OBSESSION
Senyum seringai yang menakutkan nampak tersungging singkat di bibirnya yang kemerahan, matanya yang setajam elang menatap lekat pada sebuah lembar foto di genggamannya, dialah Geswa Ryan Beck pria blasteran Australia-Indonesia itu tengah menatap selembar foto yang baru saja pria itu cetak.
Foto yang memotret seorang gadis cantik tengah berjalan memasuki gedung fakultasnya, foto ini hasil dari mata-mata yang ia pekerjakan untuk menjaga gadisnya sekaligus memberikan informasi apa pun yang gadisnya lakukan.
Endria Ayu Gemintang, seorang gadis yang saat ini menginjak 22 tahun, parasnya khas orang Indonesia dengan lesung pipi yang membuatnya berkali-kali lipat lebih cantik. Semua yang ada pada diri gadis itu sangat Geswa sukai, tiada hari tanpa melihat fotonya, sekalipun pria itu sedang sibuk, Geswa akan meluangkan waktunya hanya untuk mengetahui keadaan Endria.
Kembali, pria itu tersenyum tapi kali ini senyum hangat yang tersungging. Senyum yang hanya muncul di saat dia memikirkan masa lalunya dengan sang gadis.
Masa lalu yang sangat berkesan baginya, tapi berbahaya bagi Endria.
16 tahun yang lalu
Saat itu, Geswa remaja sudah pulang dari rutinitasnya yang sibuk seharian, jarum jam sudah menunjukkan angka 8. Laki-laki itu memasuki mansion dengan raut wajah yang seperti biasa, datar. Namun, kalau diperhatikan lebih, laki-laki itu kelelahan.
Bagaimana tidak? Di usianya yang masih 14 tahun sudah dituntut untuk menjadi sempurna, sebab dia harus siap menjadi pewaris kerajaan bisnis keluarganya yang menurutnya sangat memuakkan.
Dari pagi buta harus ke sekolah sampai jam lima sore, lalu mengikuti les matematika selama satu jam lebih, lalu menghadiri acara rapat dadakan yang dihadiri oleh sang ayah dan para petinggi perusahaan lainnya.
Kemudian setelah selesai makan malam, maka ada sesi lanjutan mengenai bisnis dan tetek bengeknya. Rasanya ia ingin kabur saja, ingin merasakan kehidupan biasa di luar sana atau setidaknya ia diperlakukan sama dengan Gatra. Sesederhana itu keinginannya.
Namun, apa boleh buat? Ia masih kecil dan tak bisa membantah ataupun memberontak. Apalagi sang papa adalah sosok yang begitu kerasmendidiknya dan otoriter.
Di ruang tamu ia tak menemukan siapapun di sini, dan setelah ia berjalan masuk beberapa langkah, terdengar suara cekikikan anak perempuan. Geswa sempat penasaran, dia ingin melihatnya. Namun, rasa lelahnya mendominasi membuatnya memilih untuk berjalan ke arah tangga.
Namun, niatnya tertahan sebab dari arah belakang ada tangan kecil yang menarik-narik pelan ujung kemejanya.
Perlahan, Geswa pun menoleh dan terlihatlah seorang gadis kecil yang hanya setinggi pahanya sedang tersenyum ke arahnya, nampak gigi depan gadis itu ompong tidak ada dua yang membuat Geswa tersenyum meskipun samar.
"Kak Gewa," panggil Endria dengan suaranya yang masih cadel, jangan lupakan senyumnya belum luntur dengan mata bulat yang berbinar, seakan-akan gadis itu sangat senang bertemu dengan Geswa.
Geswa menaikkan sebelah alisnya, tertarik. Jujur saja, ini untuk pertama kalinya ia melihat gadis kecil di rumah ini. Ataukah ia yang kurang memperhatikan?
Tanpa menunggu respon Geswa atas panggilannya, Endria merogoh saku celananya lalu dengan tangan kecilnya ia menyodorkan sesuatu ke arah Geswa.
"Apa ini?" Akhirnya, Geswa pun meladeni Endria, yang ia lihat adalah sesuatu berbentuk bola kecil dengan balutan kertas emas.
"Ini untuk Kak Gewa." Dengan hati-hati Endria mengamit tangan milik Geswa lalu memberikan sesuatu berupa cokelat tersebut kepadanya.
Respon Geswa bagaimana? Tentu saja ia tertegun, bagaimana pun ini pertama kalinya ada orang asing yang berani menyentuhnya bahkan Gatra pun tak berani menyentuh ataupun mengajaknya bicara.
Ya, sekaku itu hubungan mereka, tidak ada yang salah ataupun saling membenci hanya saja Geswa tak punya waktu untuk Gatra, dan Gatra tak memiliki keberanian untuk mengganggu Geswa yang kalau pulang selalu menampakkan wajah datarnya.
"Ini cokelat, aku kasih Kak Gewa biar bisa semangat ...!" jawabnya riang. Geswa pun tersenyum tipis, entah kenapa aura baik yang dibawa gadis kecil di hadapannya ini membuat rasa lelahnya hilang digantikan dengan rasa senang membuncah.
Tak tahan, Geswa berjongkok lalu tanpa aba-aba dan sangat jahil mengusap-usap rambut panjang Endria yang tertata rapi sampai kusut, tak lupa laki-laki itu juga mencubit dengan gemas pipi tembem Endria yang membuat sang empu mengerucutkan bibir ke depan.
Endria marah, tetapi terlihat lucu di mata Geswa sampai-sampai membuat laki-laki itu tertawa senang untuk pertama kalinya.
Takjub, kedua mata bulat Endria berbinar senang, ia beralih tersenyum sesaat setelah melihat Geswa yang menurutnya terlihat tampan saat ini, tidak seperti tadi waktu laki-laki itu hanya memasang wajah datarnya.
Setelah puas tertawa Geswa terdiam kemudian menatap lama ke arah Endria lalu berdehem. "Nama kamu siapa?" tanyanya sedikit penasaran.
Endria pun mengulurkan tangan kanannya ke arah Geswa. "Endria, eh, eh, panjangnya Endria Ayu Gemintang, cantik, kan?" tanyanya dengan nada centil, maksud gadis itu namanya yang cantik, tetapi Geswa malah salah paham.
Geswa kembali tertawa, menertawakan tingkah lucu dari Endria yang berhasil menghiburnya. Entah siapa yang mengajari Endria bertingkah seperti itu.
Lagi-lagi Endria melihat tawa dari Geswa, tapi kali ini ia bukan terpana malahan gadis kecil itu mengernyitkan dahi karena marah sebab ia merasa Geswa sedang mengejeknya.
"Ih! Kak Gewa aneh! Aku nggak suka!" katanya marah, lalu Endria pun lari dari hadapan Geswa yang tertegun karena mendengar perkataan Endria.
Walaupun masih berumur tujuh tahun, Endria memiliki kemampuan yaitu sangat peka pada orang di sekitarnya. Tadi saat ia tengah asik bermain dengan Gatra, ia tak sengaja menoleh ke arah Geswa yang baru datang.
Sekedar informasi, setiap dua kali dalam seminggu Endria akan berkunjung ke mansion Beck untuk sekedar bermain dengan Gatra, bagaimana bisa? Karena sang nyonya besar yaitu Ni Nyoman Sri Utami, sahabat dekat dengan ibu Endria.
Dan malam ini sudah kesekian kalinya Endria memperhatikan Geswa, tetap saja tidak ada yang berubah, Geswa selalu pulang dengan raut datar dan lelahnya.
Dan malam ini juga Endria memberanikan diri untuk menemui Geswa dengan niat ingin menghibur kakak dari Gatra, sahabatnya. Tanpa tahu kalau tingkahnya selalu terekam jelas dalam pikiran seorang Geswa Ryan Beck.
Dan saat itulah, seperti menemukan mainan baru, Geswa melupakan keluhannya. Setelah mengetahui jadwal kedatangan Endria, Geswa selalu mencari cara untuk lolos dari kewajibannya, Geswa terobsesi pada Endria.
Sampai satu tahun kemudian, sang ayah mengetahui keinginannya, mengetahui bahwa Geswa telah melenceng dari radarnya, maka Antonello pun terpaksa mengirim Geswa ke Australia.
Lamunan Geswa terhenti sesaat setelah ia mendengar handphone-nya yang berada di atas meja bergetar, menandakan satu pesan masuk.
Sebuah foto, yang berhasil membuatnya emosi tak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments