Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Ancaman Dari Keluarga Pesaing
Ancaman dari keluarga pesaing mulai terlihat nyata di luar gedung saat beberapa mobil hitam legam mengepung area dermaga dengan sangat rapi-rapi dan sangat terorganisir. Kenzo mendekap tubuh Alana lebih erat sementara matanya terus menatap angka pada layar bom yang berkedip merah dan kini menyentuh angka sepuluh detik.
Keadaan menjadi sangat genting ketika sekelompok pria bersenjata mulai turun dari mobil tersebut dan melepaskan tembakan ke arah pintu gudang yang sudah terkunci rapat. Kenzo tidak memiliki waktu untuk bernegosiasi atau mencari jalan keluar yang aman bagi istrinya yang sedang dalam kondisi sangat lemah.
"Pegang leherku dengan kuat dan jangan pernah lepaskan apa pun yang terjadi setelah ini!" perintah Kenzo dengan suara yang sangat tegas dan penuh dengan kewibawaan.
Kenzo berlari secepat kilat menuju tumpukan peti kayu yang berada tepat di bawah jendela kaca yang posisinya sangat tinggi dari permukaan lantai. Dia menggunakan peti itu sebagai pijakan untuk melompat sementara peluru mulai menembus dinding seng gudang hingga menimbulkan suara dentuman yang sangat memekakkan telinga.
Tepat saat angka di layar menyentuh titik nol, Kenzo melemparkan tubuhnya keluar jendela sambil memeluk Alana untuk melindungi wanita itu dari serpihan kaca yang tajam. Sebuah ledakan dahsyat mengguncang bumi hingga menciptakan bola api raksasa yang menelan seluruh isi gudang tua tersebut dalam sekejap mata saja.
"Apa kau terluka, Alana? Katakan sesuatu agar aku tahu kau masih bersamaku!" teriak Kenzo sambil berusaha bangkit dari tanah yang sangat becek dan penuh debu.
Alana batuk terbatuk-batuk karena asap hitam yang sangat pekat mulai memenuhi paru-parunya hingga dia merasa sangat sulit untuk sekadar menghirup udara segar. Dia menggelengkan kepala perlahan sambil mencengkeram kemeja Kenzo yang sudah sobek dan hangus pada bagian bahunya akibat hawa panas ledakan tadi.
Namun ketenangan mereka tidak bertahan lama karena lampu sorot dari mobil-mobil hitam itu kini tertuju tepat ke arah posisi mereka berdua yang sedang terjatuh. Seorang pria bertubuh tegap keluar dari salah satu mobil dengan senyum yang sangat dingin dan sangat penuh dengan kebencian yang mendalam.
"Ternyata nyawamu sangat keras juga, Tuan Muda Alfarezel, tapi sayangnya keberuntunganmu berakhir di dermaga ini malam ini," ucap pria itu sambil menodongkan senjata api.
Pria itu adalah putra sulung dari keluarga Wijaya yang merupakan pesaing bisnis paling bebuyutan bagi keluarga Alfarezel sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dia merasa ini adalah kesempatan emas untuk melenyapkan pewaris tunggal Alfarezel sekaligus menghancurkan masa depan perusahaan musuhnya tersebut melalui kematian Alana.
Kenzo berdiri perlahan sambil menutupi tubuh Alana dengan punggungnya yang lebar meski dia tahu bahwa dia tidak memiliki senjata apa pun untuk melawan balik. Dia menatap tajam ke arah moncong senjata itu dengan keberanian yang sangat luar biasa seolah dia tidak takut menghadapi maut yang sudah berada di depan mata.
"Urusanmu adalah denganku, maka lepaskan wanita ini karena dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan persaingan bisnis kita yang kotor ini," desis Kenzo dengan nada yang sangat rendah.
Pria dari keluarga Wijaya itu tertawa terbahak-bahak hingga suaranya menggema di seluruh area dermaga yang sunyi dan hanya diiringi oleh suara deburan ombak. Dia merasa sangat puas melihat Kenzo yang biasanya selalu berada di atas angin kini harus berlutut memohon demi keselamatan seorang wanita rendahan yang sedang mengandung.
"Kematian istrimu akan menjadi hadiah yang paling indah untuk ayahku yang telah kau buat bangkrut beberapa bulan yang lalu!" teriak pria itu sambil menarik pelatuk senjatanya.
Suara tembakan meletus membelah keheningan malam namun bukan Kenzo atau Alana yang terjatuh melainkan pria dari keluarga Wijaya tersebut yang tersungkur di atas aspal. Kenzo menoleh ke belakang dan melihat puluhan helikopter tempur milik keluarga Alfarezel telah mengepung seluruh dermaga dengan lampu sorot yang sangat menyilaukan mata.
Ayah kandung Kenzo turun dari salah satu kendaraan taktis dengan wajah yang sangat merah padam namun penuh dengan aura perlindungan yang sangat kuat bagi putranya. Beliau menyadari bahwa meski dia membenci pilihan Kenzo, namun dia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyentuh anggota keluarga Alfarezel secara tidak terhormat.
"Jangan pernah berani menyentuh putraku atau kau akan melihat seluruh keluargamu membusuk di dalam penjara yang paling gelap di negeri ini!" ancam sang ayah dengan suara yang sangat menggelegar.
Pasukan khusus segera mengamankan area tersebut dan menangkap seluruh anggota keluarga Wijaya yang mencoba melarikan diri ke arah laut yang sedang pasang. Kenzo segera menggendong Alana menuju mobil medis yang sudah disiapkan sementara hatinya masih terasa sangat tidak tenang melihat wajah istrinya yang kembali tidak sadarkan diri.
Dia menyadari bahwa ancaman dari dunia luar ternyata jauh lebih besar daripada sekadar intrik di dalam mansion yang selama ini dia hadapi dengan sangat angkuh. Kenzo bersumpah akan mengubah seluruh sistem keamanan keluarganya agar kejadian mengerikan seperti ini tidak akan pernah terulang kembali di masa depan yang akan datang.
Pesta amal yang semula dirancang sebagai debut nyonya Alfarezel kini terancam batal karena kondisi kesehatan Alana yang semakin memburuk akibat trauma fisik dan mental tersebut. Namun Kenzo justru memiliki rencana lain yang jauh lebih berani untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Alana adalah satu-satunya wanita yang pantas mendampinginya.