Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 34 - Pulang ke Rumah
Mereka pulang ke rumah menggunakan taksi online. Tia sedikit
terkejut. Dia berpikir Rizal akan menjemputnya dengan sepeda motor. Benarkah
laki-laki ini baru datang dari luar kota dan langsung datang menjemputnya?
Sebenarnya apa pekerjaan laki-laki ini? Apakah pekerjaan buruh juga diharuskan
ke luar kota?
Tia menggeleng-gelengkan kepalanya. Sekarang pekerjaan Rizal
tidak lagi menjadi hal penting untuk diketahuinya. Hal yang paling penting
adalah laki-laki itu tidak membuangnya. Laki-laki itu tidak meninggalkannya. Laki-laki
itu masih menginginkannya. Sepertinya dia harus memperlakukan laki-laki itu
dengan baik mulai sekarang.
“Besok Adek sudah kerja lagi ya?” Tanya Rizal, berusaha
memecah keheningan di antara mereka.
“Iya…” Tia membalas pendek. Bukan maksudnya untuk menjawab
pendek, tapi dia bingung harus berkata apa.
“Sayang sekali. Adek sudah cuti lama tapi Mas gak bisa
dampingin Adek…”
“Bukannya memang sengaja?”
“Sengaja gimana Dek?” Rizal bertanya bingung, namun Tia tidak
menjawab. Dia tidak ingin bertengkar dengan laki-laki ini. Rizal memegang
lengan Tia ketika perempuan itu akan masuk ke kamarnya.
“Dek… Adek masih marah? Mas minta maaf ya. Mas yang salah
Dek. Tolong jangan pergi ya…”. Rizal berkata dengan suara menghiba. Tia tidak
mengerti dengan laki-laki ini. Di suatu
waktu akan terlihat begitu mencintainya, tapi di saat lain akan
meninggalkannya. Kemudian hari ini laki-laki ini kembali mencintainya? Apa
maunya? Kenapa sikapnya selalu berubah-ubah?
“Kenapa sikapmu selalu berubah-ubah Mas? Sebenarnya dirimu
yang asli yang mana? Jangan membuatku bingung Mas.”
“Berubah-ubah gimana Dek? Sikapku yang mana yang membuatmu
bingung Dek?” Rizal kebingungan.
“Sudahlah Mas, tidak perlu dibahas lagi. “ Tia melepaskan
lengannya dari genggaman tangan Rizal dan masuk ke kamar. Rizal membuntuti dari
belakang.
“Dek… Masalah malam di Malang itu Mas yang salah. Mas
seharusnya tidak melakukan hal seperti itu. Mas minta maaf…”
“Jangan dibahas lagi Mas. “
“Sikapku yang mana yang membuatmu bingung Dek? Sikapku yang
mana yang berubah-ubah? Seingatku kalau berhubungan denganmu, Aku selalu
konsisten dengan sikap-sikapku.”
Tia menatap dengan marah.
“Konsisten? Meninggalkan istrinya dirumah keluarganya selama
berhari-hari dan juga tidak pernah menghubungi, apa itu yang disebut konsisten
Mas?!”
“Mas pergi keluar kota karena ada kerjaan Dek. Mas sudah
berusaha untuk pamit, tapi Adek tidak memberikan kesempatan. Mas juga sudah
berusaha menghubungi, tapi Adek sepertinya memblokir nomorku. Tapi itu wajar, mengingat
perbuatanku di Malang jadi wajar saja kalau nomorku diblokir.”
“Apa? Di blokir?” Tia bertanya bingung.
“Iya Dek. Adek sepertinya memblokir nomorku. Karena tidak
bisa menghubungi Adek, akhirnya Mas menghubungi nenek…” Tia tidak begitu
mempedulikan kata-kata Rizal. Dia cepat-cepat mencari HP nya dan mengecek nomor
yang diblokirnya. Dan benar saja, ada nomor Rizal disana.
Akhhh… betapa bodohnya dirinya? Selama ini dia selalu
menyalahkan Rizal. Menganggap Rizal membuangnya karena sudah meninggalkannya
dirumah nenek dan tidak menghubungi selama berhari-hari. Ternyata laki-laki itu
bukan tidak menghubungi, tapi tidak bisa menghubungi karena ulahnya sendiri.
Tia tertunduk malu.
“Dek, jangan marah lagi ya… Mas janji tidak akan melakukan
hal seperti itu lagi. Mas akan melakukan appapun yang Adek mau asalkan Adek
tetap disini…” Tia mengangguk. Wajahnya masih tertunduk malu. Dia terlalu malu
untuk melihat wajah Rizal. Sepertinya mereka saling salah paham. Rizal
menganggapnya masih marah karena kejadian di Malang, maka dari itu Rizal
menganggapnya wajar bila nomornya diblokir olehnya. Sedangkan dia sendiri
menyangka Rizal sudah membuangnya karena sudah berhasil mendapatkan tubuhnya.
Meninggalkanya dirumah nenek sendiri dan tidak menghubunginya berhari-hari,
padahal kesalahan itu ada padanya. Tia menghela napas lega. Sepertinya
laki-laki ini memang masih peduli padanya.
Rizal tersenyum puas. Dia lega istrinya tidak akan
meninggalkannya. Selama di luar kota, dia selalu ketakutan bahwa istrinya itu
akan memintanya untuk bercerai. Namun hal yang ditakutkannya tidak menjadi
kenyataan. Dia berjanji tidak akan menyentuh istrinya lagi sampai wanita itu benar-benar
bisa meneriman dan mencintainya.
***
Pagi itu Tia bangun pagi sekali. Setelah sholat dia pergi ke
warung dekat rumah untuk belanja sayur-mayur. Selama beberapa bulan ini dia
tidak pernah melakukan kewajiban sebagai seorang istri dengan baik. Dia jarang
sekali memasak untuk suaminya. Lebih banyak Rizal yang memasak untuknya. Dia
merasa malu untuk itu.
Meskipun tidak memiliki kemampuan memasak dengan baik, dia
berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dia memasak masakan yang mudah dimasak.
Sayur sop, ayam goreng dan sambal. Kemudian dia memasukkan makanan itu dikotak
bekal.
Rizal terbangun dan merasa takjub melihat istrinya sudah
berada didapur. Dia senang istrinya kembali memasak untuknya.
“Saya mandi dulu Mas. Untuk bekalnya ada dimeja.” Tia
menunjuk meja yang dimaksud dan bergegas ke kamar mandi. Rizal tercengang.
Istrinya membuatkannya bekal?! Yeeesss!! Untuk beberapa bulan
ini, dia merasa ini pertama kalinya istrinya memperhatikannya. Rizal mengambil
kotak bekal itu dan memeluknya, seolah-olah itu kotak harta karun yang
berharga.
Seperti biasa, Rizal mengantar istrinya berangkat kerja.
Mereka saling terdiam, tapi dihati masing-masing terpancar kehangatan. Keduanya
sama-sama bahagia. Rizal bahagia karena istrinya membuatkannya bekal, sementara
Tia bahagia karena bisa bersama Rizal lagi.
Sesampainya dikantor, biasanya Tia akan turun dari motor dan
langsung masuk ke gedung kantor. Tapi kali ini dia tidak bersikap seperti itu. Sebelum
masuk ke gedung kantor, dia mengambil tangan Rizal dan menciumnya. Hal yang
dilakukan kebanyakan seorang istri ketika suaminya akan berangkat kerja.
Rizal hanya bisa tercengang. Sebelum dia mendapatkan
pikirannya kembali, wanita itu sudah berlari menjauh darinya. Rizal tak bisa
berkata apa-apa. Pagi ini ada dua hal yang membuatnya bahagia. Dan itu membuatnya
sangat terharu. Apakah istrinya mulai bisa manerimanya? Apakah kejadian di
Malang mengubah pandangan istrinya padanya? Semoga perubahan ini akan memberi
dampak yang lebih baik bagi pernikahan mereka.
Rizal melihat jam tangannya. Kemudian dia menelepon Fajar.
“Dimana Jar?”
“Sudah dikantor Pak. Apa perlu saya menjemput Bapak?”
“Tidak, tidak perlu. Apa Anna sudah datang?”
“Mbak Anna sudah datang dari setengah jam yang lalu Pak.”
“Apa ada karyawan lain yang sudah datang?”
“Belum Pak. Belum ada yang datang.”
“Baik. Suruh Anna siapkan baju-bajuku Jar.”
“Sudah siap Pak.”
“Ya sudah, Aku ke kantor sekarang.” Rizal menutup teleponnya
dan memacu motor bututnya ke kantor.
***
^ErKa^