Raina hanya ingin mengisi waktunya di malam hari dengan membaca novel romantis sebelum tidur. Tapi siapa sangka, novel berjudul “Pengantin Bayangan Sang Antagonis” itu akan menjadi akhir dari hidup lamanya. Sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya—dan saat ia membuka mata, ia bukan lagi Raina. Ia kini menjadi Ayla, karakter figuran yang hanya muncul di dua bab novel… sebagai istri sang antagonis pria yang hendak menceraikannya.
Namun yang lebih mengejutkan bukan hanya reinkarnasinya, melainkan sistem misterius bernama “Sistem Gosip” yang kini bersarang di benaknya. Sistem ini memberinya informasi rahasia paling update, tentang siapa pun di dalam dunia ini. Skandal, rahasia kelam, kebohongan, semuanya tersedia.
Sayangnya, ada satu efek samping yang tidak disebutkan: setiap bisikan hatinya bisa didengar oleh suaminya sendiri—Kael Arvane, pria dingin dan penuh ambisi yang menjadi antagonis utama dalam novel itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skandal Sang Sekretaris
Kael tampak semakin diam sejak malam pesta itu. Dia tidak menyebut soal perceraian lagi, tapi sorot curiga di matanya tidak pernah surut setiap menatapku. Seolah dia menelanjangiku, mencari celah kebohongan yang kubuat.
Dan dia benar. Aku memang menyembunyikan sesuatu.
Sistem, munculkan gosip terbaru.
[Gosip Terkini: Sekretaris pribadi Kael, Nara Elline, memiliki hubungan tersembunyi dengan calon investor asing—Hubert Zhao.]
[Status: Risiko tinggi — jika terungkap, bisa mengguncang reputasi perusahaan.]
[Poin Gosip: +1. Total: 6]
Aku membaca notifikasi itu sambil menyeruput teh di taman belakang rumah Arvane. Angin berhembus lembut, membawa aroma melati dari pagar tanaman. Tapi pikiranku tak tenang.
Nara. Si cantik berdasi putih, sekretaris yang di novel disebut sangat setia pada Kael. Tapi di balik setia itu, dia menyimpan pisau di balik senyum manisnya.
Jika aku bisa memanfaatkan ini, aku bisa meraih kepercayaan Kael… atau setidaknya mengalihkan kecurigaannya dariku.
---
Aku sengaja datang lebih awal ke kantor pusat Arvane Corp pagi itu, berdalih ingin "mengunjungi suami tercinta dan belajar dunia bisnis." Alasan klasik. Tapi cukup untuk menembus ruangan lantai atas tanpa dihalangi.
Kael tidak ada di ruangannya. Hanya Nara yang sedang mengetik cepat di depan meja sekretariat.
“Ayla?” Nara mengangkat wajahnya, alisnya terangkat sedikit. “Ada yang bisa saya bantu?”
Kau bantu saja dirimu sendiri dari kehancuran, nona sekretaris licik.
“Tidak, aku hanya ingin bicara sebentar,” kataku sambil tersenyum hangat. “Tentang investor baru. Hubert Zhao, bukan?”
Wajah Nara menegang. Tipis. Tapi cukup untuk terbaca oleh mataku yang sekarang dilengkapi “radar gosip.”
“Saya tidak terlalu terlibat soal itu,” jawabnya cepat. “Kael yang menangani langsung.”
[Kebohongan terdeteksi.]
[Gosip Diperbarui: Nara dan Hubert pernah menginap di hotel yang sama dua minggu lalu. Transaksi rekening bank pribadi Nara menunjukkan transfer masuk dalam jumlah besar.]
Oh, Nara. Kau benar-benar memberi makan sistem ini dengan baik.
Aku memiringkan kepala. “Lucu sekali. Karena kemarin aku mendengar namamu disebut beberapa kali oleh direktur pemasaran. Katanya, kamu tahu semua detail tentang perjanjian kontrak mereka.”
Nara berdiri, posturnya masih anggun tapi terlihat tegang. “Ayla, aku rasa lebih baik kau tidak terlalu mencampuri urusan kantor. Ini bukan tempat untuk—”
“Untuk istri Kael?” aku potong. “Tenang saja, aku hanya ingin memastikan tidak ada yang mencoba menjatuhkan perusahaan dari dalam.”
Dia terdiam. Tatapannya berubah dingin.
[Gosip Baru: Nara pernah mengganti dokumen kontrak sebelum diparaf oleh Kael. Bukti tersimpan di arsip digital kantor.]
---
Kael kembali ke ruangannya saat Nara baru saja keluar. Aku duduk di sofanya, berpura-pura membaca brosur perusahaan.
“Kau lagi-lagi menyusup ke tempatku bekerja,” katanya tanpa menoleh.
“Bukan menyusup. Aku hanya... ingin belajar,” kataku manis.
Dia menatapku lama. “Atau mencari gosip.”
Aku nyaris tersedak.
“Tidak semua bisikan hatimu berhasil kau sembunyikan, Ayla,” lanjutnya. “Kau berpikir terlalu keras tadi pagi.”
Astaga. Mode Bisik Balik hanya aktif beberapa jam sehari! Aku lupa mematikan suara pikiranku tadi!
Tapi aku memutuskan bertaruh.
“Kalau memang aku mendengar sesuatu... lalu menggunakannya untuk melindungi Arvane Corp... bukankah itu tetap berarti aku di pihakmu?”
Dia terdiam. Tersentuh? Tidak. Lebih seperti... menimbang.
“Apa yang kau dengar?” tanyanya akhirnya.
Aku menyeringai kecil.
“Sekretaris pribadi yang sangat kau percaya ternyata menyimpan banyak cerita. Termasuk pertemuan rahasia dengan Hubert Zhao. Aku yakin departemen keuangan bisa membantumu memverifikasi jumlah transaksi tak wajar dalam rekeningnya.”
Tatapan Kael berubah.
“Dan jika kau butuh bukti tambahan, ada file yang dia ubah minggu lalu. Di sistem arsip digital. Nomor file: 218B-A12.”
Dia bangkit berdiri. Matanya tajam seperti silet.
“Jika ini benar…,” katanya pelan, “maka kamu baru saja menyelamatkan kesepakatan merger terbesar tahun ini.”
Aku berdiri pelan, lalu berkata dengan suara lembut namun tegas,
“Kalau begitu, mungkin kau bisa berpikir dua kali sebelum menceraikan seseorang yang bisa menyelamatkan masa depanmu.”
---
Sore itu, aku duduk kembali di kamarku, menatap langit yang mulai berubah jingga.
[Poin Gosip +3. Total: 9]
[Hubungan dengan Kael meningkat: Level 1 → Level 2]
[Kemampuan Baru Terbuka: “Filter Pikiran” – kamu bisa memilih pikiran mana yang ingin didengar oleh Kael.]
Aku hampir melompat kegirangan. Dengan Filter Pikiran, aku tidak hanya bisa menyembunyikan niatku, tapi juga bisa mengirim emosi tertentu. Bisa jadi... simpati. Bisa jadi... rasa sakit.
Dan mungkin nanti, bisa juga... cinta?
---
Malamnya, Kael masuk ke kamar tidur kami tanpa mengetuk. Ini pertama kalinya dia masuk sejak pesta.
“File yang kau sebutkan,” katanya singkat, “valid. Aku menonaktifkan Nara.”
Aku menatapnya.
“Kau tidak bertanya darimana aku tahu?”
“Aku tahu kau berbohong. Tapi kebohonganmu berguna.”
Aku berdiri, menahan napas.
“Dan tentang perceraian?” tanyaku hati-hati.
Dia menatapku lama. Lalu berkata,
“Aku tidak akan membatalkannya. Tapi... aku akan menundanya.”
Hatiku mencelos, tapi aku cepat menutupinya dengan senyum tipis.
“Satu langkah cukup. Aku akan ambil sepuluh sisanya.”