NovelToon NovelToon
JERAT CINTA LINGGARJATI

JERAT CINTA LINGGARJATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Selingkuh / Lari Saat Hamil / CEO
Popularitas:799
Nilai: 5
Nama Author: nitapijaan

Ayudia berpacaran dengan Haris selama enam tahun, tetapi pernikahan mereka hanya bertahan selama dua tahun, sebab Haris ketahuan menjalin hubungan gelap dengan sekertarisnya di kantor.

Seminggu setelah sidang perceraiannya usai, Ayudia baru menyadari bahwa dirinya sedang mengandung janin kecil yang hadirnya tak pernah di sangka- sangka. Tapi sayangnya, Ayudia tidak mau kembali bersama Haris yang sudah menikahi wanita lain.

Ayudia pun berniat nutupi kehamilannya dari sang mantan suami, hingga Ayahnya memutuskan agar Ayudia pulang ke sebuah desa terpencil bernama 'Kota Ayu'.

Dari situlah Ayudia bertemu dengan sosok Linggarjati Putra Sena, lelaki yang lebih muda tiga tahun darinya dan seorang yang mengejarnya mati-matian meskipun tau bahwa Ayudia adalah seorang janda dan sedang mengandung anak mantan suaminya.

Satu yang Ayudia tidak tau, bahwa Linggarjati adalah orang gila yang terobsesi dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kota Ayu

Sejak kejadian beberapa hari lalu, Pak Jaya sama sekali tidak tenang. Lelaki paruh baya itu terus saja memikirkan nasib anak dan cucunya. Mau bagaimana pun juga dia hanya seorang Ayah yang tak tega membiarkan anak gadisnya kesulitan. Apalagi usia kehamilan Ayudia juga masih bisa di hitung Minggu.

Sebenarnya, pak Jaya sangat ingin menghampiri Haris dan memberi tau kebenarannya, tapi mantan menantunya itu sangat sulit di temui dimana pun. Ketika Pak Jaya menghampiri kantor tempat Haris bekerja, pegawainya mengatakan jika Haris sedang pergi dinas dan baru bisa pulang seminggu kemudian.

Jelas waktunya sangat tidak tepat, sebab Ayudia akan dia kirim secepatnya ke desa. Pak Jaya juga sudah menghubungi Ibunya di desa sana dan mengatakan yang sejujur-jujurnya.

Ibunya itu menangisi kenyataan yang menimpa cucu pertamanya, dan beliau juga menyuruh Pak Jaya untuk cepat-cepat mengirim Ayudia pulang ke sana.

Dan, tibalah hari itu. Hari dimana Ayudia harus pindah ke desa yang namanya cukup unik, yakni 'Kota Ayu' (nama desa cuma imajinasi author yaa) Pak Jaya memang tak bisa menemani karena dia punya pekerjaan yang tak bisa di tinggalkan.

Hanya Ratna dan Jenggala —Anak keduanya, yang akan menemani Ayudia pergi. Sedangkan anak terakhirnya —Julian, tak bisa menemani sebab memiliki jadwal mata kuliah wajib.

Perjalanan dari ibu kota menuju rumah Uti di desa menempuh jarak berkilo-kilo meter, dan menghabiskan waktu selama sembilan jam. Perjalanan itu sangat lancar, karena bukan hari besar —seperti hari mudik yang tentunya akan macet.

Selama perjalanan, Ayudia juga tidak merasakan mual atau apapun. Benar-benar berbeda dengan kondisinya beberapa hari lalu yang mual muntah parah. Kini Ayudia malah terlihat segar seolah tak terjadi apa-apa.

Jemari lentik wanita itu turun menuju perutnya yang masih rata, mengelus di sana dan membisikkan sebuah kalimat sayang. Dia sangat berterimakasih karena selama perjalanan ini Anaknya tidak rewel.

Mungkin anaknya pengertian dengan situasi yang di hadapi Ayudia.

"Kenapa, nduk? Mual?" Bu Ratna melirik Ayudia yang sedang mengusap-usap perutnya lembut. Wanita paruh baya itu kira anaknya mual atau apa, ternyata Ayudia menggeleng.

"Nggak, Bu." Balas wanita hamil Itu.

"Mbak Dia bener-bener nggak mau kasih tau ke Mas Haris?" Lewat kaca yang berada di dalam mobil, Jenggala atau yang biasa di singkat dengen Gala, melirik kebelakang, dimana kakak dan Ibunya duduk nyaman.

Bisa di lihat kalau Ayudia menggeleng dengan senyuman tipis, raut wajahnya yang tadi ceria berubah muram. "Nggak, kalau sudah waktunya dia tau, nanti juga tau, kok."

Jenggala menggeleng tak mengerti dengan jalan pikiran kakaknya. "Padahal belum tiga bulan, masih bisa rujuk tanpa akad loh, Mbak."

"Sekali nggak, nggak, Gala! Udah deh, kamu mana tau urusan rumah tangga!" Ayudia menggeram kesal. Moodnya seketika turun.

Ketika Jenggala hendak membuka mulut untuk protes, Ayudia segera menyelanya. "Nggak usah bahas lelaki itu lagi, lah!" lalu Jenggala pun memutuskan menutup rapat bibirnya. Dia juga tidak mau membuat suasana hati kakaknya semakin buruk.

Suasana mobil seketika hening.

Ketika subuh menyapa, Mobil yang di kendarai Jenggala akhirnya berhenti di sebuah halaman rumah yang tampak hijau terawat. Rumah Uti Nur item di kelilingi tumbuhan te-tean sebagai pagar alami. Banyak juga tumbuhan hijau lainya yang Ayudia tidak tau namanya.

Udara segar langsung menyapa indra penciuman Ayudia, rasanya masih asri dan khas pedesaan yang di kelilingi hutan dan bukit.

"Cucukuu ..."

Ketika Ayudia melangkahkan kakinya kedalam rumah, Uti yang masih mengenakan mukenanya langsung memeluk Ayudia dan menangis keras.

Mau tak mau Ayudia balik memeluk Uti-nya dan menenangkan wanita sepuh itu. Mungkin masih terbawa suasana dengan nasib tragis yang menimpa cucu perempuan pertamanya.

Di rumah Uti juga sudah ada Bulik dan paklik beserta saudara-saudara Ayudia yang lainnya. Kalau kalian ingin tau, Uti memiliki enam anak tetapi hanya tersisa tiga di dunia, dan Pak Jaya adalah anak pertama Uti.

"Ya Allah, Nduk. Kasihan sekali kamu nduk," Bulik Yati —Anak ketiga Uti, gantian memeluk Ayudia dengan Isak tangis.

Sepertinya semua perempuan di dalam sana menangis, sementara para lelaki hanya diam seperti patung.

Lalu, Ayudia gantian di peluk oleh Bulik Hartini, Anak terakhir Uti. Tak banyak perbedaan dari ucapan-ucapan kedua buliknya, keduanya sama-sama menyayangkan nasib Ayudia yang harus hamil di saat baru bercerai dengan suaminya.

Tak lupa, Uti juga menceritakan pasal mantan suami Ayudia yang bejat, suka meniduri wanita lain dan ternyata sudah selingkuh sejak dua bulan menikahi Ayudia. Semuanya di bongkar oleh Uti dan Bu Ratna, sedangkan Ayudia hanya bisa tersenyum lirih dan pamit istirahat.

Badannya baru terasa pegal saat sampai di rumah Uti.

"Utii ... Kamar mandinya?" Ayudia meneguk ludah kasar. Dia baru ingat kalau kamar mandi di rumah Uti-nya itu terpisah dari rumah. Letaknya berada beberapa meter dari dapur kotor.

"Udah pagi juga, mana ada setan, Mbak." Jenggala tiba-tiba muncul di belakang Ayudia yang mematung menatap kamar mandi.

"Ish! Ngagetin aja!" desis Ayudia kesal.

Jenggala yang melihat ancang-ancang Ayudia, segera menghindar sebelum kakaknya menabok nya. Lelaki dua puluh Tujuh itu segera berlari kecil menuju kamar mandi.

Meskipun kesal, Ayudia tetap berjalan mengikuti Jenggala. Adik lelakinya itu walaupun menyebalkan, tapi dia tetap manis kok. Buktinya sekarang dia mau menemani Ayudia yang ingin bersih-bersih, lelaki itu juga membantu Ayudia mengerek air dari dalam sumur.

Manis, kan?

Bahkan Jenggala juga memastikan lantai kamar mandi yang masih asli tanah itu tidak licin dipijaki kakaknya. Benar-benar romantis, andai saja Ayudia menikahi laki-laki seperhatian Jenggala, dia tidak mungkin hamil dalam keadaaan janda, kan?

...********...

Sementara itu, lelaki yang sedang di cari-cari keberadaanya oleh Pak Jaya itu tengah asik memadu kasih dengan seorang wanita bertubuh molek. Perjalanan dinas Haris hanya berlaku empat hari, dan dua hari lainnya dia gunakan untuk bersenang-senang dengan sang sekertaris yang sudah setahun ini menjadi istri gelapnya.

"Kamu udah nggak cinta istrimu itu, ya?" Di tengah aktivitas panas keduanya, Renata bertanya pada Haris.

Lelaki yang sedang menggerayangi tubuh bagian belakangnya itu hanya menggeram rendah, sibuk mencapai kenikmatannya sendiri. "Cinta, tapi dia ... Akhh!" ucapan lelaki itu terpotong ketika pelepasannya datang.

Tubuh Renata langsung terasa berat ketika Haris menindihnya. "Dia kenapa?" tanya Renata penasaran. Padahal keduanya sudah terengah-engah, tapi masih mau melanjutkan percakapan meskipun sudah larut malam.

"Dia nggak mau dimadu," jawab Haris dengan nafas berat. Renata di bawahnya tersenyum miring.

"Jadi itu alasan kamu menceraikan dia?" tanya Renata lagi. Kali ini Haris menggeleng pelan, bergeser di sebelah Renata dan menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Dia yang menceraikan aku setelah tau aku menikahi wanita lain tanpa seizinnya, haah, sudah lah. Untuk apa kamu tanya-tanya tentang Ayudia kalau ujung-ujungnya kamu juga yang ngambek." Haris mendengus, sebelum terlelap dalam mimpi.

Renata cemberut, lagi-lagi dia ditinggal tidur sendiri.

"Nggak perduli apapun alasan kamu menceraikan Ayudia, asalkan sekarang hanya aku satu-satunya istrimu, Kak Haris."

1
@Biru791
wah gak niat up lagi kah nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!