Diselingkuhi sedih? Sudah tidak jaman! Angkat kepalamu, gadis, mari kita balas dendam.
Betari diselingkuhi oleh kekasih yang dia pacari selama tiga tahun. Alih-alih menangis, dia merencanakan balas dendam. Mantan pacarnya punya ayah duda yang usianya masih cukup muda. Tampan, mapan, dan kelihatannya lebih bertanggungjawab. Jadi, Betari pikir, kalau dia tidak dapat anaknya, dia akan coba merebut ayahnya.
Namun ditengah misi balas dendamnya, Betari justru dikejutkan oleh semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diamnya Melvis
Di kamar yang luas, hanya suara televisi yang mengisi kekosongan. Andara terduduk di ranjang dengan remote di tangan. Matanya menatap layar televisi yang lebar, tetapi fokusnya sedang berkeliaran. Di sisinya, Nando bersandar santai di headboard, jemarinya lincah menggulir layar.
Keduanya berkelana di dunia masing-masing selama beberapa waktu, hingga Nando selesai dengan kegiatannya dan mulai menaruh perhatian pada Andara. Keningnya berkerut samar kala menemukan kabur bening menggenang di pelupuk mata istrinya itu.
Dengan kepala dipenuhi tanya, Nando mencoba mencari tahu apa gerangan yang mengusik hati Andara. Ketika ditilik layar televisi, terpampang acara lawak yang mengundang tawa, jelas bukan itu penyebabnya.
Enggan menerka-nerka lebih jauh, dia mendekat, menyentuh lembut pipi sang istri yang sudah mulai basah dengan titik air mata. Ibu jarinya menyapu jejak-jejak basah di sana, membuat sang empunya tampak tersentak dan mengerjap kaget beberapa kali.
"Kamu kenapa?" tanya Nando pelan. Netranya sibuk menelisik wajah Andara, mencoba membaca air mukanya.
Andara menggeleng cepat. "Nggak apa," jawabnya singkat. Tetapi, jawaban itu justru membuat Nando semakin curiga. Gestur yang tampak darinya pun mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang sedang coba disembunyikan.
"Apanya yang nggak apa? Kelihatan banget lagi ada yang kamu pikirin. Apa? Cerita aja sama aku, An."
Andara menunduk, gelengan lemah menyusul. "Aku cuma ... lagi mikirin soal Betari."
Terseretnya nama Betari entah kenapa membuat kepala Nando tetiba panas. "Kenapa lagi sama dia? Ada terjadi sesuatu seharian ini? Betari ada gangguin kamu?" tanyanya.
Namun lagi-lagi, Andara hanya menggeleng lemah.
Nando jadi gemas sendiri. Mengingat bagaimana selama ini Andara selalu ingin menyimpan semuanya sendiri, dia tidak yakin akan mendapatkan jawaban yang pasti. Jadi daripada membuang waktu dan makin emosi, Nando memutuskan untuk mencari tahu dengan caranya sendiri.
"Ya udah kalau kamu nggak mau cerita, biar aku cari tahu sendiri." Nando sudah menurunkan kakinya, siap melesat pergi ketika lengannya dicekal oleh Andara.
"Kamu mau ke mana?" tanya perempuan itu. Matanya makin memerah, meski air mata tak lagi menggenang di pipinya.
"Cari tahu apa yang bikin kamu nangis." Diempasnya pelan tangan Andada di lengannya, lalu Nando pergi keluar kamar tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.
Hal itu membuatnya tidak akan menyadari bahwa raut sedih Andara seketika menghilang. Wajah perempuan itu mendadak cerah, senyumnya pun merekah.
"Umpan ditebar, satu lagi ikan yang menyambar," gumamnya, bangga pada kemampuannya memainkan peran yang semakin hari semakin dirasa memuaskan.
...*****...
Nando harus berterima kasih pada feeling-nya yang terkadang terlampau tepat sasaran. Sudah tahu akan ada banyak hal yang terjadi setelah Betari dan Andara tinggal satu atap, dia secara diam-diam memasang kamera tersembunyi di beberapa titik di rumah tanpa pengetahuan siapa pun. Sekarang ketika Andara menolak bicara, dia bisa menggunakan rekaman dari kameranya untuk mendapat jawaban.
Di salah satu kamar kosong di lantai satu, Nando serius berkutat dengan laptop. Satu persatu rekaman dari kamera yang tersebar di beberapa titik dia tonton dengan saksama. Raut wajahnya beberapa kali berubah. Dahinya mengerut, lurus kembali, mengerut lagi, lurus kembali. Begitu terus sampai dia tiba di satu video hasil rekaman kamera di area dapur.
Di sana, tampak Andara begitu rajin berkutat di dapur. Perempuan itu tampak bersemangat memasak sesuatu. Kendati hanya bisa melihat punggungnya, Nando bisa merasakan betapa antusiasnya ia.
Sehabis kamera di dapur, Nando beralih ke kamera yang ada di sekitar lantai dua, tepatnya di area dekat kamarnya dan kamar ayahnya. Andara membawa hasil masakannya ke kamar ayahnya, sesuai dugaannya. Namun, karena kamera hanya terpasang di area luar, dia jadi tidak tahu apa yang terjadi di dalam.
Untuk itu, Nando membutuhkan keterangan tambahan dari saksi hidup di rumah.
Cepat-cepat Nando membereskan laptopnya, membawanya keluar. Orang paling tepat untuk dimintai keterangan adalah asisten rumah tangga yang bertanggung jawab untuk urusan dapur. Nando melesak menemuinya, dan beruntung malam belum terlalu larut hingga sang ART masih punya waktu untuk dia ajak bicara.
"Masak bubur, Den, katanya buat Nyonya." Si ART memberi keterangan untuk pertanyaan apa yang Andara masak dan kepada siapa masakan itu diberikan. Keterangannya cocok dengan yang ada di video.
"Tapi, Den," ucap si ART, tampak ragu-ragu.
"Tapi kenapa?" tanya Nando.
Si ART terlihat celingukan sebentar, tangannya saling meremas gugup, suaranya juga terdengar bergetar sewaktu akhirnya bicara.
"Nyonya kayaknya nggak suka sama bubur buatan Non Andara. Soalnya, nggak lama dari Non Andara bawa buburnya, saya dipanggil buat beresin mangkuk bubur yang udah berserak di lantai kamar Nyonya."
Keterangan susulan tersebut berhasil menyulut amarah Nando. Dia mengepalkan kedua tangan di samping tubuh. Rasanya seperti ada yang hampir meledak di kepalanya. Sulit untuk percaya bahwa Betari yang ia kenal bisa bertindak sejahat ini hanya untuk balas dendam. Dan lagi, Andada adalah sahabat selama belasan tahun. Mengapa Betari bisa setega itu?
"Makasih infonya, silakan istirahat lagi."
"Tapi, Den, jangan laporin ke Nyonya. Saya takut kalau nanti Nyonya marah sama saya karena dibilang pengadu." Si ART tampak begitu ketakutan.
Nando mengangguk. "Aman, saya nggak akan bilang. Sebagai gantinya, tolong kasih saya laporan untuk semua hal yang terjadi di rumah ini selama saya nggak ada."
Kemudian, Nando bergegas pergi. Dia harus mencari cara menghentikan Betari. Sebelum perempuan itu bertindak lebih jauh dan menghancurkan keluarganya.
...*****...
Tempo hari, Melvis pernah meminta sebuah jawaban dari Andara, dan wanita itu mengusulkan untuk mencari jawaban itu dari Betari. Kabarnya, saat ini usulan Andara tersebut masih tersimpan rapi di kepala laki-laki tersebut. Melvis urung bertanya tentang rangkaian hubungan masa lalu di antara anak, menantu, dan juga istrinya kepada Betari, karena sudah tak diperlukan lagi.
Melvis tidak membahas persoalan itu sedikit pun, seakan-akan hal tersebut seperti butiran debu yang tertiup angin. Dia sibuk mengurus Betari seharian ini dengan mengorbankan waktu untuk pekerjaan. Mskipun begitu, Melvis tampak tidak seperti biasanya.
Cerita-cerita random tak lagi bergaung diantara mereka. Diskusi, saling bertukar pikiran sudah tidak lagi terlaksana seolah semua sudah selesai dengan sempurna. Betari banyak bertanya kepada Melvis, tapi laki-laki itu hanya banyak jawab dengan senyuman. Kadang-kadang, Melvis juga menjawab dengan kata-kata yang jika ditelaah lebih dalam mengandung arti tentang rasa yang laki-laki itu rasakan.
Melvis menjadi lebih pendiam.
Betari memutuskan berhenti bertanya. Ia memilih diam, membiarkan semuanya mengalir. Biarlah Melvis yang membuka cerita saat ia sudah merasa cukup nyaman.
Atau...
Seketika betari mengerutkan kening. Apa Om Melvis sudah tahu kalau aku mantannya Nando?
.
.
Bersambung.
Betari yang bisa menguasai dirinya sendiri.
Om Durenku-Melvis yang bijak dalam menghadapi masalah dan bersikap adil meski itu ke anak sendiri..
dan perubahan positif Nando Andara...
aku menantikan karya luar biasamu yang lain kak.. semamgat berkarya😘😘🥰🥰❤️❤️❤️❤️
di tunggu cerita2 lain na...