“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Gray, Baba, Bennet, Bruce, dan Luc tengah duduk melingkar bersama anggota suku pedalaman. Bekas api unggun berada di tengah-tengah mereka, menerbangkan sedikit asap ke atas. Angin berembus sangat kencang bersamaan dengan Baba yang menceritakan mengenai kejadian pada kerabat anggota suku pedalaman yang menjadi korban eksperimen.
Xylorr, Karnu, dan anggota suku pedalaman yang lain tampak geram, marah, dan bersedih atas kejadian yang menimpa keluarga jauh mereka. Gray dan yang lain bisa mengerti perasaan orang-orang itu.
Baba menjelaskan jika beberapa di antara anggota suku pedalaman masih hidup di suatu tempat, dan Luc akan membantunya untuk menemui mereka agar orang-orang itu bisa berkumpul dengan suku pedalaman di sini.
"Rio." Xylorr memegang tangan Luc Besson dengan kuat, menatap dengan mata berkaca-kaca. "Nganlutu lurdu-lurdu mika jeung keunnggihpang rangu hanbeka jeung lurdu-lurdu canggansa- nacanggan (Tolong saudara-saudara kami dan pertemukan kami semua dengan saudara-sadaura secepatnya)."
"Inga jeung nu anli kalba antubannga inga (Aku dan yang lai aka membantumu)," ujar Karnu yang menaruh harapan besar pada Luc.
"Rangu tingar (Aku mengerti)," jawab Luc Besson.
Gray, Baba, dan yang lain kembali menuju kediaman utama. Xylorr, Karnu, dan yang lain mengantar kepergiaan mereka hingga akhirnya kembali ke hutan.
"Mereka sangat mempercayaimu, Pak Tua. Aku harap kau tidak mengecewakan mereka," ujar Gray.
"Apa kalian menilaiku sebagai seorang pembohong? Akulah yang sudah menyelamatkan dan menjaga kehidupan kalian selama ini. Kalian ingat?" Luc Besson tertawa, mengembus napas panjang. "Aku sudah mengirimkan informasi mengenai suku pedalaman di tempat tinggal Alexander pada temanku. Dia akan mengurus sisanya."
Luc Besson tiba-tiba berhenti berjalan, menghirup udara, mengembus napas panjang. "Selain menciptakan alat canggih yang setara dengan UltraTech dan DeepCore, kalian juga harus meningkatkan kemampuan kalian. Sudah menjadi tugasku untuk membimbing kalian hingga kalian mandiri."
"Persiapkan diri kalian sebaik-baiknya." Luc Besson kembali berjalan. "Aku akan beristirahat sekarang. Bangunkan aku ketika waktu makan siang tiba."
Luc Besson pergi dengan dijaga sangat ketat oleh para pengawal. Miguel dan Ryder dipindah tugaskan untuk menjaga Luc.
"Alexander tampaknya sudah mulai mempercayaiku. Dia menganggap pria tua itu lebih berbahaya dibandingkan aku," ujar Baba.
"Kita harus memeriksa kondisi Gavin sekarang. Aku mengkhawatirkannya. Aku sangat berharap dia segera sadarkan diri dan mengikuti pelatihan seperti kita." Gray menoleh ke sebuah bangunan.
Gray, Baba, Bennet, dan Bruce memasuki sebuah gedung. Para pengawal masih mengikuti mereka. Gavin terbaring di sebuah ranjang dengan beberapa alat menempel di tubuhnya. Suasana tampak sangat hening.
"Aku lupa bertanya hal ini pada si Pak Tua Luc," ujar Bruce seraya duduk di sofa. "UltraTech banyak melakukan eksperimen pada manusia dan hewan, salah satunya adalah eksperimen pembangkitan dan pemberian kemampuan seperti yang mereka lakukan pada kita, kucing dan burung merpati itu. Lalu, kenapa mereka tidak membangkitkan kemampuan pada diri mereka sendiri?"
Gray, Baba, dan Bennet sontak menoleh pada Bruce.
"Apakah mereka sebenarnya sudah memiliki kemampuan dan memilih menyembunyikannya, atau mereka justru tidak membangkitkan kemampuan mereka karena mereka tahu efek samping dari peningkatan kemampuan itu? Apakah mereka hanya fokus mengembangkan alat-alat canggih saja?" lanjut Bruce.
"Pertanyaan yang sangat menarik. Aku juga menjadi sama penasarannya denganmu, Bruce. Dalam pertarungan di peternakan, aku sama sekali tidak mendapatkan informasi jika George, Gideon, dan Gabriel membicarakan kemampuan mereka." ujar Gray.
"Apa mungkin mereka memang tidak membangkitkan kemampuan mereka?" tanya Bennet seraya duduk di samping Bruce. "Dasar menyebalkan! Kenapa kau membuatku memikirkan hal ini, Bruce?"
"Informasi yang disampaikan si Pak Tua Rio mengenai UltraTech masih gambaran kecil mengenai organisasi itu. Dia masih menyembunyikan beberapa hal penting. Kita mungkin akan tahu jika kita mendatangi markas UltraTech secara langsung," kata Baba.
Gray mengembus napas panjang. "Aku pikir mendatangi markas UltraTech bukanlah pilihan yang sangat bijak. Satu-satunya sumber informasi kita soal kelompok itu adalah Pak Tua Luc. Dia tentu tidak akan memberikan kita izin untuk pergi ke markas UltraTech, begitupun dengan Alexander. Jika UltraTech tahu kita mengganggu pekerjaan George, Gideon, dan Gabriel untuk menangkap si Pak Tua Luc, mereka kemungkinan besar akan memburu kita. Kita tidak akan mampu mengalahkan mereka dengan kemampuan kita sekarang. Kemungkinan terburuknya adalah kita semua mati."
Bruce memejamkan mata.
"Kita sebaiknya bersiap untuk berlatih sekaligus menciptakan beragam alat untuk mengimbangi kekuatan UltraTech. Dengan begitu, peluang kita untuk tetap hidup akan semakin besar."
"Kau membuatku sangat jengkel, Bruce." Bennet berdecak.
Gray mendapatkan pesan. "Osvaldo Tolliver sudah berangkat dari kediamannya menuju tempat ini. Dia tampaknya membawa beberapa benda unik."
"Maksudmu buku-buku tentang sihir seperti yang dia katakan saat di peternakan kemarin?" Bennet memastikan.
"Kemungkinan besar dia memang membawa buku-buku itu."
"Bagaimana menurutmu mengenai jawaban Pak Tua itu mengenai sihir?" Baba menoleh pada Gray. "Apakah dia mengatakan hal yang sebenarnya?"
"Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga peneliti, aku dihadapkan pada hal-hal yang bisa diterima oleh logika manusia. Akan tetapi, saat melihat kemampuan dari Osvaldo Tolliver, aku sedikit demi sedikit tertarik dengan sihir. Bukankah teknologi kita sekarang akan dianggap sihir oleh orang-orang beberapa abad lalu. Aku berpikir mungkin saja ada masanya semua hal berbau sihir bisa dicerna oleh logika. Kita bisa mempelajarinya sebagai bagian dari pengetahuan umum jika seandainya kita tetap tidak mempercayainya."
"Jika aku memiliki kemampuan sihir, aku ingin memliki kemampuan untuk menghilang atau setidak membesar dan memperkecil tubuhku." Bruce tertawa.
Di sudut ruangan yang lain, Bernard tengah berjalan bersama Darren.
"Aku mendengar keramaian semalam. Apa yang terjadi, Darren?" tanya Bernard.
"Banyak hal yang sudah terjadi selama kau tidak sadarkan diri, Ayah. Alexander bersekutu dengan beberapa orang yang memiliki kemampuan khusus, salah satunya adalah putra dari Karnu." Darren memapah Bernard.
"Putra dari Karnu?" Bernard terkejut, menatap Darren. "Bukankah dia hanya memiliki anak perempuan dari beberapa istrinya?"
"Karnu memiliki seorang anak laki-laki bernama Baba yang menghilang sejak usia lima tahun. Dia meminta Alexander untuk mencari keberadaannya. Pasukan Alexander berhasil menemukannya dan mempertemukannya dengan Karnu, Xylorr, dan yang lain. Dia tinggal di sebuah peternakan di Caldora selama ini. Dia sebaya denganku."
"Aku ingin bertemu dengan pria bernama Baba itu, Darren."
"Dia sedang bersama teman-temannya, Ayah. Dia dijaga sangat ketat oleh para penjaga."
"Dijaga sangat ketat? Apa maksudmu?"
"Dia... sangat berbahaya karena memiliki kemampuan hipnotis."
"Kemampuan hipnotis," gumam Bernard
Luc Besson tengah beristirahat di sebuah ruangan. Para pengawal bersenjata lengkap berjaga di hampir setiap sudut ruangan.
Waktu berlalu dengan cepat.
Xander dan keluarganya berada di meja makan untuk makan siang.
Alexis tampak ceria karena aku mulai berlatih. Anak kecil itu bahkan terus membawa perlengkapannya di sebuah mobil kecil.
Axo dan Axe, si kucing dan si merpati, tiba-tiba keluar dari meja makan. Keduanya bergerak menuju pintu keluar.
"Axo, Axe!" teriak Alexis seraya turun dari kursi. "Mereka terus bertindak aneh sejak semalam! Mereka tidak boleh lari!"
Di saat yang sama, Gray, Baba, dan yang lain bersiap untuk bertemu dengan Xander.