NovelToon NovelToon
Perfect Vs Casual

Perfect Vs Casual

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Apa jadinya jika impian mu hancur di tangan orang yang paling kamu benci, tapi juga tak bisa kamu hindari?

"Satu tesis gagal, Karena seorang dosen menyebalkan, Semua hidup ku jadi berantakan"

Tapi siapa sangka semuanya bisa jadi awal kisah cinta?

Renatta Zephyra punya rencana hidup yang rapi: lulus kuliah, kerja di perusahaan impian, beli rumah, dan angkat kaki dari rumah tantenya yang lebih mirip ibu tiri. Tapi semua rencana itu ambyar karena satu nama: Zavian Alaric, dosen killer dengan wajah ganteng tapi hati dingin kayak lemari es.

Tesisnya ditolak. Ijazahnya tertunda. Pekerjaannya melayang. Dan yang paling parah... dia harus sering ketemu sama si perfeksionis satu itu.

Tapi hidup memang suka ngelawak. Di balik sikap jutek dan aturan kaku Zavian, ternyata ada hal-hal yang bikin Renatta bertanya-tanya: Mengapa harus dia? Dan kenapa jantungnya mulai berdetak aneh tiap kali mereka bertengkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 35

Malam-malam berikutnya, setelah makan malam bersama Bayu dan Radit, Zavian pulang sedikit larut. Mobilnya melaju melewati jalanan yang sudah sepi, dan begitu sampai di depan rumah, ia kembali menatap pekarangan rumah Renatta yang masih sunyi.

Kemana dia sebenarnya? Sudah 4 hari Renatta tidak ada kabar, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Zavian keluar dari mobilnya dan berjalan menuju rumah Renatta. Langkahnya terasa berat, tapi entah kenapa, ia merasa harus mengecek kondisi gadis itu. Ia berdiri di depan pintu rumah Renatta dan mengetuk pintu, memanggil namanya berkali-kali, namun tidak ada jawaban.

“Apa dia belum pulang?” Zavian berpikir, tapi perasaan tidak enak mulai muncul.

Tanpa berpikir panjang, Zavian menyentuh gagang pintu dan, tak disangka, pintu itu terbuka. Zavian sedikit terkejut, “Gak dikunci? Dasar ceroboh, kalau ada maling masuk gimana?” ujarnya dalam hati.

Dengan hati-hati, Zavian melangkah masuk. Begitu sampai di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada sosok Renatta yang tergeletak di lantai, wajahnya pucat dan hidungnya berdarah.

"Renatta!" Zavian bergegas mendekat dan membangunkan gadis itu. Renatta membuka matanya perlahan, tampak bingung.

"Pak Zavi?" Renatta berusaha berkata pelan.

Zavian langsung menggendong tubuhnya yang terasa dingin dan lemah. "Kamu kenapa?" tanyanya panik. Tanpa pikir panjang, Zavian membawanya keluar rumah dan memasukkannya ke dalam mobil. Ia segera mengemudi dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit, sesekali menoleh ke arah Renatta yang terlihat semakin pucat, darah masih terus mengalir dari hidungnya.

Zavian melangkah cepat menuju ruang gawat darurat rumah sakit, panik menguasai dirinya. Sesekali ia menoleh ke arah Renatta yang terkulai lemah di tangannya. Hidungnya masih mengeluarkan darah yang terus menetes, tubuhnya terasa dingin seperti es. Zavian bisa merasakan betapa rapuhnya gadis itu saat ini.

“Dokter Dirga!!!” Zavian berteriak saat ia memasuki ruang gawat darurat, menarik perhatian beberapa perawat yang segera berlari menghampiri.

Seorang perawat mengambil alih, dan Zavian dengan cepat menurunkan Renatta ke meja perawatan.

Perawat langsung memeriksa kondisi Renatta, memanggil dokter Dirga dan membawa Renatta ke ruang perawatan. Zavian hanya bisa berdiri terpaku di sana, matanya terus mengikuti tubuh Renatta yang digulingkan ke ruang rumah sakit.

Tak lama, Dokter Dirga datang menghampiri Zavian, “Tenang, kami akan segera memeriksa dan merawatnya. Namun, kami perlu tahu apa yang terjadi padanya.”

Zavian merasa seolah otaknya berhenti berfungsi. Bagaimana bisa ia tahu apa yang terjadi dengan Renatta? "Dia... Aku menemukannya sudah tergeletak di lantai, Hidungnya berdarah dan tubuhnya sangat dingin..."

Dokter Dirga mengangguk, sepertinya sudah memahami dan segera mengarahkan Zavian untuk menunggu di ruang tunggu. Zavian akhirnya duduk, menyandarkan kepala di tangan, tubuhnya lemas karena kecemasan yang mendalam.

Di ruang tunggu, waktu terasa berjalan sangat lambat. Setiap detik terasa seperti berjam-jam. Zavian tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Renatta. Tiba-tiba saja rasa bersalah menghantamnya. Kenapa dia baru baru mengetahui keadaan Renatta sekarang? Kenapa dia membiarkan gadis itu terpuruk begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi pada dirinya? Mengapa pacarnya bahkan tidak tahu kondisi Renatta yang seperti ini?

Akhirnya, setelah beberapa lama menunggu, dokter yang merawat Renatta keluar dengan wajah serius. Zavian langsung berdiri dan mendekat.

"Bagaimana keadaan Renatta, Dok?" tanyanya, suara sedikit serak karena kecemasan.

"Zavi, ini hasil pemeriksaan lab Renatta," kata perawat itu dengan hati-hati.

Zavian menerima berkas tersebut dan melihatnya sekilas.

Dokter Dirga menjelaskan "Dia mengalami kelelahan yang sangat parah, Zavian. Hidungnya berdarah karena stres yang berlebihan juga ada indikasi gangguan pencernaan. Berdasarkan hasil tes, Renatta sudah dua hari tidak makan dengan teratur. Itu menyebabkan penurunan kondisi tubuhnya yang cukup drastis."

Dokter menatap Zavian sejenak, lalu menghela napas. “Tubuhnya tidak cukup mendapatkan asupan gizi dan istirahat yang cukup. Kita perlu lebih berhati-hati dengan kondisinya."

Zavian terdiam, hatinya seakan tercabik. “Apa yang harus kita lakukan?” tanyanya penuh harap.

“Sepertinya Kamu harus memastikan dia beristirahat, mendapatkan perhatian, dan tidak terpapar stres lebih lanjut. Kami akan memberi obat dan infus untuk membantu pemulihan cepatnya,” jawab dokter. “Pastikan dia tidak sendirian untuk sementara waktu.”

"Ah ya, apa kamu kenal anggota keluarga yang bisa kami hubungi? Keluarganya harus tahu kondisi Renatta kan?"

"Aku tidak tahu pasti, sepertinya dia punya hubungan yang buruk dengan keluarga nya"

"Dia tinggal sendiri?" tanya Dirga.

"Iya dia tinggal sendirian"

"Sebaiknya kamu harus sedikit lebih peduli tentang keadaan sekitarmu"

Zavian menoleh cepat kearah Dirga.

"Ah maksudku, bukankah kalian tetangga? Bersosialisasi itu perlu kan? Apalagi dia bukan hanya sekedar masyarakat ditempat tinggal mu tapi, dia juga mahasiswi mu"

"Dia hanya mahasiswi ku, kenapa aku harus sepeduli itu padanya? Dan yang bertetanggaan dengan dia bukan cuma aku..."

"Ah Dasar keras kepala, sudahlah percuma juga bicara denganmu. Kamu hanya akan menjalani apa yang sudah menjadi prinsip mu. Masuk lah kalau kamu mau jenguk dia"

Setelah Dokter Dirga pergi, Zavian menatap lama pintu ruangan didepannya itu. Ia berpikir cukup lama lalu akhirnya ia berdiri dan masuk kedalam ruangan tersebut. Zavian duduk di samping ranjang Renatta. Memperhatikan wajah pucat Renatta yang kini terlelap dalam tidur yang tenang. Hidung Renatta masih terlihat sedikit memerah, dan napasnya perlahan mulai stabil setelah mendapatkan perawatan. Zavian menatap wajahnya yang terbaring lemah, perasaan cemas dan khawatirnya semakin menguat.

"Gadis bodoh..." Zavian berbisik pelan. "Kenapa kamu tidak bilang apa-apa?"

"Mengapa harus aku yang menemukan mu dalam keadaan seperti itu?"

Zavian menarik napas panjang dan meresapi setiap detik yang berlalu. Tiba-tiba, dalam kesunyian malam yang hening itu, hatinya mulai merasakan kehangatan yang aneh sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Apakah ini tanda bahwa ia mulai peduli lebih dari yang ia kira? Apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya?

Tentu, aku lanjutkan cerita kamu sesuai gaya tulisanmu dari awal:

Zavian hendak menyentuh rambut Renatta yang sedikit berantakan, namun ia mengurungkan niatnya. Ia hanya mendecak kecil melihat keadaan gadis itu.

"Rambut kamu bau banget," gumam Zavian pelan. "Setelah siuman sebaiknya kamu langsung keramas."

Zavian bersedekap, menatap Renatta yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ia menghela napas panjang sebelum menambahkan, "Ah, dan ya... sebaiknya setelah kamu membuka mata, langsung hubungi saja pacar kamu."

Belum sempat Zavian berdiri, tiba-tiba jari Renatta bergerak perlahan. Zavian memperhatikannya dengan seksama, tapi ia tetap pada sikap cueknya, hanya memandangi tanpa banyak reaksi.

Mata Renatta perlahan terbuka, tampak sayu, seolah-olah dunia di sekitarnya masih berputar. Pandangannya masih samar, tapi sosok yang duduk di sampingnya tampak jelas, seseorang yang menatapnya dengan ekspresi dingin dan datar. Ekspresi yang hanya dimiliki satu jenis manusia... Zavian.

Pak Zavian... suara Renatta terdengar serak, nyaris tak terdengar.

Kamu? gumam Zavian datar, menatap gadis itu tanpa banyak bicara.

Renatta menatapnya lemah, lalu bibirnya bergetar, "Terimakasih..." ucapnya terbata-bata.

Air mata mengalir di sudut mata Renatta, membasahi pipinya yang pucat.

Zavian hanya diam, tidak bergerak sedikitpun. Ia hanya menatap Renatta, tanpa menunjukkan ekspresi apapun, tapi dalam hatinya ada sesuatu yang bergetar, sesuatu yang tidak ingin ia akui.

1
Nur Adam
lnjut
Titik Handayani
kumenangis
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
kmu
audyasfiya
Hahahahah lucuu banget Thor /Chuckle//Chuckle/
Nur Adam
lnujut
Nur Adam
l njur
Riyuriyus
semangat yaa kakakk,sukses trs
Nurul Fitria
Owalah Renatta /Determined//Determined//Determined/
Nurul Fitria
Wkwk lucu banget kakek dan Renatta /Facepalm//Facepalm/
minwoo
kasihan banget mereka, si Renatta nih nyebelin banget
minwoo
Mantap pak /Hey/
minwoo
Bacottt kauuu bastian
minwoo
Ihhh ngapain sih ketemu sama Bastian lagi /Puke/ sumpah gak suka bangeeeettt /Cry/
minwoo
Seruu banget ceritanya Thor, lanjut dehh/Tongue/
minwoo
Haaa mau yg kayak pak Zavian juga donggg /CoolGuy//Scream//Scream/
minwoo
Lahh ternyata kakek nya pak Zavian /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bisa kali kek dijodohin
Kim nara
Sedih y nasib renata semangat ren
Nur Adam
lnjut
Nurul Fitria
Lanjut Thor... ❤️❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!