SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. JEJAK DI KOMPLEKS MATI
Angin malam bertiup dari arah barat, membawa bau asin samar dari laut yang jauh. Di tengah padang aspal retak dan gulma yang tumbuh liar, sebuah kompleks industri tua berdiri seperti kota hantu. Dinding beton yang mengelupas dan jendela pecah memantulkan cahaya bulan, membentuk bayangan tajam di tanah berdebu.
Lucas berdiri memandangi deretan bangunan itu. Napasnya terlihat tipis di udara dingin. Di sampingnya, Zen memeriksa peta digital di tablet, sementara Kellan menurunkan thermal scanner dari bahunya. Sean, yang sejak tadi diam, hanya menatap ke arah gelap di ujung jalan.
"Kompleks Haven Biotech," Zen berkata lirih. "Data lama menyebutkan laboratorium utama ada di blok F. Jika informasi ini benar, mereka melakukan eksperimen anak-anak di sini yang diambil dari yayasan Dawson, sebelum semuanya ditutup mendadak," lanjutnya.
Lucas menoleh padanya. "Tidak ada yang ditutup mendadak tanpa alasan. Kita cari tahu apa yang mereka sembunyikan."
Mereka berjalan perlahan menyusuri jalan utama kompleks. Suara langkah sepatu berderit di atas aspal bercampur pasir. Setiap bangunan tampak sama; sunyi, retak, dan ditinggalkan. Tapi ketika mereka mendekati blok F, suasana berubah. Udara lebih berat. Bau logam berkarat bercampur dengan aroma kimia tua yang masih tertinggal.
Kellan mengangkat scanner. "Tidak ada tanda panas manusia. Tapi, ada beberapa area yang terdeteksi dingin abnormal. Seperti ruang penyimpanan yang masih berfungsi."
Lucas memercepat langkahnya. Di depan mereka berdiri sebuah bangunan rendah dengan plakat besi yang huruf-hurufnya hampir hilang.
'HAVEN BIOTECH RESEARCH FACILITY, BLOCK F.'
Pintu logamnya tertutup rantai.
Tanpa bicara, Lucas mengeluarkan pemotong rantai dari tas yang ia bawa. Suara besi yang tergigit alat itu terdengar keras di tengah kesunyian. Begitu rantai jatuh, ia mendorong pintu. Engsel berkarat berteriak panjang, memantul di lorong kosong.
Begitu mereka melangkah masuk, dunia luar seolah hilang. Bau lembab dan logam memenuhi hidung. Lampu senter menyorot dinding putih kusam yang kini berubah abu-abu. Panel-panel listrik berdebu, sebagian terbuka memerlihatkan kabel yang menjuntai seperti akar.
Zen berbisik, "Tempat ini lebih seram dibandingkan rumah hantu."
Lucas tidak menjawab. Matanya menyapu setiap sudut. Ada sesuatu yang membuat dadanya tegang, bukan hanya karena ini tempat kosong, tapi karena ia merasa sesuatu pernah terjadi di sini. Sesuatu yang gelap.
Lorong panjang membawa mereka ke sebuah ruangan besar yang penuh rak besi. Sebagian rak roboh, sebagian masih berdiri kokoh dengan kotak-kotak dokumen berlapis debu. Di lantai, kertas berserakan, beberapa sudah hancur dimakan lembab.
Kellan bersiul pelan. "Ini arsip? Banyak sekali. Kalau semua ini tentang Project Dandelion, kita butuh waktu berhari-hari untuk mengeceknya."
Lucas membuka salah satu kotak. Foto-foto hitam putih, laporan medis, dan catatan neurologis memenuhi map berlabel. Nama di bagian atas halaman membuatnya menegang.
Seraphine Vale, Subject #47.
Nama itu semakin membuat Lucas yakin kalau Seraphine bukan hanya berhubungan dengan Dandelion Project yang masih mereka selidiki tujuannya, tapi juga Seraphine adalah salah satu objek projek tersebut.
Zen meraih map lain dan menaruhnya di atas meja logam berkarat. Ia membuka halaman pertama dengan hati-hati, menghindari kertas rapuh itu robek.
"Menemukan sesuatu?" tanya Sean yang juga masih melihat dan mencari hal yang menarik perhatian dalam tumpukan arsip yang berserakan.
"Ya,Ini laporan lengkap. Mereka mencatat setiap prosedur, stimulasi saraf, manipulasi genetik, dan ...." Zen berhenti sejenak, menelan ludah dan melanjutkan, " uji coba yang jelas tidak legal."
Lucas menunduk membaca cepat atas apa yang ia temukan barusan. Foto Seraphine di halaman pertama menampilkan seorang anak perempuan berambut panjang, mungkin berusia enam atau tujuh tahun. Di bawahnya ada catatan medis,
'Respon subjek tinggi.
Status: Potensi kognitif meningkat signifikan.
Kategori: Dandelion Prime Candidate.'
"Dia bukan sekadar korban," gumam Lucas. "Ternyata benar, mereka menjadikan Seraphine salah satu eksperimen."
Sean, yang sejak tadi diam, menunjuk pada stempel merah besar di sudut bawah yang bertuliskan: PROJECT DANDELION; CLASSIFIED.
"Kalau ini sampai keluar, berarti semua rumor tentang Dandelion benar,” kata Sean pelan, tidak mengira akan menemukan satu kegilaan dunia ini lagi.
Zen tidak berhenti mencari. Ia menarik kotak lain dari rak bawah. Debu menutupi wajah saat ia membuka tutupnya. Di dalam kotak terdapat map berwarna hitam mencolok di antara tumpukan dokumen abu-abu. Tidak ada label selain kode: SUBJECT #03. INCOMPLETE DATA.
"Ini berbeda." Zen meraih map itu, lalu membukanya di meja.
Halaman pertama tidak memiliki foto jelas, hanya siluet seorang anak kecil dengan kain menutupi mata. Di bawahnya, huruf tercetak rapi dengan tulisan:
Name: Dawson, C.
Age: 4
Status: Experimental Candidate
Classification: Sensitive.
Lucas menghentikan setiap gerakannya saat mendengar ucapan Zen barusan. "Dawson. C?"
Zen mengangkat wajahnya. "Bisa jadi siapa saja. Nama Dawson cukup umum."
Tapi Lucas merasakan sesuatu di dadanya. Dinginnya tidak wajar. Jemarinya mengambil map itu, membalik setiap lembar. Laporan medisnya tidak lengkap, banyak halaman terpotong. Namun satu catatan membuat napasnya tercekat:
'Neural Sensory Modification, Visual Cortex Suppression.
Status: Candidate menunjukkan resistensi di luar prediksi.
Efek samping: kebutaan fungsional sementara.'
Kata-kata itu menancap seperti jarum di dada Lucas. Kebutaan.
Zen memerhatikan wajah Lucas yang mulai menegang. "Lucas, kau kenapa?"
"Lihat ini," Lucas menunjuk bagian bawah halaman. "Subject #03 menunjukkan potensi lebih tinggi dibanding subjek lainnya. Direkomendasikan untuk pengawasan ketat hingga fase berikutnya." Kalimat itu berhenti mendadak, kertasnya tercabik.
Kellan bersuara cepat, "Kalau file ini benar, artinya putri keluarga Dawson bernama Camellia itu pernah menjadi bagian dari Dandelion Project."
Lucas mengepalkan tangan. Bayangan wajah Camellia muncul di pikirannya, senyumnya yang tenang, caranya meraba udara untuk mencari arah, suaranya yang lembut saat memanggil nama Lucas. Rasanya seperti ada seseorang yang menyiram es ke tubuh Lucas ketika tahu kalau gadis lembut itu adalah objek eksperimen.
Jadi kebutaan itu bukan hanya takdir? Mereka yang melakukannya padanya? batin Lucas dengan gemuruh amarah dalam dirinya saat kemungkinan itu benar.
Tiba-tiba suara berderit terdengar dari lorong. Zen mematikan lampu tambahan. Semua menahan napas. Ada sesuatu bergerak di luar ruangan, langkah pelan, diseret.
Kellan berbisik hampir tak terdengar, "Kita tidak sendirian."
Lucas meraih map hitam itu dan menyelipkannya ke dalam tasnya. "Kita harus keluar sekarang."
Suara itu semakin dekat, gesekan logam di lantai, diselingi bunyi dentingan kecil. Zen memberi isyarat agar semua merunduk di balik rak. Lampu senter mereka padam, menyisakan kegelapan total kecuali cahaya samar bulan yang menembus jendela pecah.
Lucas mendengar napasnya sendiri. Ia meraih pistol dari pinggang, menahan di dadanya. Jantung pria itu berdetak keras, tapi pikirannya tetap fokus pada satu hal yaitu harus membawa file ini keluar, jangan sampai hilang.
Bayangan panjang melintas di ujung ruangan. Bukan hewan. Terlalu tegak. Seseorang ada di sini.
Kellan menahan napas. Sean perlahan menggeser posisi untuk mengintip. Dari sela rak, mereka melihat siluet seseorang mengenakan mantel panjang dan topeng respirator. Di tangannya, senter kecil menyapu lantai seolah mencari sesuatu.
Lucas menekan tombol di komunikator kecil di telinganya. Suara hampir tak terdengar, "Kita mundur. Ikuti aku."
Mereka bergerak perlahan menuju pintu belakang. Setiap langkah terasa seperti memotong udara. Rak berderit ringan saat Zen menyentuhnya untuk keseimbangan.
Tiba-tiba, sebuah kaleng berkarat terguling dari atas rak, jatuh ke lantai dengan suara keras.
Pria bertopeng itu langsung menoleh. Sinar senternya menyilaukan. "Siapa di sana?!" suaranya serak, seperti distorsi elektronik.
Lucas tak menunggu lebih lama. "Lari!"
Mereka berlari keluar lorong. Senter-senter kembali menyala, menyapu dinding. Suara langkah mereka menggema, bercampur teriakan pria bertopeng di belakang.
"Berhenti!" teriaknya, diikuti suara klik; mungkin senjata.
Zen menoleh cepat. "Dia bersenjata!"
Mereka berbelok ke lorong sempit. Lucas menarik napas cepat, memikirkan jalur keluar. "Tangga darurat, kiri!"
Kellan menghantam pintu logam. Berkarat, tapi terbuka dengan dorongan keras. Mereka naik tangga sempit menuju lantai atas, langkah mereka membentur besi tua yang bergetar.
Di bawah, suara pria itu semakin jauh, tapi Lucas tahu ia tidak sendiri. Kalau satu orang di sini, pasti ada lebih banyak.
Mereka mencapai pintu di lantai dua. Lucas membukanya perlahan. Di baliknya, ruangan luas penuh kaca laboratorium pecah dan meja logam berserakan. Di dinding, ada panel dengan simbol Dandelion Project yang sudah pudar.
Lucas menatapnya sejenak. Rasa marah, ngeri, dan ketakutan bercampur. Camellia pernah di sini. Anak sekecil itu ... sendirian di tempat ini.
Zen menyentuh bahunya. "Lucas, fokus. Kita harus keluar dulu."
Benar, Lucas harus fokus sekarang. Ia tidak boleh membiarkan file yang menjadi salah satu bukti dari eksperimen ilegal ini hilang. Lucas harus mencari kebenaran akan Seraphine dan Camellia. Benarkah mereka menjadi objek tindakan ilegal dan apa tujuannya? Lucas terus berlari bersama Zen dan yang lain dengan pikiran penuh.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee