopernya. Bertepatan itu, Nathan masuk. "Kau sudah selesai mandi?"
Langkah Joana terhenti, lalu berbalik. Keduanya saling menatap, saling menyelami fikiran masing-masing hingga deheman Joana mencairkan suasana. "A-aku lupa membawa pakaianku, Nathan. Kau meletakkan koperku dimana?"
Nathan masih terdiam, ia tertegun melihat penampilan Joana. Rambut acak-acakan yang masih terlihat basah, bahu dan kaki terekspos, kombinasi yang menguji kewarasannya. Nathan tergoda.
Nathan berjalan cepat, mendekati Joana. "Aku tidak bisa menahannya lagi," Tanpa ada aba-aba, ia menarik tengkuk leher Joana, lalu menyerang bibirnya. Sontak, Joana melingkarkan tangannya di punggung Nathan, membalas ciuman pria itu.
Keduanya begitu larut, menikmati keintiman mereka pun Nathan memperdalam ciumannya yang disambut Joana. Suara cecapan serta hembusan napas mereka memburu, mendominasi ruangan.
Nathan mengangkat tubuh Joana, membuat Joana tersentak. Tautan bibir mereka terlepas. "Nathan, " sebutnya reflek kaki jenjangnya melingkar di pinggang Nathan. Kemudian, keduanya tertawa lepas. Nathan berputar semakin kencang pula tawa Joana. "Hentikan Nathan, kalau aku terjatuh bagaimana?" Tanya Joana disela tawanya.
"Itu tidak akan terjadi sayang, " sahut Nathan kembali bibir mereka menyatu. Pria itu melangkah menuju ranjang, meletakkan tubuh Joana diatas sana.
Keduanya saling menatap dalam diam. Nathan mendekatkan wajahnya. Dikecupnya kening, Joana. Lalu kedua matanya, hidung dan berakhir di bibir.
"Kau benar-benar cantik, Joana." Bisiknya di iringi napasnya yang memburu.
"Dan kau juga tampan," Joana mencangkup sisi wajah Nathan.
"Apa kita bisa memulainya, sayang? Aku sudah tidak bisa menahan diri lagi." Ucapnya dengan nada berat.
Joana mengangguk, "ya sayang. Lakukanlah. Aku sudah siap." Tanpa ragu, Joana memindai tangannya dan mengalungkannya ke belakang leher Nathan.
Nathan menyunggingkan senyuman, "aku mencintaimu, Joana."
"Aku juga Nathan. Aku juga mencintaimu."
cuma butuh dijil*t langsung kuat nempellnya🏃🏃🏃
pakai lingerie supaya lebih menantang dan makin seru