DOSA (Dosen Sayang)

Menyadari hari telah beranjak malam dan mungkin suaminya sebentar lagi pulang dari kampus, Karen pun bergegas bangkit dan mempersiapkan diri. Dia segera mandi dan berendam dalam air beraroma terapi agar tubuhnya wangi. Ia juga melakukan waxing mandiri untuk merontokkan bulu-bulu halus di kulitnya. Setelah mandi dan berendam selama hampir satu jam, ia lalu memilih-milih pakaian dalam untuk malam ini.

Sejenak, ia teringat dengan hadiah pernikahan yang diberikan mami Valen tadi saat mengunjunginya. Selain jaket couple, ternyata ibunya juga membelikan sepasang pakaian dalam dan lingerie yang seksi dan lucu. Membayangkan memakai pakaian itu di hadapan Darren, sudah membuatnya senyam-senyum sendiri.

Meski ini bukan yang pertama bagi mereka, tapi berintim setelah memiliki rasa cinta bukankah terasa spesial? Mereka akan benar-benar menjadi pasangan malam ini!

Karen tak lupa menyemprotkan seluruh tubuhnya dengan parfum yang memiliki aroma menggoda. Penampilannya malam itu sudah seperti bintang JAV yang sering beradu akting dengan kakek Sugiono dari negeri sakura.

Setelah mempersiapkan dirinya untuk pertempuran malam ini, ia pun duduk selonjoran di sisi ranjang.

"Kok aku jadi deg-degan gini, ya?" gumamnya sambil mencoba membayangkan percintaan yang akan mereka lakukan. Dalam khayalannya, Darren sungguh sangat perkasa malam ini.

"Ah, kok imajinasiku jadi liar gini!" Karen menangkup kedua pipinya sambil menggeleng-geleng cepat, seolah hendak menghempas pikirannya yang mesum.

Karen mengambil remote dan sengaja menghidupkan televisi untuk mengalihkan pikiran mesum yang masih berkelabat. Percuma, otaknya sudah tercemar.

Setengah jam berlalu, tapi Darren belum juga pulang.

"Darren kok lama banget, ya?" Karen mengambil ponselnya bermaksud menghubungi Darren untuk menanyakan kepulangannya. Namun, baru saja menyentuh ponselnya, tiba-tiba ia langsung melepaskannya kembali. "Enggak, enggak, enggak! Kalau kayak gini berasa kayak aku yang ngarepin banget buat gituan ma dia. Aku enggak boleh nunjukin keagresifan aku di depan dia," ujar Karen pada dirinya sendiri.

Untuk menepis rasa kebosanan, ia membuka aplikasi baca novel online lalu membaca salah satu novel pernikahan yang dianggapnya menarik. Hingga tak terasa, dua jam telah ia habiskan untuk membaca puluhan bab, tetapi Darren belum juga pulang.

Tiga puluh menit kemudian, Darren akhirnya kembali ke apartemen. Pria itu mendapati Karen tengah berbaring dalam posisi miring membelakanginya. Berpikir istrinya telah tertidur, ia berusaha untuk tak menciptakan suara apa pun agar tak mengganggu. Ketika hendak mandi, ia malah mendengar isakan tangis Karen.

"Kar ... kamu kenapa?" tanyanya menghampiri perempuan itu.

Karen berbalik dengan ponsel yang masih menyala di tangannya. "Aku lagi baca novel. Ini ceritanya sedih banget tahu. Suaminya nikah lagi. Terus istri keduanya lebih berkuasa, udah gitu mertua sama iparnya jahat banget," jelas Karen sambil menarik ingus yang hampir keluar.

Wajah Darren berubah menjadi jelek seketika. Ini kedua kalinya ia mendapati istrinya itu menangis untuk hal-hal yang tak masuk akal baginya.

"Ya, ampun! Kirain ada apa lagi!" Darren langsung berbalik membelakangi Karen sambil membuka kamejanya.

"Ren, kamu enggak kayak gitu, kan? Kamu enggak bakal nikah lagi, kan?" tanya Karen sambil memegang erat lengan pria itu, "pokoknya kalau sampai kamu berpikiran buat poligami, bakal langsung aku kirim ke poliklinik biar mampus sekalian!"

"Nikah lagi gimana? Nikah ma kamu aja awalnya aku cuma dipaksa apalagi nikah lagi!" Darren mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kalau aku mati kamu juga harus mati. Gak boleh nikah lagi!"

"Apaan sih, ngomongin kematian udah kayak malaikat pencabut nyawa aja! Makanya jangan terlalu banyak baca bacaan sinetron! Jadi lebay gini, kan!" ketus Darren tak habis pikir dengan pemikiran negatif istrinya. Ketika pandangannya menurun ke bawah, fokusnya langsung teralihkan pada lingerie yang dipakai Karen malam ini. Lingerie itu super tipis sehingga membuat penampilan perempuan itu sangat seksi.

Menyadari Darren melihat ke arah tubuhnya, Karen langsung menarik selimut hingga ke atas kepala. Tentu saja ia malu. Sebaliknya, Darren justru tersenyum tipis seraya duduk di sisi ranjang. Ia menarik selimut itu dengan perlahan, sehingga wajah Karen yang tampak memerah terekspos di hadapannya.

"Cie ... lagi pengen godain aku, kan? Pake pura-pura omongin soal poligami," ledek Darren sambil menahan senyum.

Karena kesal, Karen kembali menutup wajahnya dengan selimut. Namun, tangannya langsung di tahan pria itu.

Darren mendekatkan wajahnya dengan perlahan kemudian berbisik di telinga Karen. "Aku mandi dulu, ya? Siapkan dirimu untuk aku terkam!"

Saat Darren telah masuk ke kamar mandi, Karen melihat handuk pria tertinggal di atas ranjang mereka. Berpikir Darren lupa membawanya, ia pun mengambil handuk itu lalu berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Ren, ini handuk kamu ketinggalan." Karen mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi berulang-ulang. Sayangnya, suara gemericik air di dalam sana membuat suaranya tak terdengar. Karen mencoba memutar kenop pintu, ternyata kamar mandi itu tidak terkunci.

"Masuk aja kali, ya? Toh, aku dan dia udah nikah," gumam Karen ragu-ragu.

Karen membuka pintu kamar mandi sambil membawa handuk suaminya. Baru saja masuk, kakinya malah tergelincir hingga kepala dan setengah tubuhnya masuk ke dalam bathub. Untungnya, Darren yang sedang berendam langsung menangkap Karen.

Kepala Karen jatuh tepat di atas dada. Saat ia mengangkat wajahnya, matanya beradu langsung dengan Darren.

"Udah gak sabar, ya? Sampai nyusul aku ke sini?" goda pria itu.

"Yeee, kepedean amat! Orang mau anterin handuk!" Karen berusaha bangun, tetapi licinnya air sabun membuatnya kembali masuk ke dalam pelukan Darren.

"Udah, mandi aja sekalian. Udah penuh sabun gini." Darren menarik tali lingerie yang berada di belakang leher Karen hingga membuat gaun sesat yang setipis kulit bawang itu meluncur dengan sukses dari tubuh Karen.

Selanjutnya, ....