Setelah tujuh belas tahun, perusahaan Wijaya Group di nyatakan bangkrut. Setiap orang mempertanyakan penyebab kebangkrutannya, tetapi pihak keluarga Wijaya merahasiakan penyebab sebenarnya pada publik.
Allandra Wijaya (23th), anak dari Andra Wijaya, yang merupakan pewaris Wijaya Group merasakan kehidupan yang jungkir balik. Dari yang serba ada menjadi tidak memiliki apa-apa, hingga pacarpun dia tidak punya. Raya meninggalkannya setelah perusahaan WG di nyatakan gulung tikar.
Perasaan bersalah karena selama ini tidak serius berlatih menjadi pewaris dan lebih menggunakan banyak waktunya untuk bermain-main, Allan berniat untuk membuat perusahaan keluarganya kembali bangkit. Saat itulah dia bertemu dengan Sabilla (28th). Wanita simpanan pengusaha kaya Suryo Saputro.
Sabilla yang kesepian dan membutuhkan seseorang yang mencintainya akhirnya meminta Allan untuk menjadi suaminya. Keduanya pun sepakat menikah. Bagaimana kehidupan pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengatur Rencana
Setelah mengantarkan pesanan Sabilla dan memastikan keadaan istrinya sudah membaik, Allan bergegas ke rumah Bima untuk mengajaknya pergi ke kantor bersama, mengingat jarak kontrakan Bima yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Bukan tanpa alasan, ada banyak hal yang membuat Allan harus membawa Bima sekarang. Terutama berhubungan dengan Talita, anak sahabat mamanya yang mulai hari ini tinggal di rumahnya.
Allan tidak bisa membiarkan gadis belia itu dekat dengannya, apalagi tatapannya seperti ingin menyantap. Sebisa mungkin dia harus menjaga jarak, apalagi tinggalnya Talita di rumahnya terasa sedikit janggal. Seperti ada sesuatu yang sedang di rencanakan oleh orangtuanya. Allan sedikit bingung, kenapa ibunya seperti tidak konsisten, melarangnya menikah, tetapi ia justru di dekatkan dengan Talita.
Tin! Tin!
Allan membunyikan klakson saat berada di depan kontrakan Bima. Sahabatnya itu terlihat keluar dari dalam rumah dengan penampilannya yang rapi. Bima sudah paham apa yang harus di kenakannya karena sebelumnya Allan sudah mengirim pesan pada pria itu.
"Lama banget datangnya, jangan bilang kamu bercinta dulu sebelum kemari." gerutu Bima seraya masuk ke dalam mobil Allan.
"Sembarangan! Aku lagi puasa bercinta. Mending banget kalau pagi gini daper jatah. Kita harus bahas masalah lain, tapi sambil jalan, udah telat banget." Allan segera putar arah dan melaju menuju Wijaya Group. Dia mulai berpikir, darimana pembahasan tentang Talita di mulai.
"Jadi gini, kamu kan tahu, kalau pernikahan aku sama Sabilla belum di ketahui oleh orangtuaku. Tapi masalahnya, ada hal baru yang bakal menyulitkan aku dan Sabilla. Bundaku sepertinya mau menjodohkan aku sama anak sahabatnya. Parahnya, itu cewek bakal tinggal di rumah mulai hari ini. Belum lagi sikapnya yang sedikit genit, membuatku risih. Itulah kenapa aku pengen kamu kerja lebih awal, aku mau kamu yang urus Talita." Allan lega karena telah mengungkapkan isi hatinya, sementara Bima, lelaki itu tidak buru-buru menyahut. Ia masih tampak mencerna apa yang di katakan oleh Allan.
"Bukannya Bunda Sila nggak setuju kamu nikah cepet, tapi kenapa mendadak dia jodohin kamu? Kamu yakin, nggak salah paham?" cecar Bima. Dia ingin Allan mengoreksi sekali lagi permasalahannya sebelum menduga ibunya menjodohkannya.
"Itu memang aneh, Bim. Aku juga nggak nyangka. Tapi kelihatannya memang begitu. Bayangin aja, di rumah kan ada Anna, sebenarnya bunda bisa nyuruh Anna yang bantu Talita, tapi kenapa justru limpahin tanggung jawab Talita ke aku. Belum lagi bahasan mereka waktu makan malam, itu jelas banget masalah perjodohan. Di depan semuanya, ada papa Andre, mama Febbi. Risih dengernya!" curhat Allan, Bima justru tertawa kecil. Seketika Allan melirik ke arah lelaki itu tajam, hingga membuat tawanya otomatis berhenti.
"Oke, sori. Aku nggak bermaksud untuk ngetawain kamu. Kalau memang kamu butuh bantuan aku, aku akan bantuin kamu buat nemenin Talita, siapa tahu dia akhirnya jadi jodoh aku." Bima segera membuat keputusan, sebelum Allan marah. Sepertinya sahabatnya itu sedang sensitif. Allan memang sedang tidak baik perasaannya, terutama karena pertemuannya dengan Raya.
"Keputusan tepat! thank you, Bro! Kamu masih ingat Raya, mantanku itu, kan? Sampai detik ini dia masih gigih buat dapetin perhatian aku. Padahal aku sudah tolak dia terang-terangan, tapi makin kesini justru makin beranti dan tidak tahu malu. Kalau saja aku tidak harus menjaga kerahasiaan Sabilla, aku sudah beberkan sama dia kalau aku sudah nikah." cerita Allan geram.
"Enak banget jadi kamu, cewek ngantri berjejer buat dapet posisi di hatimu. Sementara aku, satu pun belum ada yang nyangkut, nasib." keluh Bima.
"Tapi sebisa mungkin, kamu harus jaga jarak sama Raya. Jangan sampai dia bikin hubungan kamu dan Sabilla berantakan. Mantan itu ancaman, kalau kamu mendekat, kamu akan termakan karena teringat kembali dengan masalalu yang pernah kalian lalui bersama."sambung Bima. Allan mendengus kesal. Mengingat Raya membuat otaknya seketika lelah. Wanita yang sangat di cintainya di masalalu itu mencampakkannya begitu saja, seolah dirinya sampah yang tidak berharga.
"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan wanita selain Sabilla dekat denganku. Aku hanya mau Billa-ku, wanita dengan sejuta kelebihan yang mencintaiku dengan tulus. Dia bahkan rela memungutku dari tumpukan sampah. Aku hanya ingin menghabiskan setiap detik yang ku punya untuk membahagiakan dia." Bima menatap ke arah Allan sejenak, lalu kembali memandang ke depan.
"Bagus. Aku suka kamu memiliki pendirian. Ingat Allan, perempuan seperti Sabilla, itu sangat langka. Jangan pernah pandang kekurangan yang di milikinya, tapi pandanglah setiap kebaikan yang telah di berikannya padamu. Karena tidak ada satupun manusia di bumi ini yang sempurna. Semuanya memiliki kekurangan." apa yang di katakan oleh Allan memang benar. Dia harus menerima Sabilla apa adanya dan tidak mengungkit kekurangannya sedikitpun.
"Kamu memang sahabat terbaikku, Bima. Terima kasih buat semua saran yang kamu berikan. Aku berhutang banyak padamu." Allan hanya bisa mengandalkan Bima sekarang. Dia tidak akan memberikan peluang untuk Talita dekat dengannya.
"Jangan sungkan. Sekarang selain sahabat, kita juga rekan kerja. Sudah semestinya kita saling membantu, iya bukan?" Allan senang dengan ketersediaan Bima.
"Kamu benar. Kamu juga jangan sungkan kalau ada apa-apa. Jangan anggap aku bos. Tapi saat di kantor, kamu harus tetap profesional." ucap Allan dengan penekanan di kalimat akhir sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Allan sedikit kewalahan memikirkan berbagai hal sekaligus. Dia ingin semuanya berjalan sesuai dengan yang di harapkannya. Meskipun dia tahu, tidak mudah untuk menyelesaikan banyak masalah dengan satu langkah. Allan harus berjalan perlahan dan penuh strategi agar satu per satu masalah yang di hadapinya selesai.
Sementara itu, di rumahnya. Sabilla mendapat pesan dari Suryo. Lelaki tua itu memintanya untuk bertemu di restoran berbintang tempat mereka sering bertemu sebelumnya. Sabilla sebenarnya sungkan, tapi mau tidak mau dia harus menemui lelaki itu.
Sabilla bersiap seperlunya, lalu pergi menemui Suryo mengendarai mobilnya sambil menahan perutnya yang sakit karena efek datang bulan di hari pertama. Ada perasaan tidak enak yang timbul saat Sabilla membaca pesan Suryo, dia bilang ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.
Mungkinkah dia sudah mengetahui hubungan Sabilla dengan Allan? Pertanyaan itu membayangi pikiran Sabilla. Dia khawatir hubungannya akan membahayakan Allan. Apalagi, Suryo terkenal sedikut kejam dan tidak pandang bulu.
Sabilla berusaha tenang, dia memutar beberapa lagu favoritnya sambil sesekali bernyanyi mengikuti suara penyanyi favoritnya. Wanita itu sedang berusaha menepis kekhawatirannya dan meyakinkan diri kalau segalanya akan baik-baik saja.
"Allan, aku pergi menemui Mas Suryo. Jika nanti kamu ke rumah aku tidak ada, aku berarti belum kembali. Aku selalu mencintaimu." Sabilla menyempatkan diri mengirim pesan suara pada Allan. Dia tidak ingin suaminya itu mencarinya.
Dan papa Andra dari jauh berusaha memantau dan melindungi Allan dan Billa
Apapun dikasihkan Allan.
Jangan marah2 dulu apalagi sampai menyakiti hati perempuan yang bagaimanapun telah menolongmu dari keterpurukan
Entah kenapa bisa menjadi istri siri simpanannya pria yg sdh beristri. Pasti ada alasannya.
febbi
kasian nasib febby bertahun2 mencintai dan mnyayangi anak yang tidak menghargainya dan suami yang tidak mencintainya dan tidak bisa move on dari SILA, miris nasib febby bertahun dijadikan pelarian tampa sama sekali dincinta
maaf thor ap author tidak merasa terlalu tega terhadap sosok FEBBY, hanya karena sosok (SILA) terlalu penting jadi perasaan wanita lain tidak author penting, febby hanya dijadikan pelarian andre bertahun2, dari awal febby diperlakukan tidak adil, dicampakkan andre, saat andre butuh pelarian dia ambil lagi febby dan febby dibuat kayak orang bodoh Terima saja terpelakukan seperti apapun, hanya karena andre sosok pebinor (seperti kebanyakan novel pebinor dipuja dan diistimewakan) semua kelakuan andre dibenarkan
coba sila pemeran utama di novel sebelum diperlakukan seperti febby sudah pasti tau jawabannya, ditinggal pergi saja sila tergoda dan hamil anak pebinor