NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 27

Matahari siang menggantung tinggi di atas langit, sinarnya memantul pada debu yang beterbangan di lapangan tengah desa Bromocorah. Lapangan itu biasanya dipenuhi suara teriakan perampok yang berlatih, suara pedang beradu, atau cambuk yang melesat. Namun hari ini berbeda, semua kegiatan dihentikan. Ratusan mata memusat pada dua sosok di tengah lingkaran tanah berdebu.

Semua orang juga sengaja dikumpulkan di tempat itu supaya menjadi saksi. Jika ada yang menantang desa Bromocorah maka akhir yang tidak baik akan datang kepadanya. Sayang, yang datang kali ini adalah Warren. Sebuah akhir, belum bisa dipastikan saat ini.

Di satu sisi berdiri Bragandala, tubuh raksasanya tegap, dada bidangnya naik turun, dan sorot matanya menyala seperti bara. Di sekitarnya, para perampok senior berbisik pelan, menyebut-nyebut julukan Bragandala

"Tembok Hidup Bromocorah."

Dan Warren rasa, julukan itu memang pantas untuk pria yang akan menjadi lawan tandingnya siang ini. Wajahnya bengis, benar-benar lebih bengis daripada komandan Jagabaya dan tubuhnya benar-benar lebih besar daripada komandan Jagabaya. Dari julukan itu, Warren bisa mengetahui, kalau mungkin Bragandala ini adalah pemilik tubuh terbesar di desa Bromocorah ini.

Di sisi lain berdiri Warren, pemuda berwajah tenang, yang memperkenalkan dirinya sebagai wanita Wiratama yaitu tuan muda ketiga dari kediaman Kusumanegara. Kalau dari segi tubuh, tubuhnya jauh lebih ramping, namun aura yang memancar darinya membuat banyak orang merasa aneh. Dia menunjukkan aura yang tenang tapi menekan. Ia berdiri tanpa senjata, hanya menggenggam udara kosong, seolah itu sudah cukup. Dan duel ini memang duel tanpa senjata.

Bragandala menggeram. Tentu saja, karena dia merasa bahwanya kali ini benar-benar meremehkannya. Bagaimana bisa, seseorang yang memiliki tubuh lebih kecil 4 kali lipat darinya berani menantangnya.

"Anak muda, aku tidak ingin membuatmu hancur di hadapan semua orang. Namun bila kau menantangku, jangan harap aku menahan tangan."

Suaranya besar, seperti tubuhnya. Kalau yang mendengarkan itu tiga orang prajurit bawahan kepala prajurit Arga. Mungkin mereka sudah pasti akan lari terbirit-birit.

Namun, Warren hanya mengangguk.

"Aku datang bukan untuk mempermalukanmu, Bragandala. Tapi untuk menunjukkan, ada kekuatan yang tidak bisa kau ukur."

Dan dia memang harus mengalahkan pria besar yang ada di hadapannya itu untuk menaklukkan desa ini kemudian untuk membuat mereka semua menjadi para prajurit yang tunduk pada perintah Warren.

"Aku tidak akan segan!" ujar Bragandala.

Bragandala melangkah maju, tanah bergetar di bawah tapak kakinya. Benar-benar seperti itu, saat pria bertubuh besar itu melangkah tanah di bawahnya benar-benar bergetar.

Pria besar itu langsung membuka dengan jurus khasnya, Pukulan Lindu Jagad, tinju kanannya mengayun ke arah Warren dengan tenaga yang sanggup memecahkan batu besar di kali. Udara terbelah, desingan angin kencang terdengar.

Semua yang melihat itu sedikit mengernyitkan dahi. Mereka tidak bisa bayangkan apa hasilnya, seperti apa tubuh yang terkena pukulan andalan dari Bragandala itu. Ki Sura Bajing yang duduk paling depan untuk menyaksikan pertarungan itu juga menarik nafasnya dalam-dalam. Dia punya harapan kalau murid terbaik yang itu benar-benar bisa mengalahkan seorang pemuda yang menurutnya sangat sombong karena sudah berani menantang desa Bromocorah ini. Sebuah desa, yang bahkan prajuri dari kerajaan saja tidak bisa memusnahkan mereka.

Warren tidak mundur. Tubuhnya bergeser cepat, dan dengan gerakan ringan ia menangkis pukulan itu menggunakan telapak tangan. Tenaga besar Bragandala seolah terserap begitu saja, tinjunya hanya menghantam udara kosong.

Para penonton bersorak, setengah tak percaya. Mereka terlihat sangat kecewa. Dan Ki Sura Bajing menunjukkan ekspresi kecewa yang lebih besar daripada para penonton lainnya.

Bragandala tidak berhenti. Amarahnya justru semakin besar karena lawannya yang begitu kecil bisa menangkis pukulannya yang mematikan itu hanya dengan telapak tangan. Ia melanjutkan dengan Sabetan Sayap Garuda, mengayunkan kedua lengannya bersilang dari atas, menciptakan hantaman yang biasanya bisa meremukkan pertahanan lawan.

Warren yang memang sudah memiliki kekuatan dan juga keahlian bela diri tak tertandingi yang diberikan oleh sistem kepadanya, tentu saja bisa dengan mudah membaca gerakan atau jurus dari lawannya Dan tentu saja, sistem juga yang sudah memperhitungkan jurus apa yang harus digunakan untuk menangkis serangan-serangan dari lawannya itu.

Warren menunduk, lalu berputar setengah lingkaran. Dalam sekejap ia sudah berada di samping Bragandala, menepuk ringan punggungnya dengan jari. Bragandala terhuyung, namun tidak jatuh, ia menahan diri, lalu menyeringai.

"Bedebahh!" pekiknya yang sudah merasa darahnya mendidih karena apa yang dilakukan oleh Warren.

Bagaimana bisa, semudah itu pemuda itu menghindari jurusnya yang mematikan itu.

Dengan raungan keras, Bragandala meluncurkan serangan bertubi-tubi pada Warren. Kaki kanannya menendang rendah, menghantam tanah dan menciptakan gelombang debu.

Debu berterbangan mengikuti arah angin membuat para penonton sedikit kesulitan untuk melihat seperti apa pertarungan itu karena debu yang memang berterbangan dan menutup pandangan mereka.

Kembali ke pertarungan itu sendiri, kedua tangan Bragandala saat iniberusaha meraih Warren untuk dihancurkan dengan kekuatan tubuhnya. Namun lagi-lagi serangan itu gagal. Warren bisa dengan cepat menghindar. Benar-benar seperti tak tersentuh.

Lalu, pukulan beruntun yang cepat juga berusaha dilakukan oleh Bragandala, meski tubuhnya besar, setiap hentakan seperti hujan batu jatuh dari langit. Namun Warren bergerak seperti bayangan. Ia menghindar, melompat ringan, bahkan sesekali menangkis dengan elegan. Setiap kali Bragandala mengeluarkan jurus, Warren membalasnya hanya dengan gerakan seperlunya saja, hal itu membuat Bragandala semakin emosi. Bahkan hanya dengan satu ketukan jari, satu sapuan tangan, atau sekadar sentuhan kecil justru membuat serangan Bragandala meleset.

Para perampok yang menonton terdiam, lalu mulai berteriak, ada yang memuji Bragandala karena keganasannya, ada yang terpana pada Warren yang tak tersentuh.

Sementara Ki Sura Bajing sudah merasa sangat cemas.

Bragandala sendiri, marah karena semua serangannya gagal. Namun dia tidak boleh menyerah, karena Bragandala adalah wajah dari desa Bromocorah ini. Bragandala mengerahkan jurus pamungkasnya, Runtuhnya Bukit Merapi. Melihat itu, Ki Sura Bajing menghela nafas panjang. Karena jurus itu merupakan jurus andalan dari murid terbaiknya itu. Jika Bragandala sudah mengeluarkan jurusnya itu maka lawannya berarti benar-benar kuat dan tak tersentuh.

Bragandala menghentakkan kaki ke tanah, membuat debu mengepul tinggi, lalu melompat ke depan dengan tinju terkepal, mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghancurkan Warren sekali pukul.

Sorak penonton menggema,

"Itu jurus pamungkas Bragandala!"

Semua orang tampak terkejut, wajah desa Bromocorah sudah mengeluarkan jurus andalannya. Berarti, lawannya memang benar-benar kuat. Semua orang terlihat cemas.

Namun Warren tetap tenang. Ketika tinju raksasa itu meluncur, ia mengangkat tangannya, menahan dengan satu telapak seolah menghentikan anak kecil. Mata Bragandala nyaris lepas dari tempatnya. Bahkan Ki Sura Bajing yang belum pernah melihat ada yang bisa menangis serangan dari murid terbaiknya itu juga sampai berdiri dari duduknya.

Benturan itu seharusnya mengguncang bumi, tetapi suara keras yang diharapkan tak pernah terdengar. Justru Bragandala yang terhenti, wajahnya terkejut, tubuhnya bergetar karena tenaganya teredam habis.

Dengan tatapan tajam, Warren mendorong pelan telapak tangan Bragandala. Tubuh besar itu terpental mundur beberapa langkah, menimbulkan jejak dalam di tanah setiap kali kakinya menghantam permukaan. Bragandala akhirnya berhenti, berdiri terengah, keringat bercucuran.

Warren tetap tegak, nafasnya tidak terputus sama sekali. Tidak ada luka, tidak ada goresan, seolah pertarungan itu hanya latihan biasa baginya.

Sunyi menyelimuti lapangan. Semua mata menatap Warren, namun Warren segera mengangkat tangannya.

"Bragandala tidak kalah karena lemah. Ia kuat, sekuat gunung. Namun kekuatan ku adalah sesuatu yang tidak bisa kalian bandingkan."

Bragandala menunduk, dadanya naik turun. Ia menatap Warren, lalu mengangguk dalam. "Kau… bukan manusia biasa. Aku akui, kekuatanmu berada di atas segalanya."

***

Bersambung...

1
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
Rizky Fathur
cepat Buat mcnya bikin kerajaan terkuat bikin mcnya kuat Dan bantai raja itu dengan kejam Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!