NovelToon NovelToon
Rembulan Yang Dilupakan

Rembulan Yang Dilupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Persahabatan / Fantasi / Fantasi Wanita / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Puvi

Dibesarkan oleh keluarga petani sederhana, Su Yue hidup tenang tanpa mengetahui bahwa darah bangsawan kultivator mengalir di tubuhnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kehancuran klannya, jiwanya runtuh oleh kesedihan yang tak tertahankan. Namun kematian bukanlah akhir. Ketika desa yang menjadi rumah keduanya dimusnahkan oleh musuh lama, kekuatan tersegel dalam Batu Hati Es Qingyun terbangkitkan. Dari seorang gadis pendiam, Su Yue berubah menjadi manifestasi kesedihan yang membeku, menghancurkan para pembantai tanpa amarah berlebihan, hanya kehampaan yang dingin. Setelah semuanya berakhir, ia melangkah pergi, mencari makna hidup di dunia yang telah dua kali merenggut segalanya darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Sebelum Pertarungan Terakhir

Keluarnya mereka dari Arena Hutan Bambu Berduri disambut oleh keheningan yang berbeda, sebuah keheningan penuh hormat dan pengakuan. Lima belas peserta tersisa, terbagi dalam lima tim, berdiri di Lapangan Batu Besar dengan wajah-wajah yang dipenuhi kelelahan, luka, dan kelegaan yang pahit. Su Yue, Xuqin, dan Lanxi saling berpegangan untuk tetap berdiri. Di samping mereka, Mei Ling dan Tao, yang timnya hanya tersisa dua orang, juga terlihat hampir roboh. Tiga tim lainnya, yang tidak mereka kenal baik, juga menunjukkan bekas pertempuran sengit.

Zhang Tianhe berdiri di panggung, memandang mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Selamat. Kalian adalah lima tim terkuat di antara ratusan. Kalian telah membuktikan kerja sama dan ketahanan. Namun, jalan kultivasi pada akhirnya adalah jalan individu."

Dia berhenti, memastikan setiap kata tertanam. "Besok, tahap final: Pertarungan Perorangan di Panggung Batu Naga. Lima belas peserta akan bertarung satu lawan satu dalam sistem gugur. Tidak ada tim, tidak ada sekutu. Hanya kekuatan dan kebijaksanaan masing-masing."

Su Yue merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Ini dia takutkan. Dia melihat Xuqin dan Lanxi. Mereka saling bertatapan, dan di mata masing-masing, ada campuran rasa bangga, kecemasan, dan kesedihan yang samar. Besok, mereka bisa saja saling berhadapan.

"Kalian akan diberikan waktu untuk memulihkan diri sepenuhnya," lanjut Zhang Tianhe. "Para tabib sekte akan mengobati luka kalian. Manfaatkan malam ini dengan baik. Besok, saat matahari terbit, pertarungan dimulai."

Petugas segera memandu mereka ke sebuah kompleks pemulihan yang lebih mewah dari sebelumnya. Setiap peserta mendapat kamar pribadi kecil yang dilengkapi dengan formasi pengumpul Qi dan bak berisi ramuan obat beraroma tajam. Seorang tabib dengan aura lembut memeriksa luka Su Yue.

"Energi api yang bandel," gumam tabib itu, seorang wanita setengah baya. "Tapi esmu murni. Aku akan membantumu menetralkannya, tapi penyembuhan sepenuhnya tergantung pada ketahanan tubuhmu sendiri."

Dia menempelkan tangannya pada luka Su Yue. Energi hangat yang menyembuhkan mengalir, berperang melawan sisa api. Rasa sakitnya perlahan mereda, digantikan oleh rasa lelah yang sangat dalam. Setelah perawatan, Su Yue disuruh berendam dalam bak ramuan. Cairan hijau keruh itu terasa hangat dan menusuk, seolah meresap ke dalam setiap pori dan meridian, memperbaiki kerusakan kecil.

Dia duduk di dalam bak, kepalanya bersandar di tepi, matanya tertutup. Pikirannya berputar-putar. Besok. Lima belas orang. Sistem gugur. Dia harus memenangkan setidaknya dua atau tiga pertarungan untuk masuk ke peringkat yang tinggi. Siapa lawannya? Xuqin? Lanxi? Tao? Mei Ling? Atau peserta kuat lain yang tidak dia kenal?

Setelah berendam cukup lama, dia mengenakan pakaian bersih yang disediakan dan keluar dari kamarnya. Dia menemukan Xuqin dan Lanxi sudah menunggu di ruang tengah kompleks, wajah mereka masih pucat tetapi terlihat lebih segar.

"Bagaimana lukamu?" tanya Xuqin.

"Lebih baik. Tapi tidak sepenuhnya pulih," jawab Su Yue. "Kalian?"

"Memar sudah berkurang," kata Lanxi, menggerakkan bahunya dengan hati-hati. "Tapi Qi-ku masih setengah."

Mereka duduk di bangku kayu, menikmati teh herbal yang disediakan. Keheningan yang canggung menyelimuti mereka. Besok, mereka akan menjadi rival.

"Apapun yang terjadi besok," kata Xuqin tiba-tiba, suaranya tegas, "kita tetap teman. Bahkan jika kita harus saling bertarung."

Lanxi mengangguk kuat. "Iya. Tidak ada dendam. Kita bertarung dengan sungguh-sungguh, itu adalah penghormatan terbaik."

Su Yue merasa dadanya hangat. Dia mengangguk. "Tidak ada yang mengalah. Kita tunjukkan yang terbaik."

Tapi di balik kata-kata itu, ada rasa sakit yang tak terucapkan. Mereka telah melalui begitu banyak bersama. Melihat satu sama lain tersingkir akan terasa seperti kekalahan bagi mereka semua.

"Kita harus menganalisis lawan potensial," lanjut Xuqin, mencoba bersikap praktis. "Dari lima belas orang, kita kenal Mei Ling dan Tao. Mei Ling elemen angin dan air, cepat dan licik. Tao elemen logam, presisi mematikan. Dari tim lain, ada yang harus kita waspadai."

"Ada pria tinggi dengan pedang besar yang aku lihat di arena," kenang Lanxi. "Aura-nya sangat berat, seperti batu. Dia sendirian mengalahkan satu tim."

"Dan gadis dengan dua belati yang selalu tersenyum," tambah Su Yue. "Dia bergerak seperti bayangan. Aku melihatnya melumpuhkan lawan dengan cepat tanpa suara."

Mereka berbagi pengamatan, mencoba memetakan kekuatan dan kelemahan. Tapi tanpa pengalaman langsung, semua hanya spekulasi.

Saat malam semakin larut, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bermeditasi terakhir kalinya. Su Yue duduk di atas tempat tidur, mencoba merasakan kondisi tubuhnya. Luka fisik membaik, tapi inti es di dantiannya terasa... berbeda. Tekanan dari pertarungan hari ini, kombinasi dari mempertahankan diri dan menggunakan es dalam kondisi ekstrem, seolah telah memadatkannya lebih lanjut. Dia bisa merasakan dinding Foundation Establishment begitu dekat, begitu tipis, seperti lapisan es yang siap pecah. Tapi dia tidak punya waktu atau sumber daya untuk mencoba terobosan sekarang. Itu terlalu berisiko.

Dia malah fokus pada konsolidasi. Dia mengumpulkan setiap percikan Qi es yang tersebar, memusatkannya, memolesnya. Dia berlatih Embun Beku di Ujung Jari dalam pikirannya, membayangkan setiap gerakan, setiap aliran energi, mencari efisiensi yang lebih besar.

Tiba-tiba, ada ketukan lembut di pintu. "Su Yue? Ini Mei Ling."

Su Yue terkejut. Dia membuka pintu. Mei Ling berdiri di sana dengan ekspresi serius. "Bolehkah aku masuk sebentar?"

Mereki duduk. "Ada apa?" tanya Su Yue.

"Tao dan aku berbicara," mulainya. "Besok, kita semua bertarung untuk diri sendiri. Tapi... ada informasi yang mungkin berguna bagimu." Dia menurunkan suaranya. "Ada peserta yang dilatih khusus untuk melawan kultivator es. Namanya Leng Yan, dari keluarga kecil di utara yang bermusuhan dengan aliran es. Dia punya teknik dan artefak yang bisa menetralisir dingin. Jika kau bertemu dengannya, jangan mengandalkan esmu saja."

Ini adalah informasi berharga. "Mengapa memberitahuku ini?" tanya Su Yue, curiga.

"Karena kita sekutu, meski hanya untuk sementara," jawab Mei Ling. "Dan karena aku lebih suka melihatmu menang daripada orang seperti dia. Tao juga setuju. Dia menghormatimu sebagai petarung." Dia berdiri. "Itu saja. Selamat beristirahat."

Setelah Mei Ling pergi, Su Yue merenung. Musuh yang dirancang khusus untuk melawannya. Itu akan menjadi tantangan yang mengerikan. Dia tidak bisa hanya mengandalkan es. Dia harus menggunakan strategi, kecepatan, atau... sesuatu yang lain.

Dia mengeluarkan pedang Ratapan Dingin, memandangi bilah biru tuanya. Pedang ini adalah senjatanya, tapi dia belum sepenuhnya memahami kemampuannya. Selama ini, dia hanya menggunakannya sebagai konduktor untuk esnya. Mungkin ada lebih banyak hal.

Dia mencoba menyalurkan Qi-nya ke dalam pedang, bukan sekadar melapisi bilahnya, tetapi menyatu dengannya. Pedang itu merespons, bergetar halus, memancarkan cahaya biru pucat yang lebih dalam. Sebuah sensasi dingin yang lebih tua, lebih bijaksana, mengalir kembali ke tangannya. Seolah pedang itu memiliki ingatan sendiri.

"Bantu aku besok," bisiknya pada pedang itu.

Dia tidak mengharapkan jawaban, tapi pedang itu bergetar lagi, seolah setuju.

Malam itu, dia bermimpi. Mimpi itu jelas. Dia berdiri di dalam gua es yang luas, dikelilingi oleh kristal biru yang bersinar. Di tengah gua, seorang wanita dengan gaun putih dan rambut hitam panjang, yang wajahnya samar namun terasa sangat dikenali berdiri memunggungi.

"Putriku," suara wanita itu bergema, lembut namun penuh duka. "Jalanmu akan dipenuhi es dan api. Percayalah pada dingin di hatimu, tapi jangan biarkan itu membekukan segalanya. Terkadang, kehangatan justru datang dari penerimaan akan rasa sakit."

Su Yue terbangun, jantungnya berdebar kencang. Pipinya basah. Itu adalah pertama kalinya dia menangis dalam mimpi sejak desanya terbakar. Sosok itu... ibunya? Atau hanya ilusi dari pikirannya yang lelah?

Dia memegang Batu Hati Es Qingyun. Batu itu hangat sekali, seperti ingin menghapus air matanya.

Saat fajar menyingsing, Su Yue sudah berdiri di depan jendela, memandang langit yang mulai terang. Tubuhnya tidak sepenuhnya pulih, tetapi pikirannya jernih dan tekadnya membaja. Apapun yang terjadi hari ini, dia akan bertarung dengan segala yang dia miliki. Untuk dirinya sendiri, untuk janjinya pada Xuqin dan Lanxi, untuk memori ibunya, dan untuk langkah berikutnya dalam pencarian jawabannya.

Dia meninggalkan kamar dan bertemu Xuqin dan Lanxi di ruang tengah. Mereka saling pandang, dan kali ini, tidak ada kata-kata yang diucapkan. Hanya anggukan penuh arti. Mereka berjalan bersama menuju Lapangan Batu Besar untuk terakhir kalinya sebagai sebuah tim. Di sana, panggung batu besar berbentuk naga telah disiapkan, dikelilingi oleh ribuan murid dan beberapa tetua yang akan menyaksikan. Sorak-sorai dan bisikan memenuhi udara.

1
Melvina Sary
Menangkan suyue
Melvina Sary
Gao Feng jahat
Melvina Sary
Hehee takut dia itu
Melvina Sary
Bagus kerjasamanya 🙏
Mistik 55
Good senior song
Mistik 55
Mantap thor lanjut
Melvina Sary
Lohh udah bab terakhir nya. Perasaan cepat banget. Satu kopi thor ☕
Puvi: Makasih kk🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Mari berangkat misi kedua 🏇
Melvina Sary
Gooooo misi kedua 💪
Melvina Sary
Mantap untuk permulaan 👍
Melvina Sary
Tetua aneh
Melvina Sary
Loh. Jumpa tuh orang
Melvina Sary
Mantap thor
HUOKIO
Bagus. Cepat up nya thor
Puvi: Makasih kak
total 1 replies
Melvina Sary
Seru banget ada komedi nya
Puvi: Makasih kakak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
UP lagi thor 👍
Melvina Sary
Mantap untung banyak
Mistik 55
Bagus banget 🙏
Puvi: Makasih kak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Pedagang Chen sangat baik☺️
Puvi: iya tuh
total 1 replies
Melvina Sary
Semakin seru thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!