Kharisna Nadia Putri gadis berhijab memiliki gaya yang tomboi yang selalu di panggil dengan Nama Nana ,namun di balik gaya yang tomboi dia memiliki hati yang lembut.
Selain jago bela diri Nana juga jago memasak dan juga jago bernyayi.
penasaran dengan kisah nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isnawatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Penyesalan
Tuan Mahesa meminta Romi untuk selalu menjaga keselamatan cucu-cucunya dan juga sang menantu. Dia tidak ingin sampai Jhon tau keberadaan dari mereka. Setelah informasi yang Romi berikan sudah cukup Tuan Mahesa mengerjai Romi dengan membujuknya untuk menikahi Linda sekretarisnya, namun Romi malah salah tingkah dengan ucapan dari Tuannya itu.
"Romi sampai kapan kamu terus menduda ??usia kamu hampir kepala empat sudah sepuluh kamu mennduda apa kamu tidak memiliki gairah untuk menikah lagi, atau jangan-jangan kamu...." Tanya Tuan Mahesa terputus langsung di jawab Romi
" Saya laki-laki normal tuan ... Tapi saya belum bisa menikah tuan "
" Kenapa "
" Karena saya ingin membalas dendam atas kematian Nanda Istriku Tuan, aku ingin melenyapkan bajingan itu yang telah membunuh orang yang sangat aku cintai tuan" ucap Romi dengan amarah dendam yang berapi-api.
"Bukalah hatimu jangan biarkan dendam menguasai dirimu, Nanda akan sedih melihat dirimu kesepian tanpa ada yang mendampingi mu"
" Tapi tuan "
" Romi jangan sampai kau menyesal karena dia" Tuan Mahesa menunjuk Linda yang berada di luar ruangan nya sedang fokus mengerjakan pekerjaannya. Ruangan Tuan Mahesa dibatasi dengan dinding kaca yang tebal.
" Karena Linda sangat menyukai mu, jangan sampai kau menyesal setelah dia pergi bersama orang lain yang lebih perduli padanya" Tuan Mahesa menepuk Bahu Romi yang terdiam.
" Jangan seperti aku ... Aku telah membuang anak serta menantuku sendiri tanpa aku harus mendengar semua penjelasan dari mereka dan bodohnya aku kenapa disaat itu aku harus percaya dengan si keparat Jhon" Tuan Mahesa mencengkram kursi kerjanya.
"Setelah semua terbongkar dan aku ingin minta maaf ke mereka tapi aku terlambat..." Tuan Mahesa menundukkan wajahnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya
" Anakku telah meninggal, rasanya aku ingin menghukum diri ku sendiri karena aku lebih percaya dengan orang lain di bandingkan dengan anak ku sendiri" penyesalan yang dalam dirasakan oleh Tuan Mahesa.
Flashback On
Tuan Mahesa mengingat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu dimana hari itu ia terakhir kalinya melihat sang anak.
Diruang keluarga Tuan Mahesa sedang marah-marah kepada anak satu-satunya. Tuan Mahesa tidak setuju dengan hubungan antara Darmawan dan Dina
" Papa mohon kamu tinggalkan perempuan itu awan" ucap Tuan Mahesa meninggi
"Tidak pa .... Awan tidak akan meninggalkan pernah meninggalkan Dina"
" Apa kamu tau siapa perempuan licik ini ..." Tuan Mahesa menunjuk ke arah Dina yang dari tadi hanya terdiam dan menangis disamping Awan
" Ini......." Tuan Mahase melemparkan beberapa foto Dina sedang membawa kotak
" Hem...... Jadi papa lebih percaya dengan foto-foto ini yang berikan oleh Jhon " Awan senyum smrik
" Awan lebih percaya dengan Dina di banding dengan pengawal Papa yang licik itu" Awan berdiri dan menunjuk ke arah Jhon
" Apa maksud kamu Awan" suara Tuan Mahesa kembali meninggi
" Iya dia mencoba untuk menghancurkan keluarga kita dengan menuduh Dina sebagai pencuri perhiasan Mama.... Dan satu hal yang harus Papa ketahui bahwa pengawal bresek Papa satu ini ingin menghancurkan usaha Papa dan dia juga ingin menggantikan Papa sebagai pemimpin Mafia Hariamau Putih" Jelas Awan Tuan Mahesa tidak terima dengan penjelasan Awan
" Cukup Awan..... Sekarang kamu pilih Papa atau Perempuan itu" Suara Tuan Mahesa menggelegar diruangan tengah
"Jika kamu pilih Papa maka kamu harus tinggalkan perempuan itu, Jika kamu masih tetap dengan pilihan mu maka saat ini silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah untuk kembali lagi"
" Awan pilih yang kedua Awan akan tetap bersama dengan Dina, satu hal yang harus Papa ingat suatu saat Papa akan tahu kebusukan dari orang-orang kepercayaan Papa itu, dan Papa akan menyesali semuanya, dan Awan akan hidup bahagia tanpa harus ada campur dari Papa" Awan memegang tangan Dina dan mengajaknya untuk keluar dari rumah.
"Sayang ayo ikut aku, insyaallah kita akan hidup bahagia diluar sana ... Kamu jangan sedih" Awan mengusap air mata yang jatuh di pipi Dina.
" Iya mas " Awan menggandeng tangan Dina. Mereka keluar dari rumah. Sayup-sayup terdengar suara ibu Erni Mama Awan memanggil
"Awan...... Awan.... Kembali Nak .... Kembali......" Awan tak sedikit pun menoleh kebelakang
"Dina...... Jangan pergi Nak...... Awan.....Awan..." Ibu Erni berteriak sambil menangis memanggil putra satu-satunya yang pergi karena keangkuhan suaminya.
Semenjak kejadian itu Awan dan Dina tidak di ketahui keberadaan. Ibu Erni selalu menangis mengingat kejadian itu
Flashback Off
" Tuan saya permisi " Suara Romi menyadarkan Tuan Mahesa
" Baiklah...." Jawab Tuan Mahesa dan Romi meninggalkan ruangan. Disaat dia akan melewati meja kerja Linda, terdengar Linda sedang mendengarkan musik terlihat dari headset terpasang di telinganya dan Linda mengikuti lagu tersebut dengan penuh penghayatan
Suara Linda membuat Romi berhenti dan menikmati Suara sekretaris Tuan Mahesa
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Sungguh berat aku rasa
Kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa hidup
Tanpa dia
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Ku tahu rumus dunia
Semua harus berpisah
Tetapi kumohon
Tangguhkan
Tangguhkanlah
Bukan aku mengingkari
Apa yang harus terjadi
Tetapi kumohon
Kuatkan
Kuatkanlah
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Sungguh berat aku rasa
Kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa
Hidup tanpa dia
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Ku tahu rumus dunia
Semua harus berpisah
Tetapi kumohon
Tangguhkan
Tangguhkanlah
Bukan aku mengingkari
Apa yang harus terjadi
Tetapi kumohon
Kuatkan
Kuatkanlah
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Sungguh berat aku rasa
Kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa
Hidup tanpa dia
Kalau sudah tiada
Baru terasa
Bahwa kehadirannya
Sungguh berharga
Romi mendekati meja Linda dan mengetuk meja Linda, sontak membuat Linda kaget dan buru-buru membuka headset dari telinganya
"I..... iya pak ada yang bisa saya bantu" tanya Linda terbata-bata
"Lumayan..... suara kamu cukup merdu..." Ucap Romi yang langsung masuk ke dalam lift. Seketika wajah Linda memerah bak udang rebus.
Tuan Mahesa yang dari tadi melihat tingkah Romi dan Linda hanyak bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.