Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Pembuktian di Panggung Asia
Dunia virtual Zero Point Survival membentang di hadapan Rangga begitu ia mengenakan jubah VR. Kota metropolitan yang hancur, dengan gedung-gedung pencakar langit yang runtuh dan asap mengepul, adalah medan perang yang kejam. Ia merasakan bobot senapan virtual di tangannya, sensasi kostum VR yang membalut tubuhnya, dan bisikan nyeri samar di pergelangan tangan kanannya. Tapi semua itu tenggelam oleh fokusnya yang tajam.
Di telinganya, suara Guntur terdengar tenang dan jelas di comms tim. "Ren, cari high ground terbaik! Kita akan bergerak senyap ke arah distrik industri. Aisha, Bara, ikuti aku."
Rangga segera berlari, memanfaatkan kelincahannya yang masih prima meskipun ada cederanya. Ia memanjat reruntuhan gedung pencakar langit yang menjulang, gerakan fisiknya yang presisi memungkinkan ia mencapai titik pandang yang tinggi dengan cepat. Dari sana, ia mengaktifkan scope senapannya. Jantungnya berdebar kencang, memompa adrenalin. Ini bukan lagi latihan. Ini adalah pertempuran sesungguhnya.
Di layar raksasa di arena, penonton bisa melihat POV (Point of View) dari masing-masing tim. Mereka melihat bagaimana Ren, dari high ground yang tersembunyi, menjadi mata yang tenang di tengah badai. Tim-tim lain sudah mulai saling baku tembak di berbagai titik. Suara tembakan otomatis dan ledakan granat memenuhi telinga Rangga, namun ia tetap fokus pada pergerakan musuh.
"Tim Crimson Phoenix bergerak ke arah B-2! Dua orang terlihat di jendela lantai tiga! Mereka akan menembus ke pusat kota!" Call out pertama Rangga mengalir lancar, suaranya tenang dan jelas. "Dragon's Fury sedang terlibat baku tembak sengit dengan Tim Zeta di area pasar! Mereka terpecah, dua orang flank ke kiri, satu menjaga pintu masuk!"
Informasi vital itu langsung diterima oleh Guntur, Bara, dan Aisha. Mereka bergerak dengan presisi yang mengejutkan, mengikuti instruksi Ren. Suara tembakan dari pihak Phantom Strikers nyaris tidak terdengar, membuat tim lawan kebingungan. Mereka tahu ada tim kelima di sana, tapi tidak tahu di mana, atau kapan mereka akan menyerang.
Di sisi arena, MC dengan rambut pirang dan setelan berkilau berteriak penuh semangat, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh penonton. "Luar biasa! Pertempuran sudah pecah! Tim Crimson Phoenix menunjukkan dominasinya! Dan Dragon's Fury tak mau kalah! Tapi tunggu... di mana Phantom Strikers? Mereka bergerak diam-diam!"
Kill Pertama: Serangan Bara yang Senyap
"Bara, Tim Zeta terpojok di toko buku! Satu orang low health setelah baku tembak dengan Dragon's Fury! Ini kesempatanmu!" Call out Aisha, cepat dan akurat, menargetkan sisa-sisa Tim Zeta yang sudah terluka.
Bara, sang assault yang kini bergerak seperti bayangan, menyelinap di balik reruntuhan bangunan. Ia mengeluarkan pisau dari sarungnya, bergerak tanpa suara sedikit pun. Anggota Tim Zeta yang terluka itu sedang panik mencari cover, tidak menyadari bahaya yang mendekat.
ZSSSH!
Pisau Bara menusuk punggung lawan dengan presisi mematikan.
"PLAYER DOWN! BARA HAS ELIMINATED 'ZETA_STORM'!"
Notifikasi kill Bara muncul di layar raksasa, diiringi sorakan kaget dari penonton. MC langsung bereaksi, "OH! Sebuah eliminasi kejutan dari Bara! Phantom Strikers memulai dengan serangan senyap! Tim Zeta kehilangan satu anggotanya bahkan sebelum mereka menyadarinya! Apakah ini taktik baru?"
Rangga, dari high ground, tersenyum tipis. Strategi mereka berhasil.
Kill Kedua: Jebakan Guntur
Guntur, sang strategist, melihat dua anggota Tim Zeta yang tersisa mencoba berkumpul, masih bingung dengan serangan Bara. "Ren, mereka bersembunyi di dalam toko roti! Aku akan smoke area itu!"
"Terlihat jelas, Gun! Dua orang di dekat mesin kasir!" Rangga mengkonfirmasi.
Guntur melancarkan sebuah bom asap yang sangat presisi, menutupi pintu masuk toko roti. Asap tebal menyelimuti mereka. "Mereka buta, Ren! Aku akan push dari kiri!"
Dari balik asap, terdengar suara tembakan senapan suppressed dari Guntur. Minimnya suara membuat lawan kesulitan melacak posisinya. Teriakan frustrasi dari anggota Tim Zeta terdengar samar di comms.
"PLAYER DOWN! GUNTUR HAS ELIMINATED 'ZETA_HAWK'!"
Kali ini, teriakan penonton semakin keras, beberapa di antaranya mulai berdiri dan bertepuk tangan. MC tertawa girang, "Luar biasa! Phantom Strikers bergerak seperti hantu! Dua eliminasi cepat, tanpa suara tembakan yang mencolok! Tim Zeta dalam masalah besar! Mereka dikepung!"
Rangga merasakan kepuasan. Timnya bekerja sempurna.
Kill Ketiga: Sentuhan Ren yang Mematikan
Tersisa satu anggota Tim Zeta yang panik. Ia mencoba melarikan diri, berlari kencang keluar dari asap.
"Ren, musuh terakhir ke arah area B-3! Dia mencoba kabur ke luar zona aman!" Guntur memberi call out cepat.
Rangga, dari posisinya yang tinggi, sudah mengunci target. Ia menarik napas dalam-dalam. Meskipun pergelangan tangannya terasa sedikit nyeri, ia mengabaikannya. Ini adalah momen krusial untuk membuktikan peran barunya, bahwa ia masih bisa menjadi pembeda, meskipun tidak lagi agresif. Ia mengokang senapan sniper-nya, menyesuaikan bidikannya dengan sangat hati-hati, memastikan tidak ada gerakan yang sia-sia yang akan membebani tangannya.
DORRR!
Satu tembakan yang presisi, menembus kepala musuh dari jarak jauh. Sebuah headshot sempurna.
"MATCH POINT! REN HAS ELIMINATED 'ZETA_GHOST'!"
"TEAM ELIMINATED! ZETA HAS BEEN WIPED OUT!"
Arena meledak. Sorakan penonton memekakkan telinga. Nama Ren, Bara, dan Guntur berulang kali disebut, membentuk paduan suara yang membahana. MC langsung mengambil alih mikrofon, suaranya nyaris pecah karena kegembiraan. "YA TUHAN! PHANTOM STRIKERS MENYELESAIKAN TIM ZETA DENGAN GAYA! Ren kembali dengan bidikan mematikan dari jarak yang mustahil! Mereka benar-benar hantu di medan perang! Siapa yang bisa menghentikan tim Indonesia ini?!"
Dukungan dan fans fanatik mereka di tribun bersorak histeris, melambaikan bendera kecil Indonesia dan spanduk bertuliskan "REN #1 SNIPER!". Di chat live stream turnamen, komentar positif membanjir, mengalahkan haters yang sempat meremehkan.
"REN IS BACK, BABY!"
"Strategi Silent Hunter ini gila! Aku tidak melihat mereka datang!"
"Phantom Strikers bakal jadi kuda hitam turnamen ini! Tak terduga!"
Rangga merasakan lonjakan energi. Ia telah berhasil. Ia tidak hanya mengalahkan tim lawan, tetapi ia telah membuktikan bahwa strategi baru mereka berhasil, bahkan dengan cederanya. Ini baru satu tim yang tumbang. Masih ada tiga tim tangguh lainnya di peta. Pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai, dan Phantom Strikers telah menunjukkan bahwa mereka tidak akan mudah dijatuhkan. Mereka adalah pemburu senyap, dan mereka siap mengarungi badai Asia.