Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Azzam.
Dengan kecepatan sedang Azzam melajukan mobilnya menuju manssionnya. Tidak sampai satu jam mereka sudah sampai di halamam manssion mewah itu, dan keduanya langsung masuk dan naik ke lantai atas.
Azzam sedang duduk bersandar pada sofa yang ada diruangan depan kamarnya. Pria tampan itu sedang fokus dengan ponselnya karena dia masih harus memantau perkerjaan kantor, sudah seminggu lebih ia tidak ke kantor semua perkerjaan ia serahkan pada Daniel. Begitu juga dengan Letta semenjak mereka menikah keduanya belum ke kantor sama sekali.
Letta keluar dari kamar sudah berganti pakaian tampak sekali wanita itu baru saja selesai mandi, ia menghampiri suaminya yang tidak menyadari kehadirannya karena terlalu fokus dengan ponsel miliknya.
"Zam, lagi ngapain?" tanya Letta saat dia mendudukkan dirinya tepat di samping Azzam.
Azzam menolehkan kepalanya guna melihat wajah cantik istrinya, ia langsung meletakkan ponsel yang tadi ia genggam ke atas meja. Lalu menarik pinggang istrinya agar lebih dekat.
" Bisa nggak mulai sekarang manggilnya di ubah jangan kayak gitu? Hem!"pinta Azzam
" Kayak gitu gimana?" Letta masih belum menangkap maksud dari suaminya.
"Jangan manggilnya pake nama, kalau bisa pake kata yang lebih romantis dikit lah," Keluh Azzam.
Letta tampak berpikir, ia beberapa kali mengetuk dagunya dengan jari telunjuk."Hmmm, panggilnya apa,ya?"
"Terserah kamu, asal jangan panggil nama. Rasanya gimana gitu kalau kamu manggil aku dengan nama."
"Ya udah. Kalau aku panggilnya Mas aja gimana?"tanyanya."Mas Azzam!"sambungnya.
Azzam tersipu mendengar panggil baru dari istrinya itu, ia yang meminta malah dia yang salting. Bahkan wajah dan telinganya sudah memerah. Letta menyadari itu, dan dia semakin gencar menjahili suaminya.
"Mas Azzam, Mas Azzam, Mas Azzam.." panggilnya berkali-kali.
"I-iya. Tidur gih udah malam."potong Azzam.
"Temenin."pinta Letta manja.
Azzam mengangguk,ia bangkit dari duduknya lalu menggandeng istrinya masuk kedalam kamar mereka.
*
*
*
Letta sudah berbaring di kasur bersebelahan dengan Azzam, tiba-tiba saja dia merasa ada yang aneh dengan perutnya yang tiba-tiba merasa mulas. Azzam yang sudah memejamkan mata akhirnya membuka matanya kembali lalu menoleh karena merasa ada pergerakan di sampingnya.
"Kamu kanapa?" tanya Azzam pada istrinya yang tampak terlihat tidak nyaman.
"Nggak tahu,perutku tiba-tiba sakit."jawab Letta seadanya.
Letta bangkit dan langsung berlari menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Azzam yang terlihat kebingungan, tak berselang lama istrinya itu keluar kembali namun dengan wajah yang murung.
"Are you okey?" tanya Azzam
Bukannya menjawab Letta malah melangkah mendekat sambil meremas perutnya yang terasa sakit.
"Dimana yang sakit? "tanya Azzam kembali saat istrinya sudah kembali naik ke tempat tidur.
Letta merasa sangat malu, jadi ia diam saja tanpa mau menjawab pertanyaan Azzam.
" Sayang kalau kamu nggak kasih tahu aku mana yang sakit aku nggak bakalan tahu. Apalagi kamu diam begini aku malah semakin khawatir tanpa bisa bantuin kamu."
Dengan lembut Azzam menyentuh kedua bahu istrinya membuat mereka saling berhadapan. Azzam menyentuh pipi Letta membuatnya menatap ke arahnya" Sekarang katakan kamu kenapa?!" tanya Azzam kembali.
"A-aku.. Aku datang bulan." ucapnya lirih lalu kembali menundukkan kepalanya. Karena dia benar-benar merasa malu pada suaminya.
Azzam mengangkat dagu Letta dengan tangannya, agar wanita itu menatapnya."Tidak usah malu, kamu tunggu disini sebentar,ya."
Azzam berlalu meninggalkan Letta seorang diri, tak berselang lama ia kembali lagi dengan membawa segelas air dan sebotol air hangat. Pria itu melangkah mendekati istrinya lalu meletakkan gelas di atas nakas samping tempat tidur. Azzam menyibak selimut yang tengah Letta gunakan lalu meletakkan botol air hangat itu di atas perutnya sambil perlahan ia gerakkan botol itu.
Letta terkejut dengan apa yang Azzam lakukan, tapi ia tetap menerimanya. Ia merasakan perutnya sudah terasa lebih nyaman dari sebelumnya.
"Gimana? Sudah lebih mendingan?"
"Hm!"
Letta penasaran dari mana Azzam tahu cara merawat orang yang sedang mengalami datang bulan, bahkan dia terlihat ahli.
"Aku sudah minta Bibik buatkan susu jahe untukmu, mungkin sebentar lagi akan di antarkan."ucap Azzam.
Letta terus memperhatikan suaminya tanpa berkedip sama sekali.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Darimana kamu tahu semua ini? Padahal Oma bilang kamu sama sekali tidak pernah pacaran. Tapi dari caramu melakukan semua ini terlihat sangat ahli."
Azzam menghentikan pergerakan tangannya, ia melepaskan botol tadi dan menyerahkannya pada Letta, lalu beralih dengan mengelus surai panjang milik istrinya dengan lembut "Jangan berpikir macam-macam, dulu saat aku masih SMP aku sering di suruh Mommy menyiapkan semua ini saat Mommy sedang datang bulan terlebih saat Daddy sedang tidak ada. Selalu aku dan Razzan yang membantu Mommy sampai kami akhirnya menjadi terbiasa. Mommy bilang harus belajar biar nanti kalau punya istri tidak merasa kebingungan lagi. Dan sekarang terbukti apa yang di ucapkan Mommy." jelas Azzam.
Letta tersenyum ia akhirnya mengerti, hampir saja ia salah paham dengan suaminya sendiri. Letta melingkarkan tangannya pada tubuh Azzam lalu membenamkan kepalanya pada dada bidang suaminya itu, dia benar-benar membutuhkan pelukan Azzam, hangat dan nyaman.
" Aku benar- benar beruntung memiliki suami sepertimu Mas. Mommy benar-benar mendidik seorang lelaki yang gesit dan bertanggung jawab. Aku bangga padamu Mas." ucap Letta dalam pelukan Azzam.
Azzam hanya berdeham,beberapa kali ia mendaratkan kecupan di kening istrinya, dalam hati ia berjanji tidak akan mengecewakan istrinya ia akan berusaha menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab seperti sang Ayah yang menjadi panutannya.
Bagi Azzam ayahnya adalah sosok yang luar biasa, ayahnya selalu tahu cara membahagiakan istri dan anak-anaknya meski di tengah kesibukannya ayahnya selalu meluangkan waktu untuk keluarganya sehingga dapat membuat Azzam menjadi sosok yang kuat dan hangat untuk orang-orang terkasihnya.
Ketukan pada pintu kamar membuat Azzam melerai pelukannya. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu lalu membukanya.
"Susu jahenya, Tuan." ucap Bik Asih.
"Terimakasih Bik." balas Azzam. Pria itu hanya bersikap ramah pada Bik Asih saja, karena wanita itu sudah berkerja lama bahkan sebelum ia lahir, baginya wanita itu adalah sosok ibu kedua. Karena Bik Asih ikut andil dalam merawatnya sejak kecil. Wanita itu pula yang menyemangatinya saat ia kehilangan kedua orang tua dan saudara kembarnya.
"Kalau butuh apa-apa panggil saya saja,Tuan." ucap wanita itu lalu pamit undur diri.
Azzam pun kembali masuk dan tak lupa menutup pintu."Minum dulu." Azzam menyerahkan segelas susu jahe hangat pada Letta. Wanita itu menyambutnya lalu meminumnya hingga tersisa setengah.
"Sini.." Letta menepuk bagian kasur yang kosong meminta Azzam untuk berbaring disana. lelaki itu menurut dan membaringkan diri di samping istrinya.Letta mengikis jarak di antara mereka dengan menjadikan tangan Azzam sebagai bantalan lalu melingkarkan tangannya pada tubuh suaminya. Dia mencari kenyamanan dalam pelukan suaminya. Wangi tubuh Azzam membuatnya merasa tenang.
Azzam memiringkan tubuhnya,ia juga melakukan hal yang sama. Memeluk istrinya." Selamat malam sayang." bisiknya lalu mencium kening istrinya.
*
*
*
" Pagi Mas." sapa Letta saat melihat sang suami yang sudah rapi menghampiri dirinya.
"Pagi." balas Azzam sembari mengecup bibir Letta singkat. Sehingga membuat pipi sang istri langsung memerah.
Ini seperti kebiasaan baru bagi Azzam saat pagi hari, mengecup bibir Letta.Wanita cantik itu sudah tidak kaget lagi dengan kebiasaan baru sang suami. Namun pagi ini Letta sedikit kesal,dengan tidak malunya suaminya itu menciumnya di depan para maid. Sudah di pastikan wajahnya memerah menahan malu tapi si pelaku terlihat biasa saja.
"Mas, bisa nggak lain kali kalau mau nyium lihat-lihat tempat dulu. Aku kan malu."keluh Letta.
"Kalian semua tadi lihat apa?"tanya Azzam dengan suara baritonnya.
"Tidak, Tuan. Kami tidak lihat apapun." sahut para maid serempak.
"Tuh. Denger! Mereka aja nggak liat apa-apa."
Letta yang geram langsung menggeplak tangan suaminya itu, bisa-bisa nya Azzam bicara seolah para maid buta.mentang-mentang para maid takut dengannya.
"Mereka disini itu buat kerja,bukan buat ngurusin urusan majikannya. Jadi kamu tenang aja nggak akan ada yang berani ngeledek kamu."ucap Azzam
Letta pun hanya bisa pasrah, dengan telaten ia mengambilkan sarapan untuk suaminya, Azzam sebenarnya tidak biasa sarapan pagi. Biasanya ia lansung berangkat ke kantor tanpa sarapan tapi semenjak ada Letta ia jadi terbisa makan dulu sebelum berangkat apalagi semuanya Letta sendiri yang memasak. Azzam sebenarnya sudah melarangnya tapi istrinya itu kekeh ingin masak dengan dalih ingin menjadi seorang istri yang baik.
Setelah selesai sarapan Letta mengantar suaminya hingga kedepan tidak lupa ia meraih tangan Azzam untuk ia cium, Azzam pun membalasnya dengan mengecup singkat kening sang istri. Sebelum akhirnya ia berangkat ke kantor.
Letta tidak masuk kerja dengan alasan ia ingin memuaskan diri dengan libur panjang karena sudah terlalu lama sibuk berkerja. Ia benar-benar ingin memanjakan dirinya sebagai Nyonya Athariz.
Azzam sama sekali tidak mempermasalahkan itu toh istrinya itu ingin resign sekali pun ia tidak masalah, hartanya tidak akan habis hanya untuk menghidupi Letta seorang.