Rio Tyaga hidup dalam kesialan bertubi-tubi. Ayahnya meninggal di penjara dan setelahnya ia hidup serba kekurangan. Ia mendapatkan uang untuk biaya sehari-hari dari taruhan Drag Race, balap motor liar. Saat itu tiba-tiba motornya hilang, ia kena tipu. Padahal uang jual-beli motor akan ia gunakan untuk hidup sehari-hari dan membeli motor bodong utuk balapan.
Di saat penelusuran mencari motor kesayangannya, Rio terlibat dalam aksi penculikan. Yang diculik oleh kawanan sindikat adalah temannya sendiri, gadis kaya yang populer di sekolah, Anggun Rejoprastowo. Rio berhasil menyelamatkannya dalam keadaan susah payah bertaruh nyawa.
Rio tadinya tidak terlalu kenal Anggun, namun setelah penculikan itu Anggun seakan begitu ketergantungan akan Rio. Tanpa Rio di sisinya ia bersembunyi di sudut kamar, seakan trauma dengan penculikan itu.
Walau benci, akhirnya orang tua Anggun membiarkan Rio si berandal mendampingi Anggun 24 jam 7 hari, termasuk saat Anggun ke sekolah.
Apakah Rio yang dingin akhirnya dapat luluh dengan kedekatan mereka? Bagaimana perasaan Rio sebenarnya? Dan Anggun, apakah memang ada perasaan cinta ke Rio atau hanya memanfaatkannya sebagai bodyguard saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Slay VS Savage
“Lo bawa bekal, Nggun? Haha! Kok bisaaaaa!! Ceile bekal bikinan sendiri pulaaa!!” Dahlia tertawa terbahak saat Anggun membuka tas bekalnya dan mengeluarkan seperangkat alat makan.
Sementara teman-temannya membuka kotak dari restoran fine dining yang ditata khusus.
“Bokap lo katanya dipecat dari kantor, tuh bener ya? Bokap gue lihat kemarin bokap lo datang ke ruang HRD Arghading Corp,”
“Iya,” desis Anggun sambil menyendokkan nasi ke mulutnya, lalu tersenyum tipis. Wah, enak banget masakannya pagi ini. Memang tutorial yutub membantu sekali kalau soal masak-masakan, untung saja ia juga melihat satu persatu komentar jadi tahu trik agar tidak gagal.
Dan lagi, kenapa ya rasanya puas saat rasa masakan sendiri pas dengan lidahnya.
“Kenapa bokap lo? Beneran dia lariin duit dari kantor lamanya sebesar 120 miliar? Wah harusnya bokap lo dipenjara Nggun!”
“Hm...” Anggun kembali menyendokkan sesuap lagi ke mulutnya dengan elegan. Lalu kepalanya goyang-goyang sendiri karena senang masakannya enak.
“Jadi lo sekarang dalam rangka penghematan nih soalnya duit jajan berkurang? Waduuuh perlu gue sumbang nggak? Sini kasih tau rekening lo dah! Haha!”
“Berkurangnya berapa persen nih? Langsung drastis anjlok ato gimana?”
Ivory membuka dompet Anggun dan mengernyit, “Elaaah cuma ada 28rebu di dalam! Jadi males gue temenan sama lo! Hahahahahah!!”
Anggun malas berdebat karena sedang makan, jadi dia menghabiskan makanannya.
“Eh, masih laper nih, aku mau ke kantin ah,” dan gadis itu pun membereskan alat makannya lalu beranjak ke arah kantin.
“Gue juga lah mau ngopi-ngopi dikit!” kata Dahlia sambil mengikuti Anggun.
Dan saat meiohat-lihat konter snack, di situlah Anggun melihat “Wah, ada sando strawberry!”
“Laaah, malah beli sando. Dompet lu tuh kosong, mending beli lemper aje, nggak usah sok sultan. Bokap lo resesi woy!” Vica mengucapkan kalimat itu dengan kencang, sampai semua orang di kantin dengar.
Anggun tak peduli, dia memilih-milih yang kira-kira buahnya paling besar. Lalu ia teringat kalau ia harus cek harganya. “Wih, harganya cuma 5ribu? Serius nih? Leftover semalam kali ya jadinya murah?” desisnya kesenangan. Jadi dia masih punya sisa untuk beli minum.
Semenjak niat berhemat yang diutarakan Rio, dan atas saran Bu Ariel, Anggun mau tak mau harus membatasi pengeluarannya. Belajar sejak dini sebelum semuanya terlambat. Jadi dia hanya membawa sedikit uang tunai, dan sisanya dia simpan di tabungan. Masih bisa ditarik dengan kartu debit sih. Rio memberinya jajan seminggu sebesar 1juta saja. Tapi menurut Bu Ariel, Anggun masih bisa berhemat dengan uang sebesar itu. Triknya, usahakan di dompet hanya tersimpan cukup dana untuk pulang ke rumah. Sekitar 50ribu atau seratus ribu.
Kemarin Anggun memasukkan 100ribu di dompet, tapi pagi-pagi dia ke pasar bersama ARTnya yang digeret untuk menemaninya, untuk masak bekal pagi. Sisa di dompetnya hanya 28ribusaja. Sampai-sampai ARTnya mengelus dada melihat tingkah anak majikannya. Masalahnya, Anggun memerlukan simulasi pengeluaran. Kalau tidak pergi sendiri, bagaimana ia mengira-ngira berapa yang harus dihabiskan untuk sepotong daging ayam fillet?
Dan ternyata, metode Bu Ariel cukup efektif.
Masalahnya saat di kasir...
Mari kita kembali ke Episode 1.
**
Sambil membolak-balik tablet yang berisi modul untuk pelajaran berikutnya, Anggun dengan tenang menggigit sandonya. Dalam hati ia berpikir, kayaknya aku bisa nih bikin sando sendiri. Strawberry lagi murah musim ini, untuk krim banyak dijual yang instan, kemarin lihat di pasar...
Ya, mindset Anggun dalam sekejab berubah jadi pikiran emak-emak berdaster kalau lagi tanggung bulan.
Sementara teman-temannya heboh berspekulasi sendiri mengenai keadaan Anggun.
Jam istirahat hampir berakhir, teman-teman Anggun satu persatu mulai memenuhi ruang kelas.
Dan Rio masuk dari pintu, menghampiri Anggun dengan langkahnya yang santai tapi fokus.
Ini bukan kelas Rio, jadi keberadaannya cukup membuat semua terpaku. Apalagi anak dengan track record macam Rio tidak mudah untuk dihiraukan, pasti semua langsung waspada.
Anggun mengangkat wajahnya dan sedikit memekik saat serta merta Rio melingkarkan lengannya yang besar di pinggang Anggun dan mengangkat tubuh gadis itu supaya berdiri, lalu mendesaknya ke dinding dan mencium bibirnya.
Ciuman Rio, keras dan menuntut. Berbeda dengan kemarin yang lembut dan mencari perhatian. Kali ini dia menghisap lidah Anggun dengan kencang. Anggun sampai mende sah saat Rio melakukan hal itu, jelas dorongan jemarinya di dada Rio tidak berguna.
“Rioooooo astagaaaa di kelas ini heeeey!” terdengar teguran Bu Ariel dari belakang.
Rio baru berhenti mencium Anggun, “Aku minta hak ku nanti malam, siap-siap kamu...” bisik Rio. Ia melepaskan Anggun dengan senyum licik di bibirnya. Dan tak lupa saat mencapai pintu keluar, ia mengerling ke arah Anggun.
Anggun masih berdiri terpana, wajahnya langsung merah.
Ia duduk di kursinya dengan senyum canggung.
“Anggun, fokus Anggun!” Bu Ariel menjentik-jentikkan jemarinya.
“Ya... bu....”desisnya pelan. Senyum terukir di bibir Anggun yang bengkak. Ia masih terlena.
Di bayangannya saat ini adalah kerlingan mata Rio.
Ia terhipnotis.
Seharian, senyum bodoh itu terpatri di wajahnya. Jelas sudah ia sudah fokus lagi belajar.
**
Sementara itu di tempat lain.
Mener dengan paksa mendudukan Rio di tengah lalu naik dan duduk kepangkuan cowok itu dan mencengkeram rahangnya Rio supaya mendongak ke atas, “Yang bener aje lu penjahaaaaaaat!! Sejak kapan lo pacaran sama Ratu Bhakti Putra haaaaahhh!!”
Di belakangnya, Abbas melingkarkan lengannya di sepanjang leher Rio sambil menggeram.
“Kagak bilang-bilang sama kita pula, lo beneran temen bang sat!” desis Abbas penuh kebencian.
“Apa yang terjadi sebenarnya nih? Ada konstipasi apa di balik ini semua?!” seru Agung.
“Konspirasiiiii!” ralat semuanya.
“Konsiterasi!” seru Agung.
“Dahlah, bodo!” Meneer beralih kembali ke Rio, “Jawab sejak kapan dan gimana ceritanya! Hah?! Gimana prosesnya? Lo main dukun? Ato cara gertak? Ada permainan bisnis nih pasti di belakang!” Seperti biasa, gaya Meneer sudah seperti penyidik mendapatkan pengedar narkoba untuk ditanya-tanyai. Maksa, obsesif, dan sedikit impulsif.
Sementara Rio hanya cengengesan melihat tingkah teman-temannya.
Junot bergabung sambil menghisap es loly bermerk Kiko “Pantesan nih ya kemarin tuh gue heran kenapa juga Anggun gabung waktu kita diskusi masalah ekonomi itu. Dia kan Tim Slay, kita Tim Savage. Udah ada feeling gue. Tapi belum tahu ada apa’an,” desis Junot.
(Slay artinya Elit,keren, elegan. Kalau Savage artinya kejam, liar, atau brutal).
“Hm,” gumam Rio.
“Hoooo... bentaaar, coba gue pikir. Anggun sewot tuh waktu itu. Jangan-jangan... dia cemburu ye karena lo belajar sama Bu Ariel! Bener kaaaan? Kaaaaan!!!” seru Mener sambil menggoyang-goyangkan kepala Rio.
Rio masih mesem-mesem geli.
“Wah gila, jadi jadiannya sebenernya udah lama dong? Eh ngaku lo jangan cengar-cengir aje!” desis Abbas kesal.
“Iyaaa,” jawab Rio.
“Iya? Iya apa? Fishy banget lo Iya doang! Jawaban basi nggak nggenah begitu gue benci! Jawab yang lengkap woeee!” Meneer mengguncang-guncang Rio.
“Lu nangkring di pangkuan gue berat anjay. Mending gue mangku Anggun sekalian!”
“Eeeeeh eh eh eh, udah berani berbuat ya nih anak gila! Berani protes lu?! Berdosa banget loooo!” seru Meneer.
Rio hanya cekikikan.
mewakili netijen