Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab31
Sudah sejak 3 tahun, hidupnya terasa hampa. Setelah 3 tahun kepergian wanita yang dicintainya, hidupnya penuh penyesalan.
Lelaki 30 tahun itu, tak pernah lagi merasakan yang namanya kehangatan keluarga, tak pernah lagi merasakan pelukan dari kedua orang tuanya. Dan dia sadar ini memang kesalahannya. Hingga membuat wanita yang dicintainya pergi.
Setiap kali dia ingin masuk kerumahnya langkahnya selalu dihadang satpam karna Aska melarang Raffael masuk. Dan yang hanya Raffa bisa lakukan ketika merindukan kedua orang tuanya adalah berdiam diri dimobil memandang rumah yang selalu ingin dia masuki.
Raffael, tak pernah berhenti untuk mencari Lila. Dia menyuruh orang-orangnya mencari kesemua plosok Indonesia, namun setelah 3 tahun pencariannya tak ada hasil. Dia pun juga turun tangan untuk mencari Lila. Dia membagi waktu antara bekerja dan mencari Lila.
Dia bersumpah pada dirinya sendiri, jika dia menemukan Lila. Dia akan bertanggung jawab, dan menyerahkan hidupnya pada Lila dan anaknya.
Dia sudah memutuskan hubungannya dengan Riana. Tepatnya Riana lah yang meminta putus. Riana sadar, dan tau bagaimana betul rasanya menjadi wanita hamil tanpa ayah dan Riana merelakan Raffael. Riana juga berharap Raffael segera menemukan Lila. Mereka pun kini hanya berteman. Riana sudah tak memikirkan harta lagi, dia sudah bekerja dan fokusnya hanya membesarkan putranya.
Dan hari ini seharusnya dia ke Korea untuk bekerja sama dengan perusahaan disana. Namun saat dia masih berada dikantornya dan akan pergi menuju bandara, seseoarang menelponnya.
Raffael menyuruh salah satu pembantu dirumah kedua orang tuanya untuk memberi tau jika ada kabar tentang Lila, tentu saja tanpa sepengetahuan Aysel dan Aska. Raffael hanya khawatir jika dia tak bisa lagi bertemu dengan Lila, jika keluarganya menemukan Lila terlebih dahulu.
Mendengar Lila sudah pulang kerumah Raffael segera menyambar kunci mobil dan keluar dari ruangannya.
"Kita tunda keberangkatan ke Korea," ucap Raffael pada sekertarisnya yang bernama Malik.
"Tapi pak ..." ucapan Malik terpotong karna Raffael sudah terlebih dahulu pergi tergesa-gesa.
Malik pun hanya bisa menghembuskan napas kasar.
Raffael memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, dia berteriak dan terus membunyikam klakson saat menemukan kemacetan, mengingat padatnya kendaraan ketika sore hari.
Dan akhirnya dia sampai, didepan rumah orang tuanya. Dia turun dari mobil menghampiri pos satpam.
"Buka gerbang, aku ingin masuk!" titah Raffael yang berbicara lewat kotak kecil karna pos satpam berasa dibelakang gerbang.
Satpam pun keluar gerbang, untuk mencegah Raffael masuk seperti biasanya dan tentu saja itu karna perintah Aska.
"Maaf Tuan, tapi tuan besar tak mengijinkan anda masuk," balas satpam tersebut.
Tanpa menjawab lagi ucapan satpam tersebut, Raffael langsung masuk lagi ke mobilnya. Namun bukan untuk pergi, dia memajukan mobilnya tepat didepan satpam yang tengah berdiri didepan gerbang.
Raffael melongokan kepalanya pada jendela mobil. "Buka gerbangnya, atau aku akan menerobosnya!" titah Raffael dengan tegas. Dia tak main-main dengan ucapannya. Jika satpam tak membukakan gerbangnya dia berniat menabrakan mobilnya agar gerbang itu terbuka.
Tapi beruntung satpam membuka gerbangnya karna takut dengan ancaman Raffael.
Sedangakan Lila.
Saat masuk kedalam rumah Aysel langsung mengajak Lila untuk makan. Aysel sudah menyuruh koki untuk masak semua makanan kesukaan Lila. Dan kini mereka semua sudah berada dimeja makan. Dengan Lyo yang masih berada dipangkuan Bram.
Saat duduk, Lila tertunduk dia meremas kedua tangannya. Matanya berkaca-kaca saat melihat semua makanan yang berada dimeja makan. Dia tak menyangka setelah 3 tahun hidupnya penuh perjuangan dia bisa bertemu keluarganya lagi dan bisa memakan makanan enak, yang sudah 3 tahun tak pernah dia makan. Saat dipanti, makan hanya dengan telor saja sudah sangat mewah untuknya dan untuk putranya.
Ekpresi Lila tak luput dari pandangan semua orang yang berada dimeja makan. Keinya langsung mengemggam tangan putrinya.
"Apa kau mau mamih menyuapimu?" tanya Keinya yang mengerti apa yang sedang dirasakan oleh putrinya.
Lila mengangkat kepalanya dan menggeleng, "Aku akan makan sendiri, mamih," balas Lila dengan terseyum.
Saat Keinya akan mengambilkan nasi untuk Lila, terdengar suara orang berlari. Dan itu adalah Raffael.
Semua orang langsung melihat kearah Raffael, mata Raffael langsung tertuju pada Lyo yang sedang duduk dpangkuan Bram.
Saat Raffael melihat kearah Lila, Lila pun juga melihat kearah Raffael. Raffael memandang Lila dengan tatapan sendu dia langsung meneteskan air mata saat melihat Lila.
Berbeda dengan Raffael, tubuh Lila langsung bergetar saat melihat Raffael, seketika semua ancaman Raffael terngiang-ngiang kembali. Dengan panik Lila bangkit dari duduknya dan berlari kearah Bram dan langsung mengambil Lyo dari pangkuan papihnyam. Dia berlari dengan kencang sambil memangku Lyo kearah kamar yang tak jauh dari ruang makan.
Bram mengepalkan tangannya. Saat dia akan bangkit untuk menghampiri Raffael. Langkahnya terhenti karna istrinya sudah mendahului langkahnya.
Keinya maju dengan emosi kehadapan Raffael, dan Plak. Satu tamparan kembali mendarat di pipi mulus Raffael.
"Beraninya kau menampakan lagi dirimu!" teriak Keinya dengen emosi.
"Pergi dari sini, dan jangan pernah berani menampakan dirimu lagi didepan putriku!" Keinya kembali berteriak dihadapan Raffael.
Saat Keinya berbalik badan, Raffael memegang tangan Keinya. Dan saat Keinya berbalik untuk menghempaskan tangan Raffael. Raffael langsug berlutut dihadapan kakannya.
"Kaka, ijinkan aku bertanggung jawab pada Lila dan juga anakku," ucap Raffael, dengan terisak. Hati Raffael hancur saat melihat Lila ketakutan saat bertemu dengannya.
"Bahkan, nyawa mu saja takan cukup untuk menebus kesalahanmu pada putriku," ucap Keinya dengan sinisnya.
Setelah masuk kekamar, Lila langsung duduk dilantai disisi ranjang. Dia memeluk tubuh Lyo dengan erat. Lila menangis tersedu-sedu karna takut bahwa Raffael akan membunuhnya dan membunuh Lyo.
Dia terus mendekap tubuh putranya dengan erat hingga Lyo kehabisan napas dan Lyo pun menangis.
"Tenang sayang, Bunda akan mengajakmu pergi dari sini. Kita akan kembali kepanti asuhan agar dia tak bisa melukai kita," ucap Lila dengan berderai air mata. Tubuhnya masih bergetar hebat dan Lyo juga ikut menangis.
Tak lama Bram dan Keinya masuk kekamar. Di titik ini dia benar-benar merasa gagal menjadi seorang ayah. Bram ikut berjongkok.
Dia mengambil Lyo yang sedang menangis dari pangkuan Lila, namun dengan cepat Lila menangkis tangan papihnya.
"Papih, kumohon jangan ambil Lyo, jangan berikan putraku pada Raffael. Dia akan membunuh Lyo. Hanya putraku yang aku punya sekarang," ucap Lila masih dengan berderai air mata.
"Lila, takan ada yang akan mengambil Lyo darimu. Dia menangis karna ketakutan melihatmu. Berikan pada mamih, agar mamih bisa menenangkan Lyo."
Lila pun luluh, lalu Bram membawa Lyo dan memberikannya pada Keinya.
"Papih, kumohon ijinkan aku pergi lagi dari sini. Tempatku bukan disini. Aku ingin kembali ke panti. Aku berjanji jika suatu saat orang lain mengetahui aku mempunyai anak diluar nikah, aku akan mengakui bahwa aku bukan anak kandung papih, sehingga papih dan mamih takan malu jika aib ku terbongkar," ucap Lila dengan tangisan yang lebih kencang.
masih ada bawang gays
tetep nyesekk