NovelToon NovelToon
Crazy Rich Mencari Cinta

Crazy Rich Mencari Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:11M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Mengisahkan seorang crazy rich, Ditya Halim Hadinata yang memperjuangakan cinta seorang gadis dari keluarga biasa, Frolline Gunawan yang tidak lain adalah kekasih keponakannya sendiri, Firstan Samudra.

Ikuti terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Kita tinggal bersama

Raut kepanikan terlihat nyata di depan ruang IGD sebuah rumah sakit. Angella duduk termenung sembari menggigit kukunya, di sisi lain Frolline memeluk erat Ditya berdiri di depan pintu ruangan yang tertutup pintu kaca. Menangis sembari mengigit kemeja hitam Ditya supaya isaknya tidak terdengar keluar.

“Mama pasti baik-baik saja,” bisik Ditya pelan, mengusap punggung Frolline yang bergetar. Memeluk dan meyalurkan ketenangan dengan tubuh kekarnya.

Ada rasa bersalah mengumpul di dalam hatinya saat ini. Kalau saja dia tidak memaksa berbicara dengan Angella, mungkin peristiwa ini bisa dihindari.

Detik demi detik, waktu rasanya lama sekali berlalu. Frolline berulang kali menatap ke arah pintu kaca, sembari berdoa di dalam tangisannya. Setengah jam menunggu dalam kekhawatiran, akhirnya pintu itu pun terbuka.

Seorang pria mengenakan pakaian putih keluar dari kamar dengan wajah lelahnya dan tertunduk lesu.

“Maaf...”

Frolline sudah tidak mau mendengar kata-kata selanjutnya, menghambur masuk tanpa permisi. Bahkan menerobos, melewati sang dokter dengan tidak sopannya.

Langkah kakinya terhenti setelah melihat tubuh kaku mamanya. Terbaring tanpa ekspresi dan tanpa reaksi. Tubuh Frolline merosot turun ke lantai, luruh tidak bertenaga kala para perawat melepas satu persatu alat bantu yang menempel di tubuh mamanya.

“Schatzi..”

Tidak lama, Ditya ikut menerobos. Tatapannya terpaku beberapa detik pada tubuh membeku di atas brankar, sampai pandangannya teralihkan pada Frolline yang melemas, terduduk di lantai.

“Schatzi.., kamu baik baik saja?” tanya Ditya, bersimpuh dan mendekap erat tubuh kekasihnya yang sudah tidak bertenaga.

“Fro..” panggil Ditya kembali, menepuk pelan wajah Frolline yang hampir kehilangan kesadarannya.

Dunia Frolline gelap seketika. Saat itu juga dia kehilangan kesadaran. Suara terakhir yang didengarnya adalah suara Ditya yang memanggil namanya berulang kali.

***

Kelopak mata indah itu mengerjap beberapa kali sampai akhirnya membuka sempurna. Langit-langit berwarna putih dengan aroma khas rumah sakit menyambut Frolline di kesempatan pertama.

Tubuhnya masih melemah, kepalanya menoleh ke samping, beralih menatap gorden putih yang begitu tenang menjuntai turun sampai ke lantai. Terlihat pemandangan langit memutih, menandakan pagi sudah menjemput hari,

Tidak jauh dari sana, tampak Marisa sedang duduk dengan wajah sembabnya. Airmata wanita menuju umur setengah abad itu, terus mengalir tanpa tertahan. Sesekali menyekanya perlahan dengan tisu yang mengumpal di tangannya.

“Mami..” lirih Frolline lemah.

Setelah menguasai keadaannya, menyadari keberadaannya di kamar rumah sakit, Frolline mencoba bersuara. Kepingan kenyataan yang terjadi sebelum dunianya menghitam, belum terkumpul sempurna. Frolline masih terlalu bingung dengan keadaannya saat ini.

“Iya Sayang. Kamu sudah bangun?” Marisa mendekat, menarik kursi di samping brankar. Mengenggam tanga Frolline yang melemas di samping tubuhnya.

“Kenapa aku disini?” tanya Frolline, dengan polosnya.

Marisa tertegun, belum siap memberi jawaban. Membiarka Frolline mengumpulkan ingatannya seorang diri.

“Sabar ya, Sayang,” bisik Marisa, meneteskan air matanya kembali. Melihat Frolline yang begitu mirip dengan mamanya, rasa sesak begitu memenuhi rongga dadanya. Sahabat yang selama ini sudah dianggap keluarganya sendiri satu persatu pergi.

Jerit memekik Frolline bercampur air mata itu terdengar nyaring dan tiba-tiba.

“Mamaaaaaaa....!” teriaknya, langsung bangkit dari tidurnya. Menghiraukan kepalanya yang berputar. Meloncat turun dari brankar dengan jalan sempoyongan.

“Sudah Sayang. Yang sabar ya,” hibur Marisa, langsung memeluk Frolline layaknya putri kandungnya sendiri.

Gadis ini belum lama kehilangan papanya, sekarang dihadapkan dengan kehilangan mamanya. Rasanya belum lama, dia menemani mama Frolline yang terbaring lemas di rumas sakit saat kematian suaminya dan sekarang dia harus menemani Frolline juga.

Ingatannya kembali, memutar ulang kejadian beberapa minggu yang lalu. Saat berdua dengan Nyonya Gunawan. Wanita yang sekarang sudah menyusul kepergian suaminya itu sempat berpesan padanya untuk menjaga Frolline, putri satu-satunya.

Dia tidak bisa meninggalkan Frolline bersama Angella, yang jelas-jelas keduanya tidak memiliki hubungan darah. Frolline putri kandunganya, sedangkan Angella putri suaminya. Meskipun akhirnya Frolline menyandang nama Gunawan di belakang namanya, tetapi kedua kakak adik itu tidak memiliki hubungan darah.

Selama ini mereka berusaha menutupi dari semua orang, bahkan dari Angella dan Frolline sendiri. Hanya keluarga Samudra saja yang mengetahui rahasia ini. Rahasia yang mereka tutupi bersama selama dua puluhan tahun ini.

“Ditya mana?” tanya Frolline, setelah menghentikan isak tangisnya.

“Ditya sedang mengurus mamamu di rumah duka. Setelah semuanya selesai, dia akan menjemputmu disini,” jelas Marisa.

Rasanya tidak sanggup untuk mengatakannya, tetapi apapun yang terjadi, Frolline harus menerima kenyataannya.

***

Frolline masih terus menangis sampai hari menjelang siang. Marisa pun tidak pernah berhenti memeluk dan menguatkan dengan rangkaian kata.

“Aku mau menemui mama,” isaknya lagi.

“Iya, tunggu Ditya, sebentar lagi sampai,” sahut Marisa. Sudah bosan menghubungi sang adik, karena permintaan Frolline yang berulang kali mendesaknya. Kalau saja kondisi Frolline memungkinkan, dia sendiri yang akan mengantar ke rumah duka.

Tidak lama, terdengar bunyi pintu dibuka. Dan benar saja, Ditya masuk dengan pakaian yang sama dengan kemarin. Bahkan lelaki itu belum sempat pulang, belum sempat berganti pakaian apalagi membersihakan diri. Dari semalam, dia terlihat sibuk mengurus semuanya. Dari rumah sakit, sampai menyiapkan prosesi pemakanan.

“Schatzi..,”:sapa Ditya, berjalan mendekat. Mengambil alih Frolline dari pelukan sang kakak, berganti memeluk kekasihnya.

“Kamu sudah makan?” tanya Ditya lagi.

Dari arah pintu, terlihat Matt muncul dengan membawa kotak makanan di tangannya.

“Silahkan Bos,” sodor Matt. Menyerahkan kotak makanan itu ke pada Ditya.

“Aku tidak mau makan, aku mau bertemu mama,” lirih Frolline saat melihat Ditya membuka kotak berisi nasi campur lengkap itu.

“Makan sedikit, setelah itu aku akan membawamu bertemu mama,” bujuk Ditya, membantu menyuapi.

Terlihat Marisa duduk merenung sendirian di sofa. “Dit, jam berapa pemakamannya?” tanya Marisa.

“Sebentar lagi, masih menunggu Fro,” sahut Ditya.

Percakapan kakak adik itu kembali memancing kesedihan Frolline, lagi-lagi dia menangis sembari memeluk Ditya. Meremas lengan kokoh yang belakangan ini melindunginya.

“Sudah, aku disini bersamamu,” bisik Ditya pelan.

***

Tepat pukul lima sore, prosesi pemakanan itu selesai sudah. Tidak seramai pemakaman Gunawan yang diantar banyak rekan kerja, kolega, sahabat dan keluarga. Kali ini hanya beberapa anggota keluarga dan teman dekat. Tidak ada papan bunga berjejer sepanjang halaman rumah. Semuanya terlihat sederhana dan sedikit tertutup.

Masih di tempat yang sama, nyonya Gunawan dimakamkan tepat di makan sang suami yang sudah pergi lebih dulu.

“Mami tahu ini berat, tetapi kalian harus kuat,” ucap Marisa saat mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu kediaman alm. Gunawan.

Baik Angella maupun Frolline terlihat duduk bersisian di sofa panjang, berhadapan dengan Marisa dan suaminya. Terlihat Ditya duduk di samping Frolline, sembari memeluk pundak gadis yang tertunduk.

Firstan sendiri, memilih berdiri di dekat pintu masuk, ikut menyimak pembicaraan keluarga.

“Mami tahu, Angella dan Firstan sudah berpisah. Meskipun kalian tidak mengatakan terus terang, tetapi Mami bisa menebaknya,” ucap Marisa membuka suara. Sang suami yang juga sudah mengetahui, tidak tampak terkejut.

“Mami tidak tahu apa yang Angell rencanakan setelah ini,” lanjut Marisa lagi.

“Aku mau melanjutkan kuliahku, Mi,” sahut Angella.

“Baiklah, mami tidak masalah. Selama kamu kuliah, Papi daan Firstan bisa membantu mengurus perusahaan kalian,” jelas Marisa, beralih menatap Frolline.

“Mulai sekarang, Frolline akan tinggal dengan mami,” ucap Marisa lagi. Cukup mengejutkan semuanya, terutama Ditya.

Lelaki itu langsung berdiri dan menentang.

“Tidak. Aku akan menikahi Fro. Dia akan tinggal bersamaku,” tegas Ditya, tiba-tiba.

“Kamu tidak keberatan kan Fro?” tanya Ditya, menoleh pada gadis yang tertunduk tanpa bersuara sejak dari pemakaman.

“Jangan gila, Dit! Kamu tidak bisa menikah secepat itu. Bagaimana pun kamu harus membicarakannya dengan daddy dan mommy,” oceh Marisa kesal.

“Aku keberatan Frolline tinggal denganmu, Kak!” jelas Ditya melirik ke arah Firstan.

Tanpa banyak bicara, Ditya menarik lengan Froline. “Fro kemasi pakaianmu. Ikut aku pulang ke rumah kita,” perintah Ditya.

Frolline bergeming. Kebingungan sendiri.

“Ayo Fro, kemasi barang-barangmu. Kita tinggal bersama. Aku akan meminta Matt mengurus berkas-berkas pernikahan kita,” ucap Ditya kembali menatap Firstan dan Angella bergantian.

“Dit, tidak bisa begini. Kamu tidak bisa membuat keputusan sepihak seperti ini,” cegah Marisa, masih belum percaya kalau adiknya akan mengambil langkah sejauh ini.

“Maafkan aku, Kak. Keputusanku sudah bulat. Aku tahu segalanya dan aku tidak bisa membiarkan Frolline tinggal denganmu atau Angella,” tegas Ditya, menarik Frolline naik ke lantai dua.

“Kemasi pakaianmu. Bawa data-data penting saja. Untuk yang lainnya, aku akan membelikannya untukmu. Jangan bawa apa-apa dari rumah ini. Kamu tidak memiliki hak apa pun!” perintah Ditya.

***

Terima kasih

Love You all

1
bibi
lanjut
堅監.
ini season 2 nya Wira sama naina kok ngilang ya 😢 padahal kangen pengen baca baca mereka lagi
堅監.: yahhh tapi gpp, makasih info nya kak author
total 2 replies
Astrii Zahra
menurutku fro ini bukan polos sih, tp tolol.. secara ga langsung jd pelakor di rumah tangga kk nya sendiri
Vivi Zenidar
wkwwkwk satpol PP
kalea rizuky
wah jd karena ini
Khairul Azam
perempuan bego fro ini
yuni
Luar biasa
yuni
Buruk
Ardiansyah Gg
gk bisa move on dari novel ce weti
ngulang baca lagi
Inan
aku suka semuanya... om pram.. ditya.. wira... aku sukaaaa... tp bara aku ngk begitu suka..
Lince Harni
karya yg bagus,sangat memghibur...ini baca ke 3 x...gs bosan2
reza indrayana
masih bingung nichh ..🤔🤔
AlfES
❤❤❤❤❤
Yuliza Angriani
kalau pram kayak kamu dulunya dit,,,, udah mati kamu ditangan pram
Hairiyani Nurul hairiyani
cerita mat sama rania ada gak kak
Sofwan 123 Muhammad
Biasa
Sofwan 123 Muhammad
Kecewa
Tismar Khadijah
banyak kata2 bijak,
Miss Tiya😊
Luar biasa
Ayu galih wulandari
Terima kak Wetty sayaang...untuk kisah Ditya & Fro...tetep sehat n semangat untuk berkarya lg...ku tunggu karyamu yg lain ...🤗🤗😘😘😘😘😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!