Lisa Anggraeni , seorang gadis yang tengah berjalan dengan sahabatnya setelah dari aktifitas kuliah mengalami kecelakaan saat dia tengah menunggu bus yang ada di sebrang jalan. Dia menoleh dan melihat ada motor melanu cepat membuatnya mendorong Hani. Dan membuatnya menjadi korban kecelakaan. Lisa yang mengalami luka luka sempat di bawa ke rumah sakit. Namun sayang, saat dirinya sedang di operasi, nyawanya tak bisa di selamatkan.
Lisa yang tahu dirinya mengalami kecelakaan sebelumnya mengira dia selamat, dan berada di salah satu rumah sakit.
Tapi saat dia sadar justru, dia sedang di salah satu ruangan kosong gelap dan pengap.
Namun saat dirinya berusaha mencari jalan keluar, dia justru melihat bayangan seseorang dari kaca hias kecil.
"Aaaaaa... Wajah siapa yang ada di mukaku ini!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adira_Mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tremor sendiri
"astaga, ih lo buat jantung gue berdetak aja."
Aldra mengusap dadanya yang berdebar karena penampilan Rubby yang begitu menakutkan.
Rubby dengan gaun putih penuh warna merah dan rambut panjang hitam. berdiri tanpa menunjukan wajahnya tepat di samping Aldra.
"hehehe, coba dulu. kirain ngga serem. ternyata cukup kuat buat lo takut."
"asyem nih anak."
Aldra sedang berada di sebuah gudang bersama Rubby. mereka berdua sedang menunggu waktu dimana para penjaga asrama sudah selesai berkeliling.
Aldra berniat membuat Jenia ketakutan di malam ini, rintikan hujan semakin membuat suasana mencekam.
"lo disini, gantian gue."
"lo mau apa?" tanya Rubby yang menyibak rambut palsu itu.
"gue? ya tentu aja ganti kostum lah. ya kali gue jadi gini,"
Rubby mengangguk mengerti, setelahnya dia duduk dan mengambil ponsel lalu memotret dirinya.
"uuh, serem juga gue.tapi mana ada hantu secantik gue,"
gaun putih yang menutupi tangan Rubby begitu membuatnya kesulitan untuk menekan layar ponsel. Rubby fokus dengan ponselnya sampai dia tidak sadar ada seseorang yang berdiri di belakangnya dengan wajah yang menakutkan.
"apa sih dra."
Rubby menggoyangkan pelan bahunya dan masih fokus dengan ponsel. tapi detik berikutnya dia sedikit merinding, lalu dengan pelan dia menoleh. dan berapa terkejutnya ada wajah yang penuh luka dan darah di sana.
"Aaaaa,, setan." pekik Rubby yang takut.
Brugh. .
Rubby terjatuh karena gaun putih yang terrinjak kakinya sendiri. belum lagi seseorang yang mendekat ke arahnya dengan tangan memegang pisau.
"hust, hust, pait pait.. "
"lo kira apaan gue di katain pait pait , hah" sebal Aldra yang sudah totalitas ingin mengerjai Rubby.
Rubby menyibak rambut itu, dan menatap ke orang yang berdiri di depannya. ada rasa ngeri dan takut bersamaan melihat wajah penuh luka dan darah itu.
Rubby beranjak, tangannya terulur menyetuh wajah Aldra dari dekat. Aldra seketika menahan nafasnya saat Rubby berada di jarak yang begitu dekat.
"waah kayak asli," decak kagum melihat wajah Aldra.
Aldra menatap Rubby dengan intens, entah kenapa malam ini saat dia bersama Rubby tidak seperti biasanya. di awal dia merasa biasa saja, tapi malam ini dia merasa berbeda. jantungnya berdetak cepat, rasa gugup dia berusaha tahan agar tak terlihat oleh Rubby.
"penjaga udah lewat." bisik Aldra yang membuat Rubby segera tersadar dan berbalik menata tatanan riasannya.
"ayo" ucap Rubby dengan semangat.
Skip...
di sebuah kamar, Jenia tengah terlelap dengan nyenyak. dia tidur dengan tenang di balik selimut tebal nan halus itu.
kamar asrama milik Jenia berbeda dari yang lain, jika yang lain berdua atau bertiga. tapi tidak dengan Jenia. dia yang seorang diri, dia berhasil membuat ayahnya mengabulkan agar dirinya bisa satu kamar seorang diri.
Aldra sudah ada di tempatnya begitu juga dengan Rubby yang sudah bersiap dengan posisinya. lalu tangan Rubby menekan tombol lampu membuat kamar itu menjadi gelap gulita.
Butuh satu dua menit menunggu Jenia bangun, dan saat merasa sekitarnya gelap. Jenia segera mencari ponselnya.
Tepat saat lampu flash menyala, sosok berbaju putih dengan rambut panjang berdiri di pojokan kamarnya. kedua mata Jenia membola, wajahnya menjadi pucat pasi.
"aaaarrghhh,, setan." teriak Jenia yang bangun dari ranjang dan langsung lari keluar kamar.
Pintu yang tak di kunci membuat Jenia dengan mudah keluar. tapi ternyata, di luar kamar juga begitu gelap. Jenia harus hati hati dengan langkahnya agar tak terjatuh.
tepat saat dia akan turun dari tangga, sebuah sosok berdiri di antara tangga. lampu flash yang masih menyala membuat Jenia mengarahkan ke soal itu.
Dia pikir itu adalah penjaga yang berkeliling. tak tahunya, seseorang yang berdiri dengan tangan memegang pisau dan wajah yang rusak.
"aaaarggh, hantu."
Jenia berbalik dan lari lagi, lalu tepat saat itu sosok bergaun putih mendekat. Jenia terkepung, kakinya gemetar hebat. nafasnya memburu, tidak bisa untuk kabur lagi.
"Jenia, kamu harus ikut kami.. huuuuuu"
Tak tak tak.
Suara pisau di mengenai sesuatu membuatnya berbunyi, "huuuu Jenia. kamu harus m*ti."
"engga.. engga. aku nggak mau mati."
Jenia berjongkok dan menutup kedua telinganya. dia begitu takut, kedua kepalanya menggeleng kuat.
"enggak. aku nggak mau m*ti."
"huuu, Jenia. hii Hi Hi "
bugh....
Jenia pingsan dengan posisi berjongkok. mendengar suara langkah mendekat, keduanya segera pergi menuju salah satu ruangan yang tak terpakai.
bahu Rubby bergetar saat melihat lampu menyala dan para penjaga panik melihat Jenia pingsan. dia begitu menikmati tontonannya saat ini.
Di belakang Jenia seseorang terus memandang tangannya yang di genggam erat oleh tangan Jenia sendiri.
Dia menarik tangan, dan membuat tubuh keduanya saling menempel. tangan Rubby bahkan ada di dadanya, dan tangan pria itu memeluk pinggang ramping Rubby.
"Aldra lepasin," lirih Rubby, sebenarnya dia takut dengan posisi ini.
"jantung aku berdetak cepat saat malam ini dekat kamu." ucapnya terus terang.
Rubby mendongak, "maksud kamu apa?"
Aldra mendekatkan wajahnya hingga begitu dekat, " sepertinya aku jatuh cinta denganmu."
kedua mata Rubby terbelalak, dia terkejut mendengar ucapan Aldra yang begitu terus terang. dan Rubby sedikit risih saat tangan Aldra masih memeluk pinggangnya.
"andai kita masih satu sekolah. mungkin besok aku akan menjemputmu."
Aldra segera melepaskan tangannya, dia menarik Rubby dan pergi dari tempat itu segera agar tidak di ketahui oleh orang lain. Rubby yang masih syok dengan perasaan Aldra hanya bisa mengikuti tanpa protes.
skip....
kini keduanya sudah berada di dalam mobil, penampilan keduanya juga sudah rapih seperti awal. Aldra tengah mengantar Rubby untuk kembali ke rumahnya. suasana dalam mobil terasa berbeda dari pertama, Rubby biasanya cerewet kini diam seribu bahasa.
tak terasa mobil sudah sampai di tempat yang awal mereka bertemu. Aldra segera melepas seat bealt.
"lo nggak turun?"
"eh.. sorry gue ngelamun."
Rubby segera melepas seat bealt, tapi sedikit kesusahan. dan itu di lihat oleh Aldra, dia segera mendekat dan membuat Rubby menahan nafasnya. posisi keduanya begitu dekat hingga Rubby bisa merasakan wangi parfum milik Aldra yang begitu wangi khas pria.
"kenapa kamu?" ucap Aldra yang begitu dekat.
"wajah lo deket banget. jauhan dikit." cicit Rubby yang merasa takut dengan posisinya ini.
Aldra tersenyum, dia melihat bibir Rubby. ingin mencium tapi tidak mungkin, dia bisa di hajar Rubby nantinya.
Cup.
kedua mata Rubby terbelalak saat Aldra mencium pipinya. refleks dia menggeplak lengan Aldra hingga membuatnya mengaduh, Rubby terus menggeplak hingga tangannya di cekal oleh Aldra.
Aldra mencium tangannya, dan mendekatkan wajahnya, "hari ini pipi. kalo gue udah berani, besok besok gue pengin cium bibir lo."