Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ending yang bahagia
"kamu yang bernama Fiona?" tanya Jonathan menatap gadis itu begitu dalam seakan menyelami ke dalam Sanubari Viona yang tengah tertunduk.
Gadis itu mengangguk.
"Steven sudah menceritakan Semua Tentang Dirimu, apakah kamu yakin akan menikah dengan Putraku?" tanya Jonathan.
Fiona sempat membeku, sebelum akhirnya mengangguk.
"Apakah kamu bisa menjaga dan merawat Putraku? istri Jonathan yang bernama Elea ikut menimpali. Melihat usia Viona yang masih muda, wanita tua itu merasa khawatir jika nanti Steven putranya, justru akan direpotkan oleh Viona. Usia Viona yang sangat muda dan tentu sangat labil, membuat istri Jonathan khawatir. Ia takut Viona hanya menjadikan Steven cinta sesaat.
"Ma, Sudahlah! jangan diperpanjang pertanyaannya. Kasihan Viona, tekad kami sudah bulat untuk memutuskan bahwa kami akan segera menikah." sahut Steven sembari menggenggam erat tangan Viona yang terasa dingin dan gemetar.
Elea istri Jonathan menarik nafas dalam, wanita tua itu menatap Steven dan Fiona tak percaya. Usia mereka tentu sangatlah jauh, Steven yang sudah kepala tiga sedangkan Viona baru berusia 19 tahun, tentu sangat tidak ideal dalam sebuah ikatan rumah tangga.
"Pa.. Ma... Aku membawa Fiona kemari untuk meminta Restu kalian berdua bukan meminta introgasi seperti ini. kasihan Fiona, tuh lihat dia...! Fiona jadi gugup dan takut. " Timpal Steven menatap Fiona yang sedari tadi Hanya diam membeku.
"kamu yakin akan menikahi gadis bau kencur ini? apa Mama tidak salah dengar?" elea masih belum sepenuhnya bisa menerima hubungan Steven dengan Viona.
"mama, sudah aku katakan aku membawa Viona ke sini untuk meminta Restu kalian. Karena aku dan Viona Secepatnya akan menikah, please tolong jangan persulit kami terus. Berilah kami Restu kalian." Steven kembali mendesak mamanya.
" Steven, kamu apa-apaan? tidakkah kalian menunggu sampai gadis ini lulus sekolah? Timpal Jonathan. Dia juga tidak setuju jika Steven menikahi Fiona saat ini.
"tapi kami sudah bertekad akan menikah hari ini juga."kata Steven bersikekeh sambil menggenggam erat tangan Viona.
Suasana hening sesaat sebelum akhirnya Jonathan angkat suara, "baiklah jika itu Memang sudah menjadi keputusan kalian, papa akan merestui."tambah Jonathan.
"papa kok malah Direstui sih?" sergah elea tetap tidak setuju.
"Ma, kita harus percaya pada Steven. Dia sudah dewasa, biarkan Steven memilih Jalan hidupnya." kata Jonathan.
Elea cemberut, Ia kalah dari keinginan putranya dan juga suaminya, namun pada akhirnya Elea tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun berat akhirnya dia juga menyetujuinya.
Akhirnya tanpa persiapan, pernikahan sederhana mereka gelar di Catatan Sipil tanpa ada pesta maupun kejutan lainnya, mengingat Steven adalah seorang bos besar di sebuah perusahaan terkenal, semua itu sengaja dilakukan mengingat status Fiona yang masih sekolah. Mungkin Nanti Jika Fiona sudah menyelesaikan belajarnya pernikahan itu akan mereka umumkan dan digelar dengan pesta yang besar.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami dan istri, Fiona, Kuharap kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Putraku. Jangan menganggap pernikahan ini hanya main-main belaka atau kamu akan menyesal seumur hidup jika sampai mengabaikan Putraku." kata Elea dengan nada tajam setengah mengancam.
"mama, udahlah jangan terlalu ikut campur urusan mereka. Mereka sudah besar tentu sudah bisa mengambil keputusan dan menentukan hidup mereka sendiri." kata Jonathan.
"tenang saja, Bu. Saya sangat mencintai Dedi, Saya berjanji tidak akan menikah untuk bermain-main. Saya tidak akan pernah menyakiti apalagi menghianati Dedi." ucap Viona mengucapkan janjinya di depan Ibu mertuanya.
"Bagus deh, kalau begitu. Aku pegang janjimu." sahut Elea.
Steven dan Fiona bergandengan tangan, keduanya tampak bahagia. Hari ini mereka sudah sah menjadi suami dan istri. Apapun yang akan mereka lakukan tentunya tidak akan terhalangi oleh apapun termasuk hukum dan agama. Mereka bisa melakukan apa saja yang selama ini mereka tahan.
"kita ke mana?" tanya Fiona.
"Apartemen." sahut Steven.
"Dedi punya apartemen?" tanya Fiona dengan mata memicing. Sejauh ini Viona memang tidak pernah tahu siapa Steven sebenarnya, karena di mata Viona Steven itu hanyalah pekerja serabutan yang tak jelas sehari-harinya.
"Ia tentu saja. Aku memiliki apartemen besar dan kita akan menempatinya mulai nanti malam." kata Steven sembari merangkul Viona agar mendekat. Begitu keduanya bertatapan satu sama lain begitu dalam dan dan keduanya hampir saja tenggelam dalam lautan ciuman Asmara yang memabukkan. Namun suara klakson di belakang mereka bersahutan seperti demo. Karena Steven melupakan bahwa mereka saat ini sedang berada di jalan lampu merah.
tin tin tin...
Suara klakson mobil di belakang menggema mengagetkan kedua pasangan pengantin baru yang sudah tak bisa menahan diri itu.
Steven dan Fiona sama-sama tertawa saat menyadari kebodohan mereka. Mobil terus melaju menuju ke sebuah apartemen besar di pusat kota. Dengan tidak sabar keduanya melangkah menuju apartemen milik keluarga Roberto.
Fiona menatap kagum apartemen besar milik Ayah tirinya yang kini sudah berubah status menjadi suaminya, "Dedi, Apakah mama sebelumnya juga tahu tempat ini?" tanya Fiona.
"ya, Mama kamu memang tahu tempat ini. Tapi dia belum pernah tinggal di sini." sahut Steven.
Fiona melangkah pelan mendekati sofa besar di ruang tamu, merasakan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, tiba-tiba—seperti badai yang datang tanpa peringatan—Steven merangkulnya dari belakang, bibirnya menekan leher Fiona dengan hangat yang menggetarkan jiwa. Lama ia memendam hasrat yang membara sejak kepergian Rossa, istrinya yang telah tiada. Seperti padang gurun yang merindu hujan, Steven menahan dahaganya selama berhari-hari, dan kini kehadiran Fiona bagai embun penyejuk luka yang tak pernah sembuh.
Fiona terpejam, membiarkan sentuhan tangan Steven yang menggenggam erat dadanya—buah dada yang selama ini menjadi obsesi pria itu. Tubuhnya bergetar saat Steven membaliknya dengan cekatan, satu per satu kancing baju itu terlepas, menguak kulit yang perlahan terpapar tanpa busana. Ia pasrah, meresapi setiap detik yang diwarnai keinginannya sendiri—keinginan yang selama ini tersembunyi dalam bayang-bayang ayah tirinya. Steven mengecup lembut setiap inci kulitnya, menorehkan rindu yang tak terucap. Mereka membuang jauh tirai kain yang menghalangi kejujuran tubuh, membiarkan diri tenggelam dalam hasrat yang membara, seolah dunia hanya milik mereka berdua dalam hening malam itu.
"Aku akan melakukannya malam ini," desah Steven, napasnya berat saat tangannya menekan tongkat sakti ke dinding goa sempit milik Viona yang belum pernah disentuh.
Ruangan itu sunyi, hanya suara detak jantung yang menggema di telinga mereka berdua.
Viona mengangguk pelan, matanya berkilat penuh tekad saat ia mengambil tongkat itu, menggenggamnya erat. Hangatnya energi yang mengalir di dalam tongkat itu seolah membakar setiap syaraf dalam tangannya. "Panas sekali, Dedi…" bisiknya, suaranya serak namun penuh gairah.
Steven menatap dalam-dalam, suara pelan namun menusuk, "Apa kau benar-benar siap?"
"Iya, Dedi," jawab Viona dengan napas yang kian memburu. "Aku tak hanya siap, aku ingin menyatu dengan kekuatan ini. Aku bahkan ingin melahapnya—bukan hanya memilikinya. Apakah boleh?" Kata-katanya menggema di antara dinding apartemen, membangun ketegangan yang hampir bisa dirasakan kulit mereka. .
"Kau tak jijik?"
Viona menggeleng. Viona memang masih kecil, tapi soal ranjang dia sudah suhu. Akibat dari sering menonton film biru membuat Viona ingin mencoba berbagai hal.
Steven memejamkan mata, merasakan sentuhan tangan Viona yang menggenggam tongkat sakti di tangannya, seolah-olah mencicipi manisnya es krim yang mencair perlahan di lidah. Jantungnya berdebar tak tertahankan, napasnya memburu, menunggu saat yang tepat untuk meledakkan lahar panas hasratnya ke dalam gua rahasia milik Viona.
"Aku sudah siap... Lepaskan aku, biar aku masuk ke dalam guamu," bisiknya penuh gairah.
Viona mengangguk perlahan, lalu membuka selangkangannya lebar-lebar, membentangkan pintu rahasia yang selama ini tersembunyi, memberi jalan bagi tongkat sakti Steven untuk menembus tembok kelam gua keintimannya dengan tanpa ragu. Gelombang api gairah menggelegak dalam dada keduanya, menyatu dalam detak yang tak dapat dibendung lagi.
"Ah... Ah...!!" Nafas keduanya bersahutan menikmati nikmat terbang ke nirwana berdua dalam bahagia. Akhirnya mereka berdua telah melewati masa sulit dan bersatu untuk selamanya. TAMAT
Terima kasih sejauh ini sudah membagi waktu untuk membaca cerita ini.
Sampai jumpa dalam cerita selanjutnya.
Silakan baca 👉Pelayan Seksi Pemikat Hati