Seotang gadis masih duduk di bangku SMA terpaksa menikah karena sebuah insiden yang tidak terduga. Sonev seorang gadis yang hidup berdua dengan ibunya yang seorang buruh pabrik. Baca karya ini untuk selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umu Salma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal di rumah ibu.
Satu minggu sudah bu Maria meninggalkan Sonev sendiri, dan malam ini hari terakhir berkirim do'a.
Sonev sudah memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ibunya, hari ini bu Kania ikut hadir karena di paksa oleh pak Gunawan.
"Sonev, papah ingin agar kamu kembali ke rumah kami, papah sangat khawatir kalau terjadi sesuatu dengan kamu jika tinggal di rumah ini sendirian."
"Maaf pah, Sonev bukannya melupakan kasih sayang dan kekhawatiran papah terhadap Sonev, hanya saja.Sonev merasa nyaman kalau tinggal di rumah ibu. Dan di rumah ini Sonev merasa kalau ibu akan selalu di sisi Sonev."
"Papah sangat menghargai keputusan kamu, namun sebagai seorang ayah, tanggung jawab terhadap kamu nak, papah yakin kalau ibu Maria akan merasa bahagia jika papah memperhatikan kamu dan juga bisa menjaga kamu dan salah satunya adalah dengan tinggal bersama papah di rumah, di rumah itu ada keluarga yang lengkap yang akan membuatmu merasa nyaman."
"Tapi pah Sonev tidak bisa"
"Tapi nak..."
"Sudahlah pah, kenapa juga harus di paksa, anaknya saja tidak mau tinggal bersama kita. Itu akan lebih baik, sehingga.keluarga kita akan tetap harmonis seperti sebelum anak ini datang ke dalam keluarga kita."
"Mah bisa ga itu bibir di rem jika berbicara."
"Memangnya kenapa dengan bibir mamah, toh apa yang mamah bicarakan adalah fakta yang sesungguhnya."
Pak Gumawan hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku istrinya.
"Mah, mamah itu seorang guru, seorang pendidik, yang seharusnya mengayomi muridnya, dan kebetulan Sonev selain menjadi menantu murid mamah juga kan, dan mamah wali kelasnya. Iya kan." Pak Gunawan dengan sangat kesal.
"Nev, bu Kania kok gitu ya sama lo, beda banget saat ada berada di sekolah. Kalau di sini seperti mak lampir, mengerikan."
"Sssssttttt, nanti orangnya dengar."
"Hi hi hi.." Sonia tertawa cekikikan persis mba kun
"Nev, sebenarnya gue udah nyaman tinggal satu atap sama gue."
"Sorry Van, gue sudah tetap pada keputusan gue, akan tinggal di rumah ini."
"Kalau lo tetap mau tinggal di rumah ini, berarti gue juga bisa ikut tinggal di sini, karena lo masih sah istri gue."
Pernyataan Vano tersebut membuat Sonev gelagapan namun pak Gunawan tersenyum, dan wajah masam bu Kania.
"Iya betul, Sonev bisa tinggal di sini Tapi harus dengan Vano, karena kalian masih suami istri."
"Tapi maaf pah, saya saat di temukan tidur dalam satu kamar, kami tidak melakukan apa apa, dan yang mengharuskan Kami menikah karena ibu saya yang tidak ingin malu, karena sekarang ibu sudah tidak ada maka saya minta agar Vano melepaskan saya."
"Betul itu, mamah sependapat dengan Sonev dalam hal ini."
"Loh kok tiba tiba sependapat." Sonia kembali berbisik pada Sonev.
"Cie yang dapat dukungan dari mertua. Hi hi hi."
"Brisik lo, bisa diam ga lo."
"Iya gue diam, cerewet amat sih lo."
"Mah jangan jadi kompor." Pak Gunawan marah.
"Siapa juga yang jadi kompor, mamah hanya ingin menyelamatkan anak mamah dari perempuan ini."
"Saya juga sudah tidak tahan kalau harus hidup dengan laki laki yang bilang cinta tapi bercumbi dengan wanita lain di depan mata saya."
"Siapa yang Sonev maksud dan siapa juga yang berciuman?" pak Gunawan penuh tanya.
"Vano pah.."
"Sudah gue bilang kalau itu tidak gue sengaja."
"Tapi kenapa lo menikmati ciuman itu dengan sangat lama."
"Maksud Sonev apa Vano?"
"Ini maksudnya om." David memperlihatkan saat Vano sedang bercumbu dengan Melanie di tempat yang sepi.
"Vano apa ini maksudnya, jelaskan sama papah."
"Itu Vano tidak sengaja pah, Vano...."
"Kamu tidak bisa menjawabnya kan?"
"Mungkin memang Vano mencintai Melanie pah, makanya saat Melanie mengajaknya bercumbu, Vano tidak mengelak." Bu Kania seakan mendapatkan angin segar untuk dapat mendukung Vano bisa lepas dari Sonev.
"Kapan kejadian ini?"
"Di malam terakhir camping saat acara api unggun." Sonia yang menjawab.
"Vano kamu sangat mengecewakan papah."
"Maafkan Vano pah." Vano menunduk dan tidak dapat menyangkal lagi.
"Kalau seperti ini rasanya papah tidak dapat mencegah Sonev untuk tetap tinggal di rumah ini." Pak Gunawan sangat kecewa.
"Bagus lah, duri dalan keluarga kita sudah hilang, jadi mamah tidak akan strees lagi."'Bu Kania dengan wajah yang bahagia.
Di saat suasana sedang tidak kondusif, tiba tiba saja Melanie datang ke rumah Sonev dan dengan tidak tahu malu mencium pipi Vano di depan semua orang, sehingga membuat pak Gunawan bertambah marah.
"Melan, lepaskan gue, jangan berani kamu."
"Loh kok marah, kenapa kemarin itu elo diam saja saat gue cium elo."
"Karena saat itu elo jebak gue."
"Di jebak tapi kok menikmati."
"Melan..."
"Sudah jangan berisik, sayang kamu sudah ada di sini, apakah kamu mencintai anak tante?"
"Tentu saja tante, Melan sudaj sejak dulu menyukai putra tante."
Pak Gunawan sudah merasa malu dengan kelakuan anak dan istrinya. Dengan cepat pak Gunawan berdiri dan keluar dari rumah Sonev, tetapi sebelum keluar dari rumah pak Gunawan bicara dengan Sonev.
"Papah mengijinkan kamu untuk tinggal di rumah ini tanpa harus tinggal dengan Vano." Pak Gunawan masih menahan amarah pada Vano.
"Terima kasih pah."
"Iya nak, tapi kamu tetap putri papah ya."
"Iya pah." Sonev mencium punggung tangan pak Gunawan dengan rasa bahagia.
Kemudian pak Gunawan keluar dari rumah di ikuti bu Kania, sedangkan Vano masih berada di dalam rumah.
"Vano kamu pulang sekarang, kita bicarakan masalah ini di rumah."
"Tapi pah, Vano akan tetap tinggal di rumah ini bersama Sonev karena dia istri Vano."
"Tidak ada tapi tapian, papah tidak ingin kamu merusak Sonev dan membuat Sonev tambah sakit hati."
Walaupun dengan berat hati, Vano tetap ikut papahnya pulang ke rumah dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, karena dirinya sangat mencintai Sonev.
Sonia terlihat bahagia karena sahabatnya bisa tinggal di rumahnya tanpa ada beban dalam hatinya.
"Nev, setelah ini rencana lo apa?"
"Yang pertama gue akan keluar dari kerjaan gue yang sekarang karena gue ingin konsentrasi dulu dengan ujian sekolah yang sebentar lagi akan di laksanakan."
"Terus?" David penasaran.
"Untuk mendapatkan uang kuliah, gue mau buka usaha sesuai dengan keahlian yang gue miliki, yaitu membuat perhiasan dari bahan perak, karena itu modalnya juga tidak terlalu besar, setelah kumpul baru gue akan
kuliah."
"Kebetulan ada uang asuransi ibu yang akan cair dan juga tabungan milik gue."
"Nev, bokap gue pernah nawarin lo beasiswa buat lo kuliah, dan itu masih berlaku sampai sekarang."
"Iya Nev, mamah sama papah juga pernah bahas hal ini sama gue, lo ga usah mikirin hal itu."
...****************...
Hai Reader, hari ini double up. jangan lupa.like dan komen. Love U All.